Selasa, 09 September 2014

tahukah kamu Inilah 12 Kaum yang Dibinasakan Allah

Dalam Alquran, banyak sekali diceritakan kisah-kisah umat terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah karena mereka mengingkari utusan-Nya dan melakukan berbagai penyimpangan yang telah dilarang. Berikut adalah kaum-kaum yang dibinasakan.


1. Kaum Nabi Nuh
Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun, namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh. Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang ingkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh (QS Al-Ankabut : 14).

2. Kaum Nabi Hud
Nabi Hud diutus untuk kaum 'Ad. Mereka mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa (QS Attaubah: 70, Alqamar: 18, Fushshilat: 13, Annajm: 50, Qaaf: 13).

3. Kaum Nabi Saleh
Nabi Saleh diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Nabi Saleh diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Namun, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka (QS ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12).

4. Kaum Nabi Luth
Umat Nabi Luth terkenal dengan perbuatan menyimpang, yaitu hanya mau menikah dengan pasangan sesama jenis (homoseksual dan lesbian). Kendati sudah diberi peringatan, mereka tak mau bertobat. Allah akhirnya memberikan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang dahsyat disertai angin kencang dan hujan batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka. Dan, kaum Nabi Luth ini akhirnya tertimbun di bawah reruntuhan rumah mereka sendiri (QS Alsyu'araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67, Alfurqan: 38, Qaf: 12).

5. Kaum Nabi Syuaib
Nabi Syuaib diutuskan kepada kaum Madyan. Kaum Madyan ini dihancurkan oleh Allah karena mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perdagangan. Bila membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu mengurangi. Allah pun mengazab mereka berupa hawa panas yang teramat sangat. Kendati mereka berlindung di tempat yang teduh, hal itu tak mampu melepaskan rasa panas. Akhirnya, mereka binasa (QS Attaubah: 70, Alhijr: 78, Thaaha: 40, dan Alhajj: 44).

Selain kepada kaum Madyan, Nabi Syuaib juga diutus kepada penduduk Aikah. Mereka menyembah sebidang padang tanah yang pepohonannya sangat rimbun. Kaum ini menurut sebagian ahli tafsir disebut pula dengan penyembah hutan lebat (Aikah) (QS AlHijr: 78, Alsyu'araa: 176, Shaad: 13, Qaaf: 14).

6. Firaun
Kaum Bani Israil sering ditindas oleh Firaun. Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun akan azab Allah. Namun, Firaun malah mengaku sebagai tuhan. Ia akhirnya tewas di Laut Merah dan jasadnya berhasil diselamatkan. Hingga kini masih bisa disaksikan di museum mumi di Mesir (Albaqarah: 50 dan Yunus: 92).

7. Ashab Al-Sabt
Mereka adalah segolongan fasik yang tinggal di Kota Eliah, Elat (Palestina). Mereka melanggar perintah Allah untuk beribadah pada hari Sabtu. Allah menguji mereka dengan memberikan ikan yang banyak pada hari Sabtu dan tidak ada ikan pada hari lainnya. Mereka meminta rasul Allah untuk mengalihkan ibadah pada hari lain, selain Sabtu. Mereka akhirnya dibinasakan dengan dilaknat Allah menjadi kera yang hina (QS Al-A'raaf: 163).

8. Ashab Al-Rass
Rass adalah nama sebuah telaga yang kering airnya. Nama Al-Rass ditujukan pada suatu kaum. Konon, nabi yang diutus kepada mereka adalah Nabi Saleh. Namun, ada pula yang menyebutkan Nabi Syuaib.

Sementara itu, yang lainnya menyebutkan, utusan itu bernama Handzalah bin Shinwan (adapula yang menyebut bin Shofwan). Mereka menyembah patung. Ada pula yang menyebutkan, pelanggaran yang mereka lakukan karena mencampakkan utusan yang dikirim kepada mereka ke dalam sumur sehingga mereka dibinasakan Allah (Qs Alfurqan: 38 dan Qaf ayat 12).

9. Ashab Al-Ukhdudd
Ashab Al-Ukhdud adalah sebuah kaum yang menggali parit dan menolak beriman kepada Allah, termasuk rajanya. Sementara itu, sekelompok orang yang beriman diceburkan ke dalam parit yang telah dibakar, termasuk seorang wanita yanga tengah menggendong seorang bayi. Mereka dikutuk oleh Allah SWT (QS Alburuuj: 4-9).

10. Ashab Al-Qaryah
Menurut sebagian ahli tafsir, Ashab Al-Qaryah (suatu negeri) adalah penduduk Anthakiyah. Mereka mendustakan rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Allah membinasakan mereka dengan sebuah suara yang sangat keras (QS Yaasiin: 13).

11. Kaum Tubba'
Tubaa' adalah nama seorang raja bangsa Himyar yang beriman. Namun, kaumnya sangat ingkar kepada Allah hingga melampaui batas. Maka, Allah menimpakan azab kepada mereka hingga binasa. Peradaban mereka sangat maju. Salah satunya adalah bendungan air (QS Addukhan: 37).

12. Kaum Saba
Mereka diberi berbagai kenikmatan berupa kebun-kebun yang ditumbuhi pepohonan untuk kemakmuran rakyat Saba. Karena mereka enggan beribadah kepada Allah walau sudah diperingatkan oleh Nabi Sulaiman, akhirnya Allah menghancurkan bendungan Ma'rib dengan banjir besar (Al-Arim) (QS Saba: 15-19).

