Minggu, 19 Januari 2014

Penciptaan Nabi Adam AS: Persenyawaan Atom dan Sinar Kosmik?

Penciptaan Nabi Adam AS: Persenyawaan Atom dan Sinar Kosmik?



Sungguh, tiada yang sebanding dengan ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur`an, karena di dalamnya sudah pasti terselip ilmu dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Sehingga jika semakin di gali, maka akan kian menambah ilmu dan keimanan. Dan salah satu buktinya adalah mengenai proses penciptaan Nabi Adam AS, yang dapat dijelaskan/dibuktikan secara ilmiah modern.

Untuk mempersingkat waktu, mari kita ikuti penelusuran berikut ini:

Di dalam tubuh manusia, 86%-nya terdiri dari 4 unsur dominan, yaitu :
1. Oksigen (55%)
2. Karbon (18%)
3. Hidrogen (10%)
4. Nitrogen (3%)

Hal ini, nampaknya bersesuaian dengan berita yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, sebagaimana terdapat pada 6 (ayat) berikut :

1. QS. Ar-Rahman [55] ayat 14:
“Dia (Allah) menjadikan manusia dari tanah liat (shal-shal) seperti tembikar (fakhkhar = tanah yang dibakar)”.

Yang dimaksudkan dengan kata “shal-shal” di ayat ini ialah: tanah kering atau setengah kering yakni “zat pembakar” atau oksigen (O), sedangkan kata “fakhkhar“, ialah “zat arang” atau atom karbon (C).

2. QS. Al-Hijr (15) ayat 28:
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; sesung-guhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah liat (shal-shal) dan lumpur hitam (hamaain) yang ber-bentuk (berupa)”

Di ayat ini kata “shal-shal” yang bermakna oksigen (O), sedangkan kata “hamaain” ialah “zat lemas” atau nitrogen (N).

3. QS. As-Sajadah [32] ayat 7:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari thien (tanah)”

Yang dimaksud dengan kata “thien” (tanah) di ayat ini ialah atom hidrogen (H).

4. QS. Ash-Shaffaat [37] ayat 11:
“…., Sesungguhnya Aku (Allah) menjadikan manusia dari tanah liat (laazib)”.

Yang dimaksud dengan kata “laazib” (tanah liat) di ayat ini merupakan hasil persenyawaan antara “zat besi” atau ferrum (Fe) dengan Yodium, Kalium, Silika, dan Mangaan.

5. QS. Ali-`Imran (3) ayat 59:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadi lah Dia”

Yang dimaksud dengan kata “turab” (tanah) di ayat ini ialah “unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis”.

6. QS. Al-Hijr (15) ayat 29:
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”

Di ayat ini, menerangkan tentang proses terakhir kejadian manusia, yaitu melalui ditiupkannya ruh. Proses yang melibatkan “campur tangan” Sang Maha Pencipta ini, menjadi pembeda antara kaum beriman dengan kaum atheis. Pihak Atheis menolak, proses munculnya kehidupan yang datangnya dari Allah SWT, sementara mereka sendiri kebingungan untuk menjawab, darimana datangnya asal kehidupan itu?

Pada ke enam ayat Al-Qur`an ini Allah telah menunjukkan tentang proses kejadiannya Nabi Adam sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani).

Sebagaimana disebutkan pada ayat yang ke lima tentang kata “turab” (tanah) ialah zat-zat asli yang terdapat di dalam tanah yang dinamai zat anorganis. Zat anorganis ini baru terjadi setelah melalui proses persenyawaan atom.

Jelasnya adalah persenyawaan antara fakhkhar (atom karbon (C) = zat arang), shal-shal (atom oksigen (O)= zat pembakar),hamaa-in (atom nitrogen (N) = zat lemas) dan thien (atom hidrogen (H) = zat air), kemudian bersenyawa dengan “laazib” yang merupakan hasil persenyawaan besi (Ferrum/Fe), Yodium, Kalium, Silika, dan Mangaan.

Dalam proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah “turab” (zat-zat anorganis) dalam QS. Ali-`Imran [3] ayat 59. Dan salah satu di antara zat-zat anorganis yang penting ialah “Zat Kalium/Ca” yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, terutama di dalam otot-otot. Zat Kalium ini dianggap terpenting karena mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus.

Dengan berlangsungnya aktivitas “proteinisasi” berlanjut kepada “proses penggantian” yang disebut “substitusi”. Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah elektron-elektron kosmik yang mewujudkan sebab pembentukan (formasi), dinamai juga “sebab wujud” atau Causa Formatis.

Adapun sinar kosmik merupakan sinar yang mempunyai kemampuan untuk mengubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan mudah sinar kosmik dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) erupa badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung telinga dan seterusnya.

*****
Subhanallah…. Begitu terang dan jelas sebuah tuntunan yang diberikan Sang Maha Pencipta, Allah SWT kepada umat manusia. Tinggal berapa gigihnya ia untuk terus menggali ilmu yang terkandung di dalam petunjuknya (Al-Qur`an) itu. Karena seseorang tidak hanya akan mendapatkan ilmu, melainkan akan bertambah pula keimanannya kepada Tuhan, Lantas, masihkah kita segan dan malas untuk mengkaji ayat-ayat Al-Qur`an??

Semoga dengan kajian singkat ini akan membantu kita untuk terus dari sekarang mempertebal keimanan kepada Al-Qur`an, dan termotivasi pula dalam upaya mengembalikan kejayaan Islam yang pernah di capai dimasa lalu, sehingga bisa menempatkannya di saat kini dan yang akan datang. Amin

Tempat Nabi Ibrahim di Bakar Raja Namrud

 


Nabi Ibrahim AS merupakan rasul atau utusan Allah yang diberikan banyak mukjizat. Salah satunya, Ibrahim AS tak mempan dibakar api yang ganas. Bapak monoteisme itu sempat dibakar dalam api yang menyala-nya setelah menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh ayah dan kaumnya.

Namun, Nabi Ibrahim tak takut menghadapi hukuman dari kaumnya itu. Lalu, Allah SWT menyelamatkannya dari panasnya api yang menyala-nyala. "Kami berfirman, 'hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim'." (QS Al-Anbiyaa [21]: 69)

Konon, Nabi Ibrahim AS dibakar di wilayah Urfa, Turki.

Di tempat pembakaran itu, terdapat kolam ikan yang cukup luas. Kolam itu berisi ikan berwarna hitam dove yang seperti ikan gabus. Hanya ada satu jenis ikan dalam kolam itu dengan berbagai ukuran, mulai dari kecil hingga besar.

Masyarakat setempat mengatakan bahwa ikan-ikan yang berada di kawasan pembakaran Nabi Ibrahim itu tidak boleh dimakan. Kolam itu rupanya mengalir ke berbagai selokan di sekitar tempat itu. Selokan yang jernih itu dihiasi dengan sejumlah ikan hitam itu.

Sekitar 100 meter dari tempat pembakaran terdapat tempat kelahiran Nabi Ibrahim. Di samping tempat kelahiran itu telah berdiri dua masjid, yaitu Masjid Maulid Halil yang didirikan pada 1808 M dan Masjid Maulid Halil Baru yang didirikan pada 1980 M.

Dari tempat kelahiran terdapat bukit di belakang masjid. Bukit itu adalah tempat Nabi Ibrahim dilempar dari atas bukit ke tempat pembakaran dengan api yang telah menyala. Di bukit itu terdapat dua tiang besar dan bekas bangunan tua yang sudah runtuh, tetapi dirawat dan dijadikan museum oleh pemerintah setempat.

jejak banjir nuh


jejak banjir nuh


Bukti Bencana Air Bah (Nabi Nuh).....Sampai Ke NUSANTARA

Banjir besar dunia (Bencana Nuh), berdasarkan temuan-temuan geologi diperkirakan terjadi pada sekitar tahun 11.000 SM atau 13.000 tahun yang lalu. Bencana Nuh ini juga melanda Nusantara. Hal ini bisa kita buktikan, dengan ditemukannya, ikan spesifik yang bernama ikan belido, pada dua pulau yang berbeda, yakni Sumatera (sungai musi) dan Kalimantan (sungai kapuas).

Diperkirakan, Pulau Sumatera dan Kalimantan, dahulunya menyatu, dimana sungai musi dan sungai kapuas, merupakan anak sungai, dari sebuah sungai, yang saat ini berada di dasar laut Selat Malaka. (sumber : Banjir di Zaman Nabi Nuh dan Forum Diskusi Banjir Nuh)

Berdasarkan ilmu Geografi, Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Jazirah Malaka dipisahkan oleh laut yang dangkal. Diperkirakan sebelum terjadi bencana Nuh, pulau-pulau itu berada dalam satu daratan, yang disebut Keping Sunda (Sunda Plat).

Beberapa ilmuwan, diantaranya Profesor Aryso Santos dari Brasil, menduga Keping Sunda ini, dahulunya merupakan benua Atlantis, seperti disebut-sebut Plato di dalam bukunya Timeus dan Critias.

Peradaban Tinggi Masa Lalu

Berdasarkan kepada penemuan naskah kuno di dalam Piramid Besar Cheops, yang mengatakan piramid dibangun ‘pada waktu gugusan bintang Lyra berada di rasi Cancer’. Menurut sejarawan, Abu Said El Balchi, peristiwa tersebut terjadi pada sekitar 73.300 tahun yang lalu.

Kemajuan teknologi di masa lalu, juga terlihat dari kecanggihan, kapal yang dibuat Nabi Nuh bersama pengikutnya, sekitar 11.000 SM (13.000 tahun yang lalu).

Mari kita sekedar membayangkan:

1. Kapal ini bisa memuat ribuan bahkan mungkin ratusan ribu pasang hewan, yang kelak menjadi nenek moyang hewan masa kini

2. Masing-masing hewan harus ditempatkan sesuai dengan habitatnya. Unta harus di tempat yang panas. Pinguin harus di daerah dingin. Belum lagi buat binatang-binatang kecil seperti semut, kutu, jangkrik, dll. Semuanya harus disiapkan tempat khusus. Kalau tidak, wah, jelas binatang-binatang kecil itu bisa terinjak-injak oleh binatang-binatang lainnya.

3. Untuk pelayaran berminggu-minggu jelas diperlukan gudang makanan yang besar dan canggih. Kalau tidak, bisa-bisa semua tikus dimakan ular, akibatnya tikus menjadi punah. Belum lagi makanan buat harimau, singa dan buaya. Untuk sapi, kambing dan kuda juga harus disiapkan rumput segar.

4. Tempat makanan juga harus steril, sebab kalau sampai hewan itu sakit lalu mati, hewan tersebut akan menjadi punah. Mungkin kita tidak akan pernah melihat lagi di masa sekarang kalau saja di masa itu telah punah.

5. Kapal tersebut juga dirancang agar tahan terhadap terjangan ombak dan air bah, yang mungkin 1000x lebih hebat dari tsunami. Dan harus menahan beban ribuan hewan.

Di dalam Al Qur’an diceritakan, gelombang air ketika itu laksana gunung, sebagaimana firman-Nya :
”Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung…” (QS. Hud (11) ayat 42-43).

Bahkan berdasarkan pendapat, salah seorang cendikiawan Muslim, Ustadz Nazwar Syamsu, dalam Buku Serial “Tauhid dan Logika“, bencana Nuh ini, telah mengakibatkan bergesernya kutub utara bumi, dari Makkah kepada posisinya yang sekarang.

Dengan memperhatikan, betapa dahsyatnya teknologi Bahtera Nuh ini, rasanya sulit bagi kita untuk mempercayai temuan Ekspedisi “Noah’s Ark Ministries International” (NAMI) dari Hongkong, yang mengklaim telah menemukan ”The Great Noah Ark”, di gunung Arafat Turki, pada ketinggian 4.000 meter, sekitar bulan April 2010.

Intinya, Kapal Nabi Nuh AS merupakan kapal tercanggih yang pernah dibuat umat manusia. Dan sampai saat ini, keberadaannya masih misterius.