Inilah Negeri Kaum ‘Aad yang Dibinasakan


kaum-aad 7

 

Kaum Tsamud Dihancurkan dengan Guntur Tanpa Bekas

 “Jika mereka berpaling maka katakanlah: "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Aad dan Tsamud." (QS: Fushilat [41]: 13)







 

Kaum Tsamud Dihancurkan dengan Guntur Tanpa Bekas

Tsamud. Kaum yang dianugrahi kemahiran dalam memahat dan mengukir bebatuan keras untuk dijadikan rumah dan istana-istana raksasa

Terkait



DALAM Al Quran, banyak sekali diceritakan kisah-kisah umat terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah karena mereka mengingkari utusan-Nya dan melakukan berbagai penyimpangan yang telah dilarang. Dosa yang mereka lakukan sudah sedemikian menggurita. Sekalipun bangsa-bangsa tersebut dalam kategori/deretan bangsa yang kuat dan maju (secara pisik), ditandai dengan income yang surplus, memiliki teknologi yang sangat canggih.
Sesungguhnya siksa di dunia ini tidak akan diturunkan oleh-Nya tanpa ada sebab-sebab yang mengundangnya/menyertainya. Dia tidak menurunkan siksa-Nya secara mendadak. Kecuali mayoritas penghuninya telah berbuat kerusakan. Sedangkan kritik sosial (amar bil ma’ruf dan nahi ‘anil munkar) diabaikan. Berarti penyakit sosial sudah menular. Sehingga yang ma’ruf (dikenali hati) menjadi munkar (diingkari hati). Yang mungkar menjadi makruf. Efeknya pihak yang berada level elitis (qiyadah) adalah preman yang didukung pemodal (jaladul fajir), orang yang shalih lemah dan terisolir dari akses ekonomi dan kekuasaan (‘ajzuts tsiqati).

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Kerusakan di darat dan di laut adalah akibat perilaku buruk manusia sendiri. Allah menimpakan adzab kepada manusia akibat dari sebagian keburukan yang mereka lakukan. Dengan adanya adzab itu semoga mereka mau bertaubat kepada Allah.” (QS: Ar Rum [30]: 41)

Merujuk Kitab Shofwatut Tafasir oleh Syeikh Ali Ash Shobuni “bima kasabat aidinnas” artinya bi sababi katsrati dzunubihim (disebabkan banyaknya dosa-dosa mereka).

Man saa-a khuluquhi ‘adzdzaba nafsahu (barangsiapa yang jelek akhlaknya  menyakiti diri sendiri). Kata Ali bin Abi Thalib. Itulah bentuk keadilan Allah Subhanahu Wata’ala di dunia. Berbuat baik membuat hati pelakunya senang, berbuat dosa akan dirasakan oleh pelakunya adanya gugatan batin (nafsu lawwamah). Jika tidak diselesaikan akan menjadi penyakit jiwa.Bahkan dosa tersebut menyakiti pepohonan, hewan dan makhluk lainnya, hanya saja kita tidak memahami secara persis keluhan mereka. Besok pohon ghorqod akan berbicara untuk menunjukkan kepada kita tempat persembunyian Yahudi.

كَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ هِيَ أَشَدُّ قُوَّةً مِّن قَرْيَتِكَ الَّتِي أَخْرَجَتْكَ أَهْلَكْنَاهُمْ فَلَا نَاصِرَ لَهُمْ

“Dan betapa banyaknya negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari pada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka, maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka.” (QS: Muhammad [47]: 13).

Berikut  ini adalah bukti-bukti dari campur tangan ghaib (Allah subhanahu wa ta’ala)  atas kehancuran duabelas kaum.

1. Kaum Nabi Nuh   
Nabi Nuh berdakwah selama satu melenium lebih (950 tahun), namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh.

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلاً وَنَهَاراً
فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَاراً
وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَاراً

Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). dan Sesungguhnya Setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (QS. Nuh (71) : 5-7).

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحاً إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَاماً فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

“Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang ingkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh.” (QS: Al-Ankabut [29]: 14).

2. Kaum Nabi Hud
Nabi Hud diutus untuk kaum ‘Ad. Mereka mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa (QS At Taubah: 70, Al Qamar: 18, Fushshilat: 13, An Najm: 50, Qaaf: 13).

أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَقَوْمِ إِبْرَاهِيمَ وِأَصْحَابِ مَدْيَنَ وَالْمُؤْتَفِكَاتِ أَتَتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَـكِن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka Rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri.” (QS: At Taubah (9) : 70).
‘Aad adalah kaum Nabi Hud, Tsamud ialah kaum Nabi Shaleh; penduduk Madyan ialah kaum Nabi Syu’aib, dan penduduk negeri yang telah musnah adalah kaum Nabi Luth a.s.

كَذَّبَتْ عَادٌ فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ

“Kaum ‘Aad pun mendustakan(pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.” (QS: Al Qamar (54) : 18).

فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِّثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ

“Jika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud.” (QS: Fushilat [41]: 13).

وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَاداً الْأُولَى

“Dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum ‘Aad yang pertama, (QS: An Najm [53]: 50). “Dan kaum Aad, kaum Fir’aun dan kaum Luth.” (QS: Qaf [50]: 13).

3. Kaum Nabi Shalih
Nabi Shalih diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Nabi Saleh diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Kemudian Nabi Shalih membuat jadual minum. Namun, kaumnya tidak mau antri dengan unta. Bahkan, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka (QS ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12).

وَلَقَدْ كَذَّبَ أَصْحَابُ الحِجْرِ الْمُرْسَلِينَ

“Dan Sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul.” (QS: Al Hijr [15]: 80).
Penduduk kota Al-Hijr ini ialah kaum Tsamud. Al-Hijr tempat yang terletak di Wadi Qura antara Madinah dan Suriaah. Yang dimaksud Rasul-rasul di sini ialah shaleh. Mestinya di sini disebut rasul, tetapi disebut Rasul-rasul (Jama’) karena mendustakan seorang Rasul sama dengan mendustakan semua rasul-rasul.

كَأَن لَّمْ يَغْنَوْاْ فِيهَا أَلاَ إِنَّ ثَمُودَ كَفرُواْ رَبَّهُمْ أَلاَ بُعْداً لِّثَمُودَ

“Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, Sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.” (QS: Hud [11] : 68).
Demikian cepatnya mereka dihancurkan oleh guntur itu, sehingga mereka hancur lebur oleh guntur itu, tanpa bekas, seakan-akan mereka tidak pernah ada.
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَأَصْحَابُ الرَّسِّ وَثَمُودُ

“Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Rass dan Tsamud.” (QS: Qaf [50]: 12).*/bersambung

Senin, 11 Agustus 2014

Inilah Ruang Interior Perahu Nabi Nuh AS: Menakjubkan!!