Kaum 'Ad


 Pendahuluan
Bangsa arab sebelum datangnya Islam telah memiliki kerajaan-kerajaan yang berlokasi di tempat yang kini dikenal dengan sebutan Timur Tengah yakni Jazirah Arab, Syam ( Syuriah, Palestina, Yordania ) dan Mesir. Di dalam sejarah kerajaan-kerajaan yang ada didaerah tersebut muncul nama kerajaan Aad yang didirikan oleh suatu kaum yang bernama kaum Aad. Secara garis besar, bangsa arab merupakan bangsa yang terdiri dari dua rumpun besar yakni Al-Arabul ‘Aribah dan Al-Arabul Musta’ribah. Bangsa Al-Arabul ‘Aribah merupakan bangsa arab yang telah musnah dan kaum Aad merupakan salah satu dari kaum yang telah musnah tersebut. Sejarah kaum Aad sangat menarik untuk dibahas karena keberadaan kaum Aad pertama kali justru bukan ditemukan di sumber-sumber sejarah tertulis kaum-kaum kuno seperti pada umumnya. Keberadaan kaum Aad justru ditemukan pertama kali di Al-Qur’an yang karena itulah membuat banyak arkeolog penasaran bahwa benarkah kaum Aad ini ada seperti yang tertulis di kitab suci umat Islam. Beberapa peneliti yang tertarik menyelidiki langsung tempat kaum Aad menemukan peninggalan-peninggalan yang tersisa dari kaum Aad dengan bantuan alat-alat modern. Penemuan bekas-bekas jejak peninggalan kaum Aad yang dulu pernah menjadi kebanggaan kaum ini dan bisa disimpulkan juga bahwa sejarah adanya kaum bernama Aad ini dimasa lalu adalah benar.
Asal Usul Kaum Aad
Kaum Aad adalah keturunan dari seseorang yang bernama Aad. Menurut para ahli Nasab ( ahli silsilah keturunan ), orang yang bernama Aad yang menjadi asal usul dan menurunkan kaum Aad adalah  keturunan dari Sam putera Nabi Nuh a.s. Jadi, kata Aad memiliki dua arti yaitu seorang pribadi bernama Aad yang kemudian menjadi asal usul dari kaum Aad dan suatu kaum atau bangsa yang diturunkan oleh seorang bernama Aad tadi[1]. Didalam Al-Qur’an yang dimaksud dengan kata-kata Aad adalah arti yang kedua yaitu suatu kaum bernama Aad.
Kaum Aad masuk dalam golongan bangsa arab yang telah hilang atau lenyap yang memiliki arti keturunan mereka tidak ada lagi atau mereka telah punah. Bangsa arab yang telah hilang itu dalam sejarah dikenal dengan istilah “ Al-Arab Al-Baidah “ yang artinya bangsa Aarab yang telah musnah.
Sejarah Kaum Aad
Kaum Aad merupakan kaum yang awalnya bermukim dan menetap di Mesopotamia ( Irak ). Mesopotamia merupakan sebuah daerah subur yang didiami oleh berbagai macam suku dan bangsa sehingga daerah ini sangat padat akan penduduk. Banyaknya suku dan bangsa ini pula mendorong terjadi banyak peperangan dan perselisihan diantara mereka yang menyebabkan huru-hara. Kerusuhan yang sering terjadi di Mesopotamia bahkan bertambah buruk dengan kekejaman-kekejaman yang dilakukan seorang raja bernama Namrud yang berkuasa di Babylonia ( Mesopotamia Selatan )[2]. kaum Aad merasa Mesopotamia sudah tidak layak lagi untuk ditinggali dan munculah niat kaum Aad untuk mencari tempat tinggal baru sehingga mereka memutuskan untuk hijrah ke daerah lain.
Tempat yang dijadikan kaum Aad sebagai tempat tinggal baru mereka adalah daerah  bernama Al-Ahqaaf. Dikota ini kaum Aad mendirikan infrastuktur yang sangat megah yang diakui bahkan oleh kitab suci umat Islam yakni Al-Qur’an. Di surat al-fajr ayat 6-8 disebutkan “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad, (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan  yang tinggi yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain”. Kaum Aad mendirikan kota-kota dan menggali sumber-sumber air lalu membuat kanal supaya irigasi berjalan teratur. Adanya pengairan yang teratur ini bumi Al-Ahqaar menjadi subur dan sangat bagus untuk bercocok tanam. Mereka juga sudah sanggup untuk bisa melakukan eksplorasi sumber daya alam seperti mengeluarkan logam-logam dari perut bumi dan mengolahnya menjadi barang kerajinan yang terbuat dari logam. Dari segi sosial pun kaum Aad diriwayatkan memiliki kebudayaan yang tinggi menurut ukuran zamannya. Dengan semua hal tersebut mereka telah dapat merasakan hidup sejahtera dan makmur.
Salah satu dari peradaban kaum Aad yang mencolok seperti yang tertera disurat al-fajr ayat 6-8, kaum Aad mendirikan sebuah kota bernama Iram yang sangat megah yang bahkan bisa dibilang sebagai keajaiban dunia dieranya. Kota ini memiliki menara-menara atau tiang-tiang yang sangat tinggi. Menara ini bertujuan sebagai tanda bagi para pedagang atau mushafir yang sedang berjalan melintasi kota Iram. Hal ini membuat Iram sebagai kota persinggahan para pedagang maupun mushafir.  Kota ini dibangun oleh seorang raja bernama Syadda Ibnu ‘Aad/
Kesejahteraan dan kemakmuran yang diperoleh oleh kaum Aad membuat hasrat mereka meluaskan kekuasaan dengan menyerang  dan memerangi negeri-negeri yang lain hingga sampailah kekuasaan mereka ke Syam dan Irak. Perlakuan mereka terhadap lawannya sangat ganas, kejam, dan aniaya ( Q.S. Asy Syua’ra ayat 130 ). Selain prilaku mereka yang tidak lagi menunjukan rasa kemanusiaan kepada lawan-lawannya, mereka juga telah menyimpang secara agama dari menganut kepercayaan tauhid kepada mempertuhankan patung-patung leluhur mereka. Pada awalnya kaum Aad menganut kepercayaan tauhid akan tetapi seiring berjalannya waktu terjadi penyelewengan-penyelewengan dalam kepercayaan itu. Ini terjadi salah satu faktornya disebabkan oleh lingkungan hidupnya. Patung-patung yang dibuat untuk mengenang jasa para leluhur mereka kemudian bergeser dari hanya sekedar penghormatan dan untuk mengenang leluhur mereka menjadi Tuhan yang mereka sembah. Menurut para Mufassir ada tiga buah patung yang mereka sembah yakni “Shada”, “Shamud” dan “Hab”[3]. Maka untuk mengembalikan kaum Aad kepada agama tauhid dan memulihkan rasa kemanusiaan mereka lalu Allah SWT mengutus seorang nabi bernama Nabi Hud a.s. yang merupakan nabi pertama dari bangsa Arab.
Nabi Hud merupakan orang yang berasal dari golongan kaum Aad sendiri karena di Al-Qur’an nabi Hud disebut sebagai saudara sekaum dan seketurunan dengan kaum Aad. Dalam Al-Qur’an terdapat 16 buah surat yang memuat kisah tentang Nabi Hud dan kaum Aad. Nabi Hud pada awalnya berusaha mengembalikan kaum Aad kepada kepercayaan ketauhidan dengan cara menyeru mereka agar kembali menyembah Allah SWT. Nabi Hud mengundang kaum Aad yang menyembah patung-patung agar memperhatikan bahwa patung-patung yang mereka sembah dan dianggap Tuhan tidak mempunyai kekuasaan dan daya apapun. Patung-patung tersebut tidak bisa menciptakan makhluk, tidak bisa memberi rezeki, tidak dapat menghidupkan dan mematikan makhluk. Oleh karena itu, menurut Nabi Hud patung tersebut bukanlah Tuhan dan tidak pantas untuk disembah.
Nabi Hud menyatakan bahwa dia mengajak kaum Aad untuk kembali ke agama tauhid bukanlah mengharapkan balas jasa, uang, kehormatan, ataupun upah dari mereka. Ia hanyalah mengerjakan apa yang Tuhan berikan tanggung jawab kepada dia untuk mengajak kaum Aad untuk kembali kepada agama tauhid sesuai dengan fitrah manusia. Nabi Hud merasakan keprihatinannya karena kaumnya tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang hak dan mana yang batil. Oleh karena mereka telah bergelimang dosa maka nabi Hud menyerukan mereka agar cepat memohon ampun kepada Allah SWT dan bertaubat kepada-Nya. Niscaya taubat mereka akan diterima oleh Allah SWT dan diampuni dosa-dosa mereka lalu akan diturunkan hujaan yang amat lebat sehingga bumi mereka yang terdiri dari gurun pasir dan tandus itu akan menjadi subur dan mendatangkan keberkahan. Akan tetapi perkataan nabi Hud tidak begitu diperdulikan dan hanya segelintir saja yang beriman kepada ucapan nabi Hud. Mayoritas kaum Aad menuduh nabi Hud telah dihinggapi penyakit gila yang ditimpahkan oleh tuhan-tuhan mereka kepadanya. Nabi Hud kemudian menjawab bahwa ia tidak akan bertanggung jawab lagi atas kemusyrikan mereka karena ia hanya diperintah sebatas dakwah sementara urusan iman atau tidaknya kaum Aad akan menjadi tanggung jawab mereka sendiri. Nabi Hud kemudian menantang mereka untuk membunuhnya atas ketidakpercayaan mereka terhadap sifat kenabian yang dimiliki oleh nabi Hud. Ia menantang kaum Aad yang tidak beriman dengan mengatakan bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah tidak dapat melakukan apapun kepadanya karena ia bertawakal kepada Tuhan yang sebenarnya. Nabi Hud kemudian melanjutkan dengan mengatakan bahwa jika mereka tetap melakukan perbuatan syirik dan merusak alam maka mereka akan menerima dampak dari apa yang telah mereka kerjakan.