Inilah Ruang Interior Perahu Nabi Nuh AS: Menakjubkan!!

att000001 
A

Anda ingin bertamasya sekeluarga yang bermanfaat, membuat Anda takjub dan meningkatkan keimanan?? Ini untuk Muslim-Kristiani sama saja. Selain ke Timur Tengah, cobalah ke SCHAGEN, Belanda: Masuk dan jelajahilah bagian dalam Perahu Nabi Nuh AS. Waah.. asyik dong!! Kok ke Belanda?? Ya, seorang Belanda, Johan Huibers, membangun Replika Perahu Nabi Nuh AS yang sudah ditemukan sejak tahun 2005 (sebaiknya, biar nyambung, sebelum meneruskan membaca ini, Anda membaca dulu kisah penemuannya di website ini, klik: http://moeflich.wordpress.com/2007/11/24/perahu-nabi-nuh-ditemukan/) dan membangunnya sendiri persis dengan ukuran-ukuran detail seperti dijelaskan dalam Kitab Injil (Al-Qur’an tidak bicara detail ttg perahu Nuh, hanya menjelaskan kisah pembangkangan umatnya, tenggelamnya dan pelajarannya yang harus diambil). Ternyata, “khuuu…” perahu itu memang sangat besaar… ukurannya sepertiga lapangan sepakbola. Bagi Anda yang penghayatannya tinggi akan sangat terharu. Terbayang bagaimana dulu gelombang banjir yang sangat besar dan menakutkan dan umat Nabi Nuh dan ratusan pasang binatang berada didalamnya: jerapah, gajah, singa, buaya, zebra, bison dll. Di dalamnya juga di set satu ruangan teater besar (seperti bioskop) untuk 50 kursi dimana anak-anak bisa duduk nonton film kisah tenggelam dan penemuannya. Konon, banyak pengunjung terkesima. Banyak Kita pun sekarang bisa merasakan bagaimana berada di dalamnya. Selamat menikmati dan melancong kesana!! Maha Besar Allah dengan segala kekuasaan-Nya.
Detailnya baca nih:
“The massive central door in the side of Noah’s Ark was opened, the first crowd of curious townsfolk to behold the wonder. Of course, it’s only a replica of the biblical Ark, built by Dutch Creationist Johan Huibers as a testament to his faith in the literal truth of the Bible.
The ark is 150 cubits long, 30 cubits high and 20 cubits wide. That’s two-thirds the length of a football field and as high as a three-story house. Life-size models of giraffes, elephants, lions, crocodiles, zebras, bison and other animals greet visitors as they arrive in the main hold. A contractor by trade, Huibers built the ark of cedar and pine. Biblical Scholars debate exactly what the wood used by Noah would have been.
Huibers did the work mostly with his own hands, using modern tools and with occasional help from his son Roy. Construction began in May 2005. On the uncovered top deck not quite ready in time for the opening will come a petting zoo, with baby lambs and chickens, and goats, and one camel.Visitors on the first day were stunned. ‘It’s past comprehension’, said Mary Louise Starosciak, who happened to be bicycling by with her husband while on vacation when they saw the ark looming over the local landscape.  ‘I knew the story of Noah, but I had no idea the boat would have been so big.’ There is enough space near the keel for a 50-seat film theatre where kids can watch a video that tells the story of   Noah and his ark.
Huibers, a Christian man, said he hopes the project will renew interest in Christianity in the Netherlands, where church going has fallen dramatically in the past 50 years.  Now that I am old and Gray, give me the time to tell this new generation (and their children too) about all your mighty miracles. Psalm 71:18.”
(I should thank Bother Mohamed Bokreta for these amazing pictures)
a



att00000


att00001

att00002

att00003

att00004

att00005

att000061

att00007

Minggu, 19 Januari 2014

Penciptaan Nabi Adam AS: Persenyawaan Atom dan Sinar Kosmik?

Penciptaan Nabi Adam AS: Persenyawaan Atom dan Sinar Kosmik?



Sungguh, tiada yang sebanding dengan ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur`an, karena di dalamnya sudah pasti terselip ilmu dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Sehingga jika semakin di gali, maka akan kian menambah ilmu dan keimanan. Dan salah satu buktinya adalah mengenai proses penciptaan Nabi Adam AS, yang dapat dijelaskan/dibuktikan secara ilmiah modern.

Untuk mempersingkat waktu, mari kita ikuti penelusuran berikut ini:

Di dalam tubuh manusia, 86%-nya terdiri dari 4 unsur dominan, yaitu :
1. Oksigen (55%)
2. Karbon (18%)
3. Hidrogen (10%)
4. Nitrogen (3%)

Hal ini, nampaknya bersesuaian dengan berita yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, sebagaimana terdapat pada 6 (ayat) berikut :

1. QS. Ar-Rahman [55] ayat 14:
“Dia (Allah) menjadikan manusia dari tanah liat (shal-shal) seperti tembikar (fakhkhar = tanah yang dibakar)”.

Yang dimaksudkan dengan kata “shal-shal” di ayat ini ialah: tanah kering atau setengah kering yakni “zat pembakar” atau oksigen (O), sedangkan kata “fakhkhar“, ialah “zat arang” atau atom karbon (C).

2. QS. Al-Hijr (15) ayat 28:
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; sesung-guhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah liat (shal-shal) dan lumpur hitam (hamaain) yang ber-bentuk (berupa)”

Di ayat ini kata “shal-shal” yang bermakna oksigen (O), sedangkan kata “hamaain” ialah “zat lemas” atau nitrogen (N).

3. QS. As-Sajadah [32] ayat 7:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari thien (tanah)”

Yang dimaksud dengan kata “thien” (tanah) di ayat ini ialah atom hidrogen (H).

4. QS. Ash-Shaffaat [37] ayat 11:
“…., Sesungguhnya Aku (Allah) menjadikan manusia dari tanah liat (laazib)”.

Yang dimaksud dengan kata “laazib” (tanah liat) di ayat ini merupakan hasil persenyawaan antara “zat besi” atau ferrum (Fe) dengan Yodium, Kalium, Silika, dan Mangaan.