Diantara kaum Aad ada yang beriman kepada Nabi Hud akan tetapi jumlahnya hanya sedikit saja. Mereka yang tidak beriman kemudian diberikan sebuah bencana berupa angin yang sangat kencang yang terjadi terus menerus selama beberapa hari sehingga kota-kota yang dibanggakan kaum Aad hancur berkeping-keping dan kaum Aad yang ingkar itu tewas terkubur didalam tanah. Peristiwa ini mengakhiri kerajaan yang dibangun oleh kaum Aad. Mereka yang tidak beriman ini kemudian disebut sebagai “Aad Al-Ula” atau kaum Aad pertama.
Orang-orang yang beriman kepada Nabi Hud berhasil selamat karena mematuhi Nabi Hud untuk meninggalkan al-Ahqaaf sebelum tertimpa bencana. Mereka beserta Nabi Hud berpindah meninggalkan al-Ahqaaf menuju ke daerah selatan yaitu Hadramaut. Kaum Aad yang beriman inilah kemudian dikenal dalam sejarah sebagai “Aad ats-tsaniyah” atau kaum Aad kedua. Kaum Aad kedua mendirikan sebuah kerajaan di Hadramaut bernama kerajaan Aad kedua. Kerajaan ini berumur sekitar 1000 tahun lamanya[4]. Sepanjang 1000 tahun itu kepercayaan kaum Aad kedua kembali lagi menyimpang dari agama tauhid sepeninggal Nabi Hud wafat.
Hagemoni kaum Aad kedua di Hadramaut (Yaman) ini berakhir setelah kalah berperang melawan bangsa pendatang bernama Bani Qahthan yang berasal dari Mesopotamia. Alasan Bani Qahthan berpindah ke Yaman sama halnya seperti ketika kaum Aad pertama berpindah dari Mesopotamia. Bani Qahthan mencari daerah tempat tinggal baru karena Mesopotamia sudah sangat padat. Kemenangan Bani Qahthan menyebabkan kekuasaan di Yaman berpindah tangan akan tetapi kaum Aad kedua tidak ditumpas oleh Bani Qahthan. Kaum Aad kedua tetap tinggal di Yaman berada dalam kekuasaan Bani Qahthan. Namun, ada beberapa anggota kaum Aad kedua yang lebih  memilih untuk hijrah ke Habsyah.
Kaum Aad kedua yang menetap di Yaman dan juga yang hijrah ke Habsyah karena takdir dari Allah SWT lalu mereka musnah. Bani Qahthan yang berkuasa di Yaman menjadi cikal bakal rumpun bangsa Arab yang dikenal dengan sebutan “Al-Arab Al ‘Aribah”.
Pencarian Jejak Peninggalan Kaum Aad
Pada awal tahun 1990 muncul keterangan pers dalam beberapa surat kabar terkenal dunia bahwa “Kota Legendaris Arabia yang Hilang Telah Ditemukan”, “Kota Legenda Arabia Telah Ditemukan”[5]. Penemuan arkeologis ini lebih menarik karena kota ini juga disebutkan di Al-Qur’an. Banyak orang beranggapan bahwa kaum yang diceritakan  oleh  Al-Qur’an itu hanyalah sebuah legenda belaka. Penemuan ini telah membuat mereka semua yang menyangsikan kebenaran cerita di Al-Qur’an menjadi keheranan.  Penemuan ini membuktikan cerita lisan yang dijelaskan secara turun-temurun di suku Badui Arab. Ilmuwan-ilmuwan yang mendengar penemuan tersebut kemudian menjadi terbangkit rasa keingintahuannya terhadap kota yang hilang tersebut.  Seorang ilmuwan bernama Nicholas Clapp asal Prancis kemudian berhasil menemukan fakta-fakta mengenai jejak peninggalan kaum Aad. Clapp membaca sebuah buku berjudul Arabia Felix yang ditulis seorang peniliti Inggris bernama Bertram Thomas pada tahun1932. Arabia Felix adalah penamaan Romawi kepada bagian selatan semenanjung Arabia yang mencakup Yaman dan sebagian besar Oman[6]. Bangsa Yunani menyebut daerah ini dengan sebutan “Eudaimon Arabia” sedangkan sarjana Arab abad pertengahan menyebutnya sebagai “Al Yaman Al Sa’idah”. Semua nama tersebut berarti “Arabia yang Beruntung”. Kenapa bisa demikian karena orang-orang yang hidup didaerah tersebut pada masa itu dikenal sebagai orang-orang yang beruntung pada masanya. Keberuntungan itu berkaitan dengan letak mereka yang strategis menjadi perantara dalam jalur perdagangan rempah-rempah antara India dengan Semenanjung Arab Utara. Selain itu, masyarakat yang berdiam  didaerah tersebut memproduksi “frankincense” yaitu sejenis getah wangi dari pepohonan langka. Produk itu digunakan sebagai dupa untuk melaksanakan ritual keagamaan. Pada masa itu, getah wangi tersebut sama mahalnya dengan emas sekarang. Thomas pengarang buku Arabia Felix mengatakan bahwa ia telah menemukan jejak sebuah kota kuno yang dibangun oleh salah satu suku yang beruntung tersebut. Kota kuno yang belakangan disebut sebagai “Ubar”. Thomas ditunjukan sebuah jalur-jalur using oleh suku Badui dan menyatakan bahwa jalur ini mengarah ke kota kuno. Thomas meninggal sebelum mampu membuktikan perkataan suku Badui tersebut. Clapp yang mengkaji tulisan Thomas kemudian meyakini keberadaan kota kuno yang hilang tersebut. Clapp memulai  penelitian dengan dua cara yaitu dengan meminta NASA (Badan Luar Angkasa Amerika Serikat) untuk menyediakan foto satelit tersebut. Setelah perjuangan yang panjang, Clapp berhasil  membujuk pihak yang berwenang untuk memotret daerah tersebut Clapp melanjutkan mempelajari manuskrip dan peta kuno di perpustakaan Hutington di California. Tujuannya adalah untuk menemukan peta dari daerah tersebut. Ia menemukan sebuah peta yang digambar oleh Ptolomeus, ahli geografis Yunani-Mesirdi tahun 200 . Pada tahun ini ditunjukan jalur-jalur ke sebuah lokasi kota tua yang ditemukan. Foto yang diambil oleh NASA juga memperlihatkan jalur kafilah terlihat walaupun secara mata telanjang sulit terlihat tetapi karena difoto melalui satu kesatuan dari angkasa maka jalur-jalur tersebut jadi terlihat. Dengan membandingkan kedua fakta tersebut Clapp berkesimpulan bahwa kedua fakta ini sesuai dan ini merupakan jejak peradaban yang dicari oleh Thomas dalam bukunya Arabia Felix. Penggalian dilakukan dan tak berapa lama muncullah sebuah kota tampak dari bawah gurun pasir. Kota yang ditemukan memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Al-Qur’an terhadap kaum Aad yaitu mendirikan kota yang memiliki tiang-tiang dan menara-menara yang tinggi.
Kesulitannya membuktikan keotentikan sejarah kaum Aad dikarenakan tidak ditemukannya catatan dan arsip peradaban lama. Satu-satunya catatan tertulis hanyalah di Al-Qur’an. Namun, fakta ini tidak mengherankan karena sebuah daerah di Arab Selatan yang jauh dari kaum lain yang hidup didaerah Mesopotamia menyebabkan sulit tercantum dalam sejarah bangsa lain karena jarangnya interaksi dengan bangsa-bangsa besar ketika itu. Alasan lain yang sangat utama adalah karena tidak adanya budaya untuk menulis dikalangan masyarakat Arab. Kaum Aad yang telah membuat peradaban yang tinggi tidak didokumentasikan dalam tulisan oleh bangsa lain.
Pencarian jejak peradaban kaum Aad pertama sempat mengalami kesulitan karena dan susah ditempuh bernama “Ar Rabu’ul Khali”. Sedangkan jejak peradaban kaum Aad kedua ada di Hadramaut berupa kota bernama Madinah Qabri Hud yang terdapat makam Nabi Hud. Tempat ini telah dikunjungi oleh seorang peniliti bernama Van der Meulen yang kemudian menulis buku berjudul “Hadramaut, Some Of Its Mysteries Unveiled”[7]. Dibukunya disebutkan bahwa ada reruntuhan-reruntuhan dari sisa-sisa peradaban kaum Aad kedua di Hadramaut.
Kesimpulan
Kaum Aad telah musnah karena tidak ada lagi keturunan yang diwariskan oleh kaum ini. Kaum Aad pertama dimusnahkan Allah SWT karena mereka telah mendustai diri mereka sendiri dengan melakukan kekejaman didunia, kerusakan bagi lingkungan, dan tidak mengimani seruan nabi yang diutus untuk meluruskan akhlak dan tauhid mereka. Bencana berupa angin kencang yang mendera Al-Ahqaaf selama berhari-hari telah memusnahkan kaum Aad pertama. Sedangkan kaum Aad kedua yang selamat dari bencana tersebut karena mengimani perkataan nabi Hud kemudian hijrah ke Hadramaut. Mereka pun musnah dengan kedatangan Bani Qahthan ke Yaman lalu berkuasa menggantikan kaum Aad kedua. Oleh karena itu, kaum Aad masuk dalam golongan Al Arab Al Baidah yang berarti bangsa Arab yang telah musnah.
DAFTAR PUSTAKA
Yahya, Harun. 2003. Negeri-negeri yang Musnah dan Pembuktian Arkeologis Atas Kehancuran Kaum yang Dimurkai Allah. Bandung : Dzikra.
Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta : Bulan Bintang.