5. QS. Ali-`Imran (3) ayat 59:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadi lah Dia”

Yang dimaksud dengan kata “turab” (tanah) di ayat ini ialah “unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis”.

6. QS. Al-Hijr (15) ayat 29:
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”

Di ayat ini, menerangkan tentang proses terakhir kejadian manusia, yaitu melalui ditiupkannya ruh. Proses yang melibatkan “campur tangan” Sang Maha Pencipta ini, menjadi pembeda antara kaum beriman dengan kaum atheis. Pihak Atheis menolak, proses munculnya kehidupan yang datangnya dari Allah SWT, sementara mereka sendiri kebingungan untuk menjawab, darimana datangnya asal kehidupan itu?

Pada ke enam ayat Al-Qur`an ini Allah telah menunjukkan tentang proses kejadiannya Nabi Adam sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani).

Sebagaimana disebutkan pada ayat yang ke lima tentang kata “turab” (tanah) ialah zat-zat asli yang terdapat di dalam tanah yang dinamai zat anorganis. Zat anorganis ini baru terjadi setelah melalui proses persenyawaan atom.

Jelasnya adalah persenyawaan antara fakhkhar (atom karbon (C) = zat arang), shal-shal (atom oksigen (O)= zat pembakar),hamaa-in (atom nitrogen (N) = zat lemas) dan thien (atom hidrogen (H) = zat air), kemudian bersenyawa dengan “laazib” yang merupakan hasil persenyawaan besi (Ferrum/Fe), Yodium, Kalium, Silika, dan Mangaan.

Dalam proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah “turab” (zat-zat anorganis) dalam QS. Ali-`Imran [3] ayat 59. Dan salah satu di antara zat-zat anorganis yang penting ialah “Zat Kalium/Ca” yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, terutama di dalam otot-otot. Zat Kalium ini dianggap terpenting karena mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus.

Dengan berlangsungnya aktivitas “proteinisasi” berlanjut kepada “proses penggantian” yang disebut “substitusi”. Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah elektron-elektron kosmik yang mewujudkan sebab pembentukan (formasi), dinamai juga “sebab wujud” atau Causa Formatis.

Adapun sinar kosmik merupakan sinar yang mempunyai kemampuan untuk mengubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan mudah sinar kosmik dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) erupa badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung telinga dan seterusnya.

*****
Subhanallah…. Begitu terang dan jelas sebuah tuntunan yang diberikan Sang Maha Pencipta, Allah SWT kepada umat manusia. Tinggal berapa gigihnya ia untuk terus menggali ilmu yang terkandung di dalam petunjuknya (Al-Qur`an) itu. Karena seseorang tidak hanya akan mendapatkan ilmu, melainkan akan bertambah pula keimanannya kepada Tuhan, Lantas, masihkah kita segan dan malas untuk mengkaji ayat-ayat Al-Qur`an??

Semoga dengan kajian singkat ini akan membantu kita untuk terus dari sekarang mempertebal keimanan kepada Al-Qur`an, dan termotivasi pula dalam upaya mengembalikan kejayaan Islam yang pernah di capai dimasa lalu, sehingga bisa menempatkannya di saat kini dan yang akan datang. Amin

Tempat Nabi Ibrahim di Bakar Raja Namrud

 


Nabi Ibrahim AS merupakan rasul atau utusan Allah yang diberikan banyak mukjizat. Salah satunya, Ibrahim AS tak mempan dibakar api yang ganas. Bapak monoteisme itu sempat dibakar dalam api yang menyala-nya setelah menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh ayah dan kaumnya.

Namun, Nabi Ibrahim tak takut menghadapi hukuman dari kaumnya itu. Lalu, Allah SWT menyelamatkannya dari panasnya api yang menyala-nyala. "Kami berfirman, 'hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim'." (QS Al-Anbiyaa [21]: 69)

Konon, Nabi Ibrahim AS dibakar di wilayah Urfa, Turki.

Di tempat pembakaran itu, terdapat kolam ikan yang cukup luas. Kolam itu berisi ikan berwarna hitam dove yang seperti ikan gabus. Hanya ada satu jenis ikan dalam kolam itu dengan berbagai ukuran, mulai dari kecil hingga besar.

Masyarakat setempat mengatakan bahwa ikan-ikan yang berada di kawasan pembakaran Nabi Ibrahim itu tidak boleh dimakan. Kolam itu rupanya mengalir ke berbagai selokan di sekitar tempat itu. Selokan yang jernih itu dihiasi dengan sejumlah ikan hitam itu.

Sekitar 100 meter dari tempat pembakaran terdapat tempat kelahiran Nabi Ibrahim. Di samping tempat kelahiran itu telah berdiri dua masjid, yaitu Masjid Maulid Halil yang didirikan pada 1808 M dan Masjid Maulid Halil Baru yang didirikan pada 1980 M.

Dari tempat kelahiran terdapat bukit di belakang masjid. Bukit itu adalah tempat Nabi Ibrahim dilempar dari atas bukit ke tempat pembakaran dengan api yang telah menyala. Di bukit itu terdapat dua tiang besar dan bekas bangunan tua yang sudah runtuh, tetapi dirawat dan dijadikan museum oleh pemerintah setempat.

jejak banjir nuh


jejak banjir nuh


Bukti Bencana Air Bah (Nabi Nuh).....Sampai Ke NUSANTARA

Banjir besar dunia (Bencana Nuh), berdasarkan temuan-temuan geologi diperkirakan terjadi pada sekitar tahun 11.000 SM atau 13.000 tahun yang lalu. Bencana Nuh ini juga melanda Nusantara. Hal ini bisa kita buktikan, dengan ditemukannya, ikan spesifik yang bernama ikan belido, pada dua pulau yang berbeda, yakni Sumatera (sungai musi) dan Kalimantan (sungai kapuas).