[1] Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta : Bulan Bintang. Hal. 4
[2] Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta : Bulan Bintang. Hal. 3.
[3] Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta : Bulan Bintang. Hal. 6.
[4] Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta : Bulan Bintang. Hal. 13.
[5] Yahya, Harun. 2003. Negeri-negeri yang Musnah dan Pembuktian Arkeologis Atas Kehancuran Kaum yang Dimurkai Allah. Bandung : Dzikra.
[6] Yahya, Harun. 2003. Negeri-negeri yang Musnah dan Pembuktian Arkeologis Atas Kehancuran Kaum yang Dimurkai Allah. Bandung : Dzikra.
[7] Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta : Bulan Bintang. Hal. 17.

Dajjal itu Bernama Samiri, Perjalanan Dajjal Di Muka Bumi Part 1



Dalam buku tulisan Muhammad Isa Dawud (MID) yang bertajuk Dajjal Akan Muncul Dari Kerajaan Jin di Segitiga Bermuda, perihal Dajjal atau Samirah telah dikemukakan dengan hujah yang begitu dramatik sekali. Huraian, fakta dan hujah MID dalam bahagian asal usul Dajjal amat baik sekali dan terdapat banyak fakta-fakta terbaru yang dikemukakan. Antara fakta yang paling besar hikmahnya ialah cerita Samiri membina patung anak lembu. Dahulunya kita semua kurang ambil kisah tentang kisah Samiri, kita cuba mengetahuinya sebagai penyesat Bani Israel. Tetapi kini, rahsia penonjolan nama Samiri dalam Al-Quran sudah TERBONGKAR, Samiri adalah l ad-Dajjal dan Dajjal adalah Samiri. Cuma nama Dajjal adalah sebagai gelaran dan Samiri adalah nama sebenarnya.

Dajjal Itu Bernama Samiri, Perjalanan Dajjal Di Bumi Part 1


Pada Bab 1, buku ini menampilkan tajuk Dajjal : Kelahiran, Pertumbuhan dan Kehidupan Khasnya Yang Membentang Luas. MID semasa memulakan bab ini berkali-kali memperingati para pembaca akan kesan pendedahannya itu. Beliau sedar bahawa apa yang didedahkan akan memporak-perandakan pemikiran-pemikiran jumud sesetengah umat Islam tentang Dajjal. Beliau juga sedar bahawa pendedahan yang bakal dilakukan akan menimbulkan kesangsian yang mendalam. Namun semua penjelasan itu mungkin sedikit mententeramkan keadaan apabila ada bukti-bukti bertulis dari manuskrip-manuskrip kuno yang telah dibuat kajian.

Keluarga Dajjal berasal dari kampung bernama Samirah di Palestin. Kampung ini kemudian harinya akan menjadi pusat pemerintahan empayar Islam pada zaman Nabi Daud dan Nabi Sulaiman a.s. Dalam pendedahan itu, MID mengisahkan kelahiran Dajjal bermula dari bagaimana benih ibu dan bapanya bercantum. Menurut MID, ibu bapa Dajjal adalah dari baka anak luar nikah yang lahir dari kesedudukan haram sesama mahram.

Mereka berdua juga penyembah patung lembu yang ketika itu agama berhala bagi bangsa Yahudi di Palestin sebelum kelahiran Musa. Ibu bapa Dajjal telah melakukan penyembahan dan berdoa kepada patung lembu mereka untuk mendapatkan anak. Setelah 30 tahun maka lahirlah seorang anak yang diberi nama Samiri. Nama itu diberi sempena nama kota Samirah tempat tinggal mereka. Setelah sampai beberapa ketika, Allah menurunkan bala ke atas penduduk kampung itu. Semua penduduknya yang engkar ajaran Nabi Ibrahim telah dimusnahkan oleh para malaikat.

Namun demikian, Allah mengarahkan Jibril a.s. menyelamatkan anak kecil bernama Samiri dan diletakkannya di sebuah pulau terpencil di laut Syam. Di pulau itu, seekor binatang besar bernama Al-Jasasah bersama Jibril memelihara Samiri atas arahan Allah SWT. Samiri tinggal di pulau itu dan belajar ilmu-ilmu Tauhid dari AL-Jasasah. Kisah binatang itu ada dijelaskan dalam sebuah hadith yang mengisahkan Tamim Ad-Dhari terdampar di sebuah pulau dan berjumpa binatang berbulu. Sehingga suatu waktu, Samiri keluar merantau ke luar dari pulau dengan menumpang sebuah kapal yang kebetulan berlabuh di pulau itu. Maka sejak itu, Samiri mula mengenal masyarakat dunia.

Seratus tahun selepas itu, maka lahirlah Nabi Musa di Mesir. Samiri berangkat ke Mesir kerana terdengar kehebatan Firaun dan dakwah Nabi Musa. Samiri yang buta sebelah itu bekerja sebagai khadam di sana. Dia melihat segala perkara yang berlaku di Mesir. Hatta dia juga mengikut bersama pengikut-pengikut Nabi Musa lari ke Laut Nil untuk menyelamatkan diri dari kejaran tentera Firaun. Nabi Musa juga tidak tahu bahawa salah seorang pengikut yang menyertai rombongan mereka itu ialah Samiri.

Semasa Nabi Musa meninggalkan Bani Israel bersama Nabi Harun, maka disitulah terjadinya suatu peristiwa berpaling tadah kaum Bani Israel. Samiri telah mempengaruhi Bani Israel agar kembali menyembah berhala dengan membina patung lembu betina. Kisah ini telah pun dicatatkan dalam al-Quran surah Ibrahim.
Menurut Muhammad Isa Dawud, Dajjal melewati pelbagai negeri yang mempunyai sempadan pantai dan laut. Perjalanan Dajjal merentasi pelbagai negeri ini adalah untuk mencari penduduk-penduduk yang dirasakan boleh menerimanya sebagai Tuhan atau setidak-tidaknya Anak Tuhan. Itulah nafsu tertinggi bagi dirinya dalam mencari kepuasan di dunia yang telah ia kembarai sejak sekian lama.