Diperkirakan, Pulau Sumatera dan Kalimantan, dahulunya menyatu, dimana sungai musi dan sungai kapuas, merupakan anak sungai, dari sebuah sungai, yang saat ini berada di dasar laut Selat Malaka. (sumber : Banjir di Zaman Nabi Nuh dan Forum Diskusi Banjir Nuh)

Berdasarkan ilmu Geografi, Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Jazirah Malaka dipisahkan oleh laut yang dangkal. Diperkirakan sebelum terjadi bencana Nuh, pulau-pulau itu berada dalam satu daratan, yang disebut Keping Sunda (Sunda Plat).

Beberapa ilmuwan, diantaranya Profesor Aryso Santos dari Brasil, menduga Keping Sunda ini, dahulunya merupakan benua Atlantis, seperti disebut-sebut Plato di dalam bukunya Timeus dan Critias.

Peradaban Tinggi Masa Lalu

Berdasarkan kepada penemuan naskah kuno di dalam Piramid Besar Cheops, yang mengatakan piramid dibangun ‘pada waktu gugusan bintang Lyra berada di rasi Cancer’. Menurut sejarawan, Abu Said El Balchi, peristiwa tersebut terjadi pada sekitar 73.300 tahun yang lalu.

Kemajuan teknologi di masa lalu, juga terlihat dari kecanggihan, kapal yang dibuat Nabi Nuh bersama pengikutnya, sekitar 11.000 SM (13.000 tahun yang lalu).

Mari kita sekedar membayangkan:

1. Kapal ini bisa memuat ribuan bahkan mungkin ratusan ribu pasang hewan, yang kelak menjadi nenek moyang hewan masa kini

2. Masing-masing hewan harus ditempatkan sesuai dengan habitatnya. Unta harus di tempat yang panas. Pinguin harus di daerah dingin. Belum lagi buat binatang-binatang kecil seperti semut, kutu, jangkrik, dll. Semuanya harus disiapkan tempat khusus. Kalau tidak, wah, jelas binatang-binatang kecil itu bisa terinjak-injak oleh binatang-binatang lainnya.

3. Untuk pelayaran berminggu-minggu jelas diperlukan gudang makanan yang besar dan canggih. Kalau tidak, bisa-bisa semua tikus dimakan ular, akibatnya tikus menjadi punah. Belum lagi makanan buat harimau, singa dan buaya. Untuk sapi, kambing dan kuda juga harus disiapkan rumput segar.

4. Tempat makanan juga harus steril, sebab kalau sampai hewan itu sakit lalu mati, hewan tersebut akan menjadi punah. Mungkin kita tidak akan pernah melihat lagi di masa sekarang kalau saja di masa itu telah punah.

5. Kapal tersebut juga dirancang agar tahan terhadap terjangan ombak dan air bah, yang mungkin 1000x lebih hebat dari tsunami. Dan harus menahan beban ribuan hewan.

Di dalam Al Qur’an diceritakan, gelombang air ketika itu laksana gunung, sebagaimana firman-Nya :
”Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung…” (QS. Hud (11) ayat 42-43).

Bahkan berdasarkan pendapat, salah seorang cendikiawan Muslim, Ustadz Nazwar Syamsu, dalam Buku Serial “Tauhid dan Logika“, bencana Nuh ini, telah mengakibatkan bergesernya kutub utara bumi, dari Makkah kepada posisinya yang sekarang.

Dengan memperhatikan, betapa dahsyatnya teknologi Bahtera Nuh ini, rasanya sulit bagi kita untuk mempercayai temuan Ekspedisi “Noah’s Ark Ministries International” (NAMI) dari Hongkong, yang mengklaim telah menemukan ”The Great Noah Ark”, di gunung Arafat Turki, pada ketinggian 4.000 meter, sekitar bulan April 2010.

Intinya, Kapal Nabi Nuh AS merupakan kapal tercanggih yang pernah dibuat umat manusia. Dan sampai saat ini, keberadaannya masih misterius.