Dajjal Itu Bernama Samiri, Perjalanan Dajjal Di Bumi Part 2
Bab 3 dalam buku ini juga menyentuh mengenai Dajjal yang telah menemui suatu kaum yang dirasakan nya mampu bagi ia menyamar diri sebagai tuhan mereka. Kaum ini ditemui olehnya di sebuah daerah di Amerika Selatan. Namun begitu, ia masih tidak puas. Dajjal mahu kekuasaannya dianggap sebagai tuhan lebih hebat dari Firaun yang pernah dilihatnya. Maka Dajjal meneruskan perlajanan ke seluruh kawasan khususnya di pantai Miami sekitar abad ke-8 M. Ideologi penyembahan dirinya sebagai tuhan disebar seluas-luasnya. Penduduk amat percaya kerana kebijaksanaan dan ilmu yang dimilikinya.

Salah satu perkara penting dalam bab ini ialah ia menjelaskan tentang berlakunya penemuan Dajjal terhadap kawasan Segitiga Bermuda yang didiami oleh Iblis. Menurut Muhammad Isa Dawud, di sinilah bermulanya semua perencanaan konspirasi seluruh dunia.

Dalam Bab 3 yang bertajuk Benteng Dajjal Di Segitiga Bermuda Dan Masalah Mesir, MID memulakan penulisannya dengan al-Baqarah, yang bermaksud; bicaranya dengan memetik ayat 30 dari surah

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di (muka) bumi,”

Muhammad Isa Dawud cuba menyimpulkan mengapa Dajjal memilih Segitiga Bermuda?. Pada penyelidikan beliau, Dajjal memilih menetap di air kerana Dajjal sudah mahir akan selok-belok air sejak sekian lamanya. Tambahan pula, si laknat itu memang tinggal dan membesar di pulau kecil yang jauh terpencil dari tanah besar.

Dajjal Itu Bernama Samiri, Perjalanan Dajjal Di Bumi Part 3


Dajjal dilihat berjaya membina satu penempatan khusus olehnya walaupun tempat yang dipilih itu sudah pun dipelopori oleh Iblis laknatullah. Muhammad Isa Dawud percaya Dajjal membina penempatan yang penuh saintifik diluar jangkaan kemampuan pemikiran manusia. Proses pembinaan itu menurutnya telah dibantu oleh jin dan syaitan sendiri.

Menurut beberapa manuskrip kuno Yahudi, yang masih disimpan terun-temurun oleh beberapa buah keluarga Yahudi, ketika berlakunya kejaran Firaun dan tenteranya keatas pengikut-pengikut Nabi Musa as, Samiri yang turut sama berada dalam kumpulan itu telah terlihat 'lukisan-lukisan aneh' yang berada didalam Laut Nil. Lukisan-lukisan aneh itu dipercayai sebagai lukisan peninggalan bangsa-bangsa jin yang telah dimusnahkan sebelum wujudnya manusia di muka bumi ini.

Bermula dari situlah, Dajjal sudah mengenali suatu bangsa yang mampu memberinya bantuan yang tidak mampu diberi oleh manusia biasa. Namun ada sesuatu yang menarik tentang pandangan MID mengenai proses bantuan dari jin dan syaitan ini. Menurutnya, sejauh mana pun pertolongan yang diberi oleh syaitan dan jin, ‘pertolongan’ itu tidak mungkin ‘melampaui’ permohonan Nabi Sulaiman a.s. Apakah permohonan Nabi Sulaiman a.s. itu?

Permohonan baginda dinyatakan secara jelas dalam al-Quran surah as-Shod, ayat 35.

    “Wahai Tuhanku, ampunilah aku, berilah aku kerajaan (kekuasaan) yang tidak layak (dimiliki) seseorang sesudahku …”

Raja Namrud Dikalahkan Seekor Nyamuk

Kali ini dengan kisah yang tak kalah menarik, tentang Raja Namrud dan seekor nyamuk.
Sebenarnya seluruh kerajaan yang ada di alam semesta ini, baik yang dipimpin oleh manusia, jin atau yang lainnya adalah di bawah kekuasaan Allah SWT.
Karena kerajaan Allah SWT tidak terbatas luasnya.

Hal ini seperti terlihat dalam Al Qur'an, Surat Ali Imran ayat 26 berikut ini.
Allah SWT berfirman,

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya:
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Seperti kisah berikut ini, rasanya tak pantaslah sifat sombong itu tumbuh di antara kita semuanya.


Kisahnya.
Raja Namrud adalah seorang raja yang hidup pada masa Nabi Ibrahim as. Karena kekuasaan yang ia miliki, Raja Namrud menjadi seorang raja yang zalim dan sombong.

Bersamaan dengan itu, Allah SWT mengirimkan seorang malaikat dalam wujud burung.
Namun, Raja Namrud akhirnya membunuh burung tersebut dengan anak panahnya hingga berdarah kemana-mana.
Setelah mengetahui bahwa panahnya itu berhasil, Raja Namrud menjadi bersuka cita dan berpaling dengan berkata sombong.
"Akulah raja segalanya, aku telah berhasil membunuh Tuhan di surga," ucap Raja Namrud.

Walhasil,
Raja Namrud pun menjadi semakin sombong dan kezalimannya menjadi-jadi, bahkan tak berperikemanusiaan lagi. Maka, untuk menunjukkan kekuasaanNya, Allah SWT kemudian mengirimkan seekor makhluk yang lemah kepada Namrud.

 Nyamuk.
Seekor hewan yang sangat lemah telah turun.
Allah SWT akan menunjukkan bahwa meskipun nyamuk itu adalah makhluk yang lemah, akan tetapi dia lebih kuat daripada Raja Namrud.

Akhirnya, Namrud pun jatuh sakit dan sakitnya semakin bertambah parah.
Bahkan ia tidak dapat tidur jika kepalanya belum dipukuli oleh para pelayannya.
Ketika nyamuk itu selesai memakan otaknya, bagian depan kepala raja namrud menjadi terbuka, dan keluarlah seekor binatang besar dari dalam kepalanya.
Raja Namrud pun menjadi binasa.

Itulah sedikit kisah dari seekor nyamuk.
Sebagai renungan saja, tak patut manusia menyombongkan dirinya.
Masa lalu, tak pantas seorang insan melupakan masa lalu. Kalau tidak diingatkan dengan masa lalu seperti kisah ini, tentulah manusia akan semakin sombong.

Kaum-kaum yang telah dibinasakan pembuktian Ilmiah dari Kisah Kehidupan Kaum-Kaum Terdahulu dalam al-Qur’an Serta Proses Pembinasaan Mereka


Dan sebagaimana pada hari-hari masa Nuh, dan seharusnya juga juga pada masa seorang anak laki-laki. Mereka makan, minum, menikahi isteri, mereka saling diberi dalam perkawinan, hingga datanglah suatu hari ketika Nuh memasuki perahu, dan banjir datang, dan menghancurkan mereka semua. (Lukas, 17: 26-27).

Di saat mereka itu ingkar (tidak mentaati), ketika suatu masa Tuhan lama menderita menunggu di masa Nuh, sembari perahu dipersiapkan, dalam jumlah beberapa, delapan jiwa diselamatkan oleh air. (Peter pertama, 3:20).

Dikarenakan mereka mengabaikan, bahwa dengan kata Tuhan surga-surga menjadi tua, dan bumi mempertahankan air dan berada di dalam air: Di mana bumi kemudian, diluapi dengan banjir, dibinasakan. (Peter kedua,3:5-6).