Kaum 'Ad


 Pendahuluan
Bangsa arab sebelum datangnya Islam telah memiliki kerajaan-kerajaan yang berlokasi di tempat yang kini dikenal dengan sebutan Timur Tengah yakni Jazirah Arab, Syam ( Syuriah, Palestina, Yordania ) dan Mesir. Di dalam sejarah kerajaan-kerajaan yang ada didaerah tersebut muncul nama kerajaan Aad yang didirikan oleh suatu kaum yang bernama kaum Aad. Secara garis besar, bangsa arab merupakan bangsa yang terdiri dari dua rumpun besar yakni Al-Arabul ‘Aribah dan Al-Arabul Musta’ribah. Bangsa Al-Arabul ‘Aribah merupakan bangsa arab yang telah musnah dan kaum Aad merupakan salah satu dari kaum yang telah musnah tersebut. Sejarah kaum Aad sangat menarik untuk dibahas karena keberadaan kaum Aad pertama kali justru bukan ditemukan di sumber-sumber sejarah tertulis kaum-kaum kuno seperti pada umumnya. Keberadaan kaum Aad justru ditemukan pertama kali di Al-Qur’an yang karena itulah membuat banyak arkeolog penasaran bahwa benarkah kaum Aad ini ada seperti yang tertulis di kitab suci umat Islam. Beberapa peneliti yang tertarik menyelidiki langsung tempat kaum Aad menemukan peninggalan-peninggalan yang tersisa dari kaum Aad dengan bantuan alat-alat modern. Penemuan bekas-bekas jejak peninggalan kaum Aad yang dulu pernah menjadi kebanggaan kaum ini dan bisa disimpulkan juga bahwa sejarah adanya kaum bernama Aad ini dimasa lalu adalah benar.
Asal Usul Kaum Aad
Kaum Aad adalah keturunan dari seseorang yang bernama Aad. Menurut para ahli Nasab ( ahli silsilah keturunan ), orang yang bernama Aad yang menjadi asal usul dan menurunkan kaum Aad adalah  keturunan dari Sam putera Nabi Nuh a.s. Jadi, kata Aad memiliki dua arti yaitu seorang pribadi bernama Aad yang kemudian menjadi asal usul dari kaum Aad dan suatu kaum atau bangsa yang diturunkan oleh seorang bernama Aad tadi[1]. Didalam Al-Qur’an yang dimaksud dengan kata-kata Aad adalah arti yang kedua yaitu suatu kaum bernama Aad.
Kaum Aad masuk dalam golongan bangsa arab yang telah hilang atau lenyap yang memiliki arti keturunan mereka tidak ada lagi atau mereka telah punah. Bangsa arab yang telah hilang itu dalam sejarah dikenal dengan istilah “ Al-Arab Al-Baidah “ yang artinya bangsa Aarab yang telah musnah.
Sejarah Kaum Aad
Kaum Aad merupakan kaum yang awalnya bermukim dan menetap di Mesopotamia ( Irak ). Mesopotamia merupakan sebuah daerah subur yang didiami oleh berbagai macam suku dan bangsa sehingga daerah ini sangat padat akan penduduk. Banyaknya suku dan bangsa ini pula mendorong terjadi banyak peperangan dan perselisihan diantara mereka yang menyebabkan huru-hara. Kerusuhan yang sering terjadi di Mesopotamia bahkan bertambah buruk dengan kekejaman-kekejaman yang dilakukan seorang raja bernama Namrud yang berkuasa di Babylonia ( Mesopotamia Selatan )[2]. kaum Aad merasa Mesopotamia sudah tidak layak lagi untuk ditinggali dan munculah niat kaum Aad untuk mencari tempat tinggal baru sehingga mereka memutuskan untuk hijrah ke daerah lain.
Tempat yang dijadikan kaum Aad sebagai tempat tinggal baru mereka adalah daerah  bernama Al-Ahqaaf. Dikota ini kaum Aad mendirikan infrastuktur yang sangat megah yang diakui bahkan oleh kitab suci umat Islam yakni Al-Qur’an. Di surat al-fajr ayat 6-8 disebutkan “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad, (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan  yang tinggi yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain”. Kaum Aad mendirikan kota-kota dan menggali sumber-sumber air lalu membuat kanal supaya irigasi berjalan teratur. Adanya pengairan yang teratur ini bumi Al-Ahqaar menjadi subur dan sangat bagus untuk bercocok tanam. Mereka juga sudah sanggup untuk bisa melakukan eksplorasi sumber daya alam seperti mengeluarkan logam-logam dari perut bumi dan mengolahnya menjadi barang kerajinan yang terbuat dari logam. Dari segi sosial pun kaum Aad diriwayatkan memiliki kebudayaan yang tinggi menurut ukuran zamannya. Dengan semua hal tersebut mereka telah dapat merasakan hidup sejahtera dan makmur.
Salah satu dari peradaban kaum Aad yang mencolok seperti yang tertera disurat al-fajr ayat 6-8, kaum Aad mendirikan sebuah kota bernama Iram yang sangat megah yang bahkan bisa dibilang sebagai keajaiban dunia dieranya. Kota ini memiliki menara-menara atau tiang-tiang yang sangat tinggi. Menara ini bertujuan sebagai tanda bagi para pedagang atau mushafir yang sedang berjalan melintasi kota Iram. Hal ini membuat Iram sebagai kota persinggahan para pedagang maupun mushafir.  Kota ini dibangun oleh seorang raja bernama Syadda Ibnu ‘Aad/
Kesejahteraan dan kemakmuran yang diperoleh oleh kaum Aad membuat hasrat mereka meluaskan kekuasaan dengan menyerang  dan memerangi negeri-negeri yang lain hingga sampailah kekuasaan mereka ke Syam dan Irak. Perlakuan mereka terhadap lawannya sangat ganas, kejam, dan aniaya ( Q.S. Asy Syua’ra ayat 130 ). Selain prilaku mereka yang tidak lagi menunjukan rasa kemanusiaan kepada lawan-lawannya, mereka juga telah menyimpang secara agama dari menganut kepercayaan tauhid kepada mempertuhankan patung-patung leluhur mereka. Pada awalnya kaum Aad menganut kepercayaan tauhid akan tetapi seiring berjalannya waktu terjadi penyelewengan-penyelewengan dalam kepercayaan itu. Ini terjadi salah satu faktornya disebabkan oleh lingkungan hidupnya. Patung-patung yang dibuat untuk mengenang jasa para leluhur mereka kemudian bergeser dari hanya sekedar penghormatan dan untuk mengenang leluhur mereka menjadi Tuhan yang mereka sembah. Menurut para Mufassir ada tiga buah patung yang mereka sembah yakni “Shada”, “Shamud” dan “Hab”[3]. Maka untuk mengembalikan kaum Aad kepada agama tauhid dan memulihkan rasa kemanusiaan mereka lalu Allah SWT mengutus seorang nabi bernama Nabi Hud a.s. yang merupakan nabi pertama dari bangsa Arab.