^ Peristiwa Terjadinya Banjir dalam Kebudayaan Lain

Dalam Kebudayaan Sumeria

Tuhan/ Dewa yang bernama Enlil berkata kepada suatu kaum bahwa tuhan yang lain ingin menghancurkan umat manusia, namun ia sendiri berkenan untuk meyelamatkan mereka. Pahlawan dalam kisah ini adalah Ziusudra, raja yang taat kepada raja negeri Sippur. Tuhan Enlil menyuruh Ziusudra apa yang harus dilakukan untuk bisa selamat dari banjir. Naskah yang berkaitan dengan pembuatan kapal tersebut telah hilang, namun fakta bahwa bagian ini pernah ada, diungkapkan dalam bagian yang menyebutkan bagaimana Ziusudra diselamatkan. Berdasarkan versi bangsa Babylonia tentang banjir, bisa disimpulkan bahwa dalam versi bangsa Sumeria pun, tentulah terdapat perincian yang lebih luas secara utuh tentang kejadian tersebut, tentang sebab-sebab terjadinya banjir dan bagaimana perahu tersebut dibuat.

^ Dalam Kebudayaan Babilonia

Ut-Napishtim adalah persamaan tokoh bangsa Babilonia terhadap pahlawan dalam peristiwa banjir dalam kisah bangsa Sumeria yaitu Ziusudra. Tokoh penting yang lain adalah Gilgamesh. Menurut legenda, Gilgamesh memutuskan untuk mencari dan menemukan para leluhurnya untuk mengupayakan rahasia kehidupan yang abadi. Ia melakukan sebuah perjalanan yang menentang bahaya dan pebuh dengan kesulitan. Ia diperintahkan supaya melakukan sebuah perjalan dimana ia harus melewati “Gunung Mashu dan air kematian” dan sebuah perjalanan yang hanya dapat diselesaikan oleh seorang anak tuhan bernama Shamash. Namun Gilgamesh tetap dengan gagah berani melawan semua bahaya selama perjalanan dan akhirnya berhasil mencapai Ut-Napishtim.

Naskah ini dipotong/selesai pada titik dimana terjadi pertemuan antara Guilgamesh dan Ut-Napishtim, dan ketika akhirnya menjadi jelas, Ut-Napishtim bekata kepada Gilgamesh bahwa “para tuhan hanya menyimpan rahsia kematiandan kehidupam untuk diri mereka sendiri” (yang mereka tidak akan memberikannya kepada manusia). Atas jawaban ini Gilgamesh bertanya kepada Ut-Napishtim bagaimana ia dapat memperoleh keabadian; dan Ut-Napishtim menceritakan kepadanya kisah tentang banjir sebagai jawaban atas pertanyaannya. Banjir tersebut juga diceritakan dalam kisah “duabelas meja (twelve tables) “ yang terkenal dalam epik tentang Gilgamesh.

Ut-Napishtim memulainya dengan mengatakan bahwa kisah yang akan diceritakan kepada Gilgamesh adalah merupakan“sesuatu yang rahasia, sebuah rahasia dari tuhan”. Ia berkata bahwa ia dari kora Shuruppak, kota tertua diantara kota-kota di daratan Akkad. Berdasarkan ceritanya, tuhan “Ea” telah menyerukan kepaanya melalui tembok gubuknya dan mengumumkan bahwa tuhan-tuhan telah memutuskan untuk menghancurkan semua benih kehidupan dengan perantaraan sebuah banjir; namun alasan tentang keputusan mereka tidaklah diterangkan dalam cerita banjir bangsa Babylonia sebagaimana telah diterangkan dalam kisah banjir bangsa Sumeria. Ut-Napishtim berkata bahwa Ea telah menyuruhnya untuk membuat sebuah perahu dimana ia harus membawa serta dan membwa “benih-benih dari semua makhluk hidup”. Ea memberitahukan kepadanya tentang ukuran dan bentuk dari kapal tersebut, berdasarkan hal ini, lebar, panjng dan ketinggian dari kapal sama satu sama dengan yang lain. Badai besar menjungkirbalikan semuanya dalam waktu enam hari dan enam malam. Pada hari yang ke tujuh, badai mulai reda. Ut-Napishtim melihat bahwa diluar kapal, “telah berubah menjadi Lumpur yang lengket’. Dan sang kapalpun berhenti di gunung Nisir.

Menurut catatan bangsa Sumeria dan Babylonia, Xisuthros atau Khasisatra diselamatkan dari banjir oleh sebuah kapal dengan panjang 925 meter, bersama dengan keluarga dan teman-temannya dan bersama burung-burung dan berbagai jenis binatang. Hal ini dikatkan bahwa “air terbentang menuju ke surga, lautan menutupi pantai dan sungai meluap dari dasar sungai”. Dan kapalpun akhirnya berhenti di gunung Corydaean.

Menurut cattan bangsa Babilonia-Syria, Ubar Tutu atau Khasisatra diselamatkan bersama dengan keluarga dan pembantunya, umatnya dan binatang-binatang dalam sebuah kapal dengan lebar 600 cubits (ukuran panjang), tinggi dan lebarnya 60 cubit. Banjir tersebut berlangsung selama 6 hari dan 6 malam. Ketika kapal tersebut menapai gunung Nizar, merpati yang dilepaskan kembali ke kapal sedangkan burung gagak yang sama-sama dilepaskan tidak kembali.

Berdasarkan beberapa catatan bangsa Sumeria, Asyiria dan Babylonia, Ut-Napishtim bersama dengan keluarganya selamat dari banjir yang terjadi selama 6 hari dan 6 malam. Hal ini dikatakan “ Pada hari ke tujuh Ut-napishtim melihat keluar. Ternyata sangatlah sepi. Orang telah berubah menjadi Lumpur”. Ketika kapal berhenti di gunung Nizar, Ut-napishtim menerbangkan seekor burung merpati, seekor ggak dan seekor buurng pipit. Burung gagak tinggal untuk memakan bangkai, sedangkan dua burung yang lain tidak kembali.

^ Dalam Kebudayaan India

Dalam epic dari India berjudul Shatapata Brahmana dan Mahabharata, seseorang yang disebut dengan Manu diselamatkan dari banjir bersama dengan Rishiz. Menurut legenda , seekor ikan yang ditangkap oleh Manu dan ikan tersebut diselamatkannya, tiba-tiba berubah menjadi besar dan mengatakan kepadanya untuk membuat sebuah perahu dan mengikatkan ke tanduknya. Ikan ini dilambangkan sebagai pengejawantahan dari dewa Wisnu. Ikan tersebut menuntun kapal mengarungi ombak yang besar dan membawanya ke utara ke gunung Hismavat.

^ Dalam Kebudayaan Wales

Menurut legenda Welsh (dari Wales, dari Celtic di Inggris), dikatakan bahwa Dwynwen dan Dwfach selamat dari bencana yang besar dengan sebuah kapal. Ketika banjir yang amat mengerikan yang terjadi dari meluapnya Llynllion yang disebut dengan Danau Gelombang. Setelah selamat akhirnya mereka berdua mulai menghuni kembali daratan Inggris.

^ Dalam Kebudayaan Scandinavia

Legenda Nordic Edda melaporkan tentang Bergalmir dan istriya selamat dari banjir dengan sebuah kapal yang besar.

Dalam Kebudayaan Lithuania

Dalam legenda Lithuania, diceritakan bahwa beberapa pasang manusia dan binatang diselamatkan dengan berlindung di puncak permukaan gunung yang tinggi. Ketika angin dan banjir yang berlangsung sela dua hari dan dua belas malam tersebut mulai mencapai ketinggian gunung yang hampir akan menenggelamkan yang ada diatas puncak gunung tersebut, sang Pencipta melemparkan sebuah kulit kacang raksasa kepada mereka. Sehingga mereka yang ada di gunung tersebut diselamatkan dari bencana dengan berlayar didalam kulit kacang raksasa ini.