Nabi Hud merupakan orang yang berasal dari golongan kaum Aad sendiri karena di Al-Qur’an nabi Hud disebut sebagai saudara sekaum dan seketurunan dengan kaum Aad. Dalam Al-Qur’an terdapat 16 buah surat yang memuat kisah tentang Nabi Hud dan kaum Aad. Nabi Hud pada awalnya berusaha mengembalikan kaum Aad kepada kepercayaan ketauhidan dengan cara menyeru mereka agar kembali menyembah Allah SWT. Nabi Hud mengundang kaum Aad yang menyembah patung-patung agar memperhatikan bahwa patung-patung yang mereka sembah dan dianggap Tuhan tidak mempunyai kekuasaan dan daya apapun. Patung-patung tersebut tidak bisa menciptakan makhluk, tidak bisa memberi rezeki, tidak dapat menghidupkan dan mematikan makhluk. Oleh karena itu, menurut Nabi Hud patung tersebut bukanlah Tuhan dan tidak pantas untuk disembah.
Nabi Hud menyatakan bahwa dia mengajak kaum Aad untuk kembali ke agama tauhid bukanlah mengharapkan balas jasa, uang, kehormatan, ataupun upah dari mereka. Ia hanyalah mengerjakan apa yang Tuhan berikan tanggung jawab kepada dia untuk mengajak kaum Aad untuk kembali kepada agama tauhid sesuai dengan fitrah manusia. Nabi Hud merasakan keprihatinannya karena kaumnya tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang hak dan mana yang batil. Oleh karena mereka telah bergelimang dosa maka nabi Hud menyerukan mereka agar cepat memohon ampun kepada Allah SWT dan bertaubat kepada-Nya. Niscaya taubat mereka akan diterima oleh Allah SWT dan diampuni dosa-dosa mereka lalu akan diturunkan hujaan yang amat lebat sehingga bumi mereka yang terdiri dari gurun pasir dan tandus itu akan menjadi subur dan mendatangkan keberkahan. Akan tetapi perkataan nabi Hud tidak begitu diperdulikan dan hanya segelintir saja yang beriman kepada ucapan nabi Hud. Mayoritas kaum Aad menuduh nabi Hud telah dihinggapi penyakit gila yang ditimpahkan oleh tuhan-tuhan mereka kepadanya. Nabi Hud kemudian menjawab bahwa ia tidak akan bertanggung jawab lagi atas kemusyrikan mereka karena ia hanya diperintah sebatas dakwah sementara urusan iman atau tidaknya kaum Aad akan menjadi tanggung jawab mereka sendiri. Nabi Hud kemudian menantang mereka untuk membunuhnya atas ketidakpercayaan mereka terhadap sifat kenabian yang dimiliki oleh nabi Hud. Ia menantang kaum Aad yang tidak beriman dengan mengatakan bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah tidak dapat melakukan apapun kepadanya karena ia bertawakal kepada Tuhan yang sebenarnya. Nabi Hud kemudian melanjutkan dengan mengatakan bahwa jika mereka tetap melakukan perbuatan syirik dan merusak alam maka mereka akan menerima dampak dari apa yang telah mereka kerjakan.
Diantara kaum Aad ada yang beriman kepada Nabi Hud akan tetapi jumlahnya hanya sedikit saja. Mereka yang tidak beriman kemudian diberikan sebuah bencana berupa angin yang sangat kencang yang terjadi terus menerus selama beberapa hari sehingga kota-kota yang dibanggakan kaum Aad hancur berkeping-keping dan kaum Aad yang ingkar itu tewas terkubur didalam tanah. Peristiwa ini mengakhiri kerajaan yang dibangun oleh kaum Aad. Mereka yang tidak beriman ini kemudian disebut sebagai “Aad Al-Ula” atau kaum Aad pertama.
Orang-orang yang beriman kepada Nabi Hud berhasil selamat karena mematuhi Nabi Hud untuk meninggalkan al-Ahqaaf sebelum tertimpa bencana. Mereka beserta Nabi Hud berpindah meninggalkan al-Ahqaaf menuju ke daerah selatan yaitu Hadramaut. Kaum Aad yang beriman inilah kemudian dikenal dalam sejarah sebagai “Aad ats-tsaniyah” atau kaum Aad kedua. Kaum Aad kedua mendirikan sebuah kerajaan di Hadramaut bernama kerajaan Aad kedua. Kerajaan ini berumur sekitar 1000 tahun lamanya[4]. Sepanjang 1000 tahun itu kepercayaan kaum Aad kedua kembali lagi menyimpang dari agama tauhid sepeninggal Nabi Hud wafat.
Hagemoni kaum Aad kedua di Hadramaut (Yaman) ini berakhir setelah kalah berperang melawan bangsa pendatang bernama Bani Qahthan yang berasal dari Mesopotamia. Alasan Bani Qahthan berpindah ke Yaman sama halnya seperti ketika kaum Aad pertama berpindah dari Mesopotamia. Bani Qahthan mencari daerah tempat tinggal baru karena Mesopotamia sudah sangat padat. Kemenangan Bani Qahthan menyebabkan kekuasaan di Yaman berpindah tangan akan tetapi kaum Aad kedua tidak ditumpas oleh Bani Qahthan. Kaum Aad kedua tetap tinggal di Yaman berada dalam kekuasaan Bani Qahthan. Namun, ada beberapa anggota kaum Aad kedua yang lebih  memilih untuk hijrah ke Habsyah.
Kaum Aad kedua yang menetap di Yaman dan juga yang hijrah ke Habsyah karena takdir dari Allah SWT lalu mereka musnah. Bani Qahthan yang berkuasa di Yaman menjadi cikal bakal rumpun bangsa Arab yang dikenal dengan sebutan “Al-Arab Al ‘Aribah”.
Pencarian Jejak Peninggalan Kaum Aad
Pada awal tahun 1990 muncul keterangan pers dalam beberapa surat kabar terkenal dunia bahwa “Kota Legendaris Arabia yang Hilang Telah Ditemukan”, “Kota Legenda Arabia Telah Ditemukan”[5]. Penemuan arkeologis ini lebih menarik karena kota ini juga disebutkan di Al-Qur’an. Banyak orang beranggapan bahwa kaum yang diceritakan  oleh  Al-Qur’an itu hanyalah sebuah legenda belaka. Penemuan ini telah membuat mereka semua yang menyangsikan kebenaran cerita di Al-Qur’an menjadi keheranan.  Penemuan ini membuktikan cerita lisan yang dijelaskan secara turun-temurun di suku Badui Arab. Ilmuwan-ilmuwan yang mendengar penemuan tersebut kemudian menjadi terbangkit rasa keingintahuannya terhadap kota yang hilang tersebut.  Seorang ilmuwan bernama Nicholas Clapp asal Prancis kemudian berhasil menemukan fakta-fakta mengenai jejak peninggalan kaum Aad. Clapp membaca sebuah buku berjudul Arabia Felix yang ditulis seorang peniliti Inggris bernama Bertram Thomas pada tahun1932. Arabia Felix adalah penamaan Romawi kepada bagian selatan semenanjung Arabia yang mencakup Yaman dan sebagian besar Oman[6]. Bangsa Yunani menyebut daerah ini dengan sebutan “Eudaimon Arabia” sedangkan sarjana Arab abad pertengahan menyebutnya sebagai “Al Yaman Al Sa’idah”. Semua nama tersebut berarti “Arabia yang Beruntung”. Kenapa bisa demikian karena orang-orang yang hidup didaerah tersebut pada masa itu dikenal sebagai orang-orang yang beruntung pada masanya. Keberuntungan itu berkaitan dengan letak mereka yang strategis menjadi perantara dalam jalur perdagangan rempah-rempah antara India dengan Semenanjung Arab Utara. Selain itu, masyarakat yang berdiam  didaerah tersebut memproduksi “frankincense” yaitu sejenis getah wangi dari pepohonan langka. Produk itu digunakan sebagai dupa untuk melaksanakan ritual keagamaan. Pada masa itu, getah wangi tersebut sama mahalnya dengan emas sekarang. Thomas pengarang buku Arabia Felix mengatakan bahwa ia telah menemukan jejak sebuah kota kuno yang dibangun oleh salah satu suku yang beruntung tersebut. Kota kuno yang belakangan disebut sebagai “Ubar”. Thomas ditunjukan sebuah jalur-jalur using oleh suku Badui dan menyatakan bahwa jalur ini mengarah ke kota kuno. Thomas meninggal sebelum mampu membuktikan perkataan suku Badui tersebut. Clapp yang mengkaji tulisan Thomas kemudian meyakini keberadaan kota kuno yang hilang tersebut. Clapp memulai  penelitian dengan dua cara yaitu dengan meminta NASA (Badan Luar Angkasa Amerika Serikat) untuk menyediakan foto satelit tersebut. Setelah perjuangan yang panjang, Clapp berhasil  membujuk pihak yang berwenang untuk memotret daerah tersebut Clapp melanjutkan mempelajari manuskrip dan peta kuno di perpustakaan Hutington di California. Tujuannya adalah untuk menemukan peta dari daerah tersebut. Ia menemukan sebuah peta yang digambar oleh Ptolomeus, ahli geografis Yunani-Mesirdi tahun 200 . Pada tahun ini ditunjukan jalur-jalur ke sebuah lokasi kota tua yang ditemukan. Foto yang diambil oleh NASA juga memperlihatkan jalur kafilah terlihat walaupun secara mata telanjang sulit terlihat tetapi karena difoto melalui satu kesatuan dari angkasa maka jalur-jalur tersebut jadi terlihat. Dengan membandingkan kedua fakta tersebut Clapp berkesimpulan bahwa kedua fakta ini sesuai dan ini merupakan jejak peradaban yang dicari oleh Thomas dalam bukunya Arabia Felix. Penggalian dilakukan dan tak berapa lama muncullah sebuah kota tampak dari bawah gurun pasir. Kota yang ditemukan memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Al-Qur’an terhadap kaum Aad yaitu mendirikan kota yang memiliki tiang-tiang dan menara-menara yang tinggi.
Kesulitannya membuktikan keotentikan sejarah kaum Aad dikarenakan tidak ditemukannya catatan dan arsip peradaban lama. Satu-satunya catatan tertulis hanyalah di Al-Qur’an. Namun, fakta ini tidak mengherankan karena sebuah daerah di Arab Selatan yang jauh dari kaum lain yang hidup didaerah Mesopotamia menyebabkan sulit tercantum dalam sejarah bangsa lain karena jarangnya interaksi dengan bangsa-bangsa besar ketika itu. Alasan lain yang sangat utama adalah karena tidak adanya budaya untuk menulis dikalangan masyarakat Arab. Kaum Aad yang telah membuat peradaban yang tinggi tidak didokumentasikan dalam tulisan oleh bangsa lain.
Pencarian jejak peradaban kaum Aad pertama sempat mengalami kesulitan karena dan susah ditempuh bernama “Ar Rabu’ul Khali”. Sedangkan jejak peradaban kaum Aad kedua ada di Hadramaut berupa kota bernama Madinah Qabri Hud yang terdapat makam Nabi Hud. Tempat ini telah dikunjungi oleh seorang peniliti bernama Van der Meulen yang kemudian menulis buku berjudul “Hadramaut, Some Of Its Mysteries Unveiled”[7]. Dibukunya disebutkan bahwa ada reruntuhan-reruntuhan dari sisa-sisa peradaban kaum Aad kedua di Hadramaut.
Kesimpulan
Kaum Aad telah musnah karena tidak ada lagi keturunan yang diwariskan oleh kaum ini. Kaum Aad pertama dimusnahkan Allah SWT karena mereka telah mendustai diri mereka sendiri dengan melakukan kekejaman didunia, kerusakan bagi lingkungan, dan tidak mengimani seruan nabi yang diutus untuk meluruskan akhlak dan tauhid mereka. Bencana berupa angin kencang yang mendera Al-Ahqaaf selama berhari-hari telah memusnahkan kaum Aad pertama. Sedangkan kaum Aad kedua yang selamat dari bencana tersebut karena mengimani perkataan nabi Hud kemudian hijrah ke Hadramaut. Mereka pun musnah dengan kedatangan Bani Qahthan ke Yaman lalu berkuasa menggantikan kaum Aad kedua. Oleh karena itu, kaum Aad masuk dalam golongan Al Arab Al Baidah yang berarti bangsa Arab yang telah musnah.
DAFTAR PUSTAKA
Yahya, Harun. 2003. Negeri-negeri yang Musnah dan Pembuktian Arkeologis Atas Kehancuran Kaum yang Dimurkai Allah. Bandung : Dzikra.
Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta : Bulan Bintang.

[1] Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta : Bulan Bintang. Hal. 4
[2] Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta : Bulan Bintang. Hal. 3.
[3] Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta : Bulan Bintang. Hal. 6.
[4] Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta : Bulan Bintang. Hal. 13.
[5] Yahya, Harun. 2003. Negeri-negeri yang Musnah dan Pembuktian Arkeologis Atas Kehancuran Kaum yang Dimurkai Allah. Bandung : Dzikra.
[6] Yahya, Harun. 2003. Negeri-negeri yang Musnah dan Pembuktian Arkeologis Atas Kehancuran Kaum yang Dimurkai Allah. Bandung : Dzikra.
[7] Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta : Bulan Bintang. Hal. 17.