^ Dalam Kebudayaan China

Sumber di bangsa China menghubungkan cerita ini dengan seseorang yang dipanngil denangan nama Yao bersama dengan tujuh orang lain atau Fa li bersama dengan istri dan anak-anaknya, diselamatkan dari bencana banjir dan gempa bumi dalam sebuah perahu layar. Disini dikatakan “dunia semuanya berada dalam kehancuran. Air menyembur dan menutupi semua tempat”. Akhirnya, airpun surut.

^ Banjir Nuh dalam Mitologi Yunani

Dewa Zeus memutuskan untuk menghancurkan orang-orang yang telah menjadi semakin bertindak sesat setiap saat, dengan sebuah banjir. Hanya Deucalion dan istrinya Pyrrha yang diselamatkan dari banjir, karena ayah Deucalion sebelumnya telah menyarankan anaknya untuk membuat sebuah kapal. Pasangan ini turun ke gunung Parnassis pada hari ke sembilan setelah turun dari kapal.

Semua legenda ini mengindikasikan sebuah realitas sejarah yang konkret. Dalam sejarah setiap masyarakat/kaum menerima pesan dan risalah, setiap insan menerima wahyu Suci, sehinga banyak kaum yang telah belajar tentang Banjir. Sayangnya, sebagaimana kaum-kaum yang berpaling dari inti wahyu Suci, peristiwa banjir besar itupun mengalami banyak perubahan dan menjadi bermacam legenda dan mitos.

Satu-satunya sumber dimana kita dapat menemukan kisah sejati tentang Nuh dan kaum yang menolaknya adalah di dalam Al Qur’an, yang merupakan satu-satunya sumber yang belum (dan tidak akan) mengalami perubahan sebahai Wahyu suci.

Al Qur’an menyediakan bagi kita keterangan yang benar tidak hanya tentang banjir Nuh namun juga tentang kaum dan peristiwa sejarah lainnya, dalam bab-bab berikut kita akan melihat kembali kisah-kisah sejati ini.

^ Bab 2

Kehidupan Nabi Ibrahim

Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik.

Sesungguhnya orang yang paling dekat kepaa Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) serta orang-orang yan beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orangh-orang yang beriman. (QS Ali Imran 67-68).

Nabi Ibrahim (Abraham) sering disebutkan di dalam Al Qur’an dan mendapatkan tempat yang istimewa di sisi Allah sebagai contoh bagi manusia. Dia menyampaikan kebenaran dari Allah kepada umatnya yang menyembah berhala, dan dia mengingatkan mereka agar takut kepada Allah. Umat nabi Ibrahim tidak mematuhi perintah itu, bahkan sebaliknya mereka menentangnya. Ketika penindasan yang semakin meningkat dari kaumnya, nabi Ibrahim pindah ke mana saja bersama istrinya, bersama dengan nabi Lut dan mungkin dengan bebeapa orang lain yang menyertai mereka.

Nabi Ibrahim adalah keturunan dari nabi Nuh. Al qur’an juga mengemukakan bahwa dia juga mengikuti jalan hidup (diin) yang diikuti Nabi Nuh.

Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam”. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Kemudian Kami tengelamkan orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (QS Ash- Shafaat: 79-83).

Pada masa Nabi Ibrahim, banyak orang yang menghuni dataran Mesopotamia dan di bagian Tengah dan Timur dari Anatolia tinggal orang-orang yang menyembah surga-surga dan bintang-bintang. Tuhan yang mereka anggap paling penting adalah “Sin” yaitu Dewa Rembulan. Tuhan mereka ini dipersonifikasikan sebagai seorng manusia yang berjenggot panjang, memakai pakaian panjang membawa rembulan berbetuk bulan sabit diatasnya. Lagian, orang –orang tersebut membuat hiasan gambar-gambar timbul dan pahatan-pahatan (patung) dari tuhan mereka itu dan itulah yang mereka sembah. Hal ini merupakan system kepercayaan yang tersebar luas ketika itu, yang mendapatkan tempat persemaiannya di Timur Dekat (Near East), dimana keberadaannya terpelihara dalam jangka waktu yang lama. Orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut terus saja menyembah tuhan-tuhan tersebut hingga sekitar tahun 600 M. Sebagai akibat dari kepercayaan itu, banyak bangunan yang dikenal dengan nama “ziggurat” yang dulu dipakai sebagai observatorium (tempat penelitian bintang-bintang) sekaligus sebagai kuil tempat peribadatan yang dibangun di daerah yang membentang sejak dri Mesopotamia hingga ke kedalaman Anatolia, disinilah beberapa tuhan,terutama dewa(i) Rembulan yang bernama “Sin” disembah oleh orang-orang ini.12

Kepercayaan yang hanya bisa ditemukan dalam penggalian arkeologis yang dilakuan saat ini, telah disebutkan dalam Al Qur’an. Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an, Ibrahim menolak penyembahan tuhan-tuhan tersebut dan berpegang teguh kepada Allah saja, satu-satunya Tuhan yang sebenarnya. Dalam Al Qur’an, perjalanan hidup Ibrahim digambarkan sebagai berikut :

Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?. Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdpat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malah telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetpi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata : “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata : “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata : “Sesungguhnya jika Tuhnaku tidak memberikan petunjuk kepadakum pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah tuhanku, ini lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata : “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan b umi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.(QS. Al-An’an: 74-79)

Dalam al Qur’an, tempat kelahiran Ibrahim dan tempat di mana dia tinggal tidak dikemukakan dengan terperinci. Tetapi diindikasikan bahwa Ibrahim dan Lut tinggal di tempat yang saling berdekatan satu sama lain dan malaikat yang diutus kepada umat nabi Lut juga mendatangi Ibrahim dan memberitahukan pada istrinya suatu berita gembira tentang bayi laki-laki (yang dikandungnya), sebelum para malaikat itu pergi melanjutkan perjalanan mereka menuju nabi Lut.

Cerita penting tentang Nabi Ibrahim dalam al Qur’an yang tidak disebutkan dalam Perjanjian Lama adalah tentang pembangunan Ka’bah. Dalam Al Qur’an, kita diberitahu bahwa Ka’bah dibangun oleh Ibrahim dan putranya Ismail. Sekarang ini, satu-satunya hal yang diketahui oleh ahli sejarah tentang Ka’bah adalah bahwa Ka’bah merupakan tempat yang suci sejak masa yang sangat tua. Adapun penempatan berhala-berhala pada Ka’bah selama masa jahiliyah berlangsung sampai diutusnya Nabi Muhammmad, dan itu merupakan penyimpangan dan kemunduran atas agama suci Ilahi yang pernah diwahyukan kepada Nabi Ibrahim.

^ Ket.Gambar hal 36.(Atas : Pada masa Nabi Ibrahim, agama politheisme menyebar ke seluruh wilayah Mesopotamia. Sang Dewa rembulan “Sin” salah satu berhala yang paling penting. Orang-orang membuat patung-patung dari tuhan-tuhan mereka dan menyembahnya. Disebelah tampak patung sin. Simbul bulan sabit dapat terlihat dengan jelas pada dada patung tersebut).

(Bawah: Ziggurat yang digunakan baik sebagai kuil dan observatory perbintangan yang dibangun dengan teknik yang paling maju ada masa itu. Bintang, rembulan dan matahari menjadi objek utama dari penyembahan dan langi memiliki hal yang sangat penting. Di sebelah kiri dan bawah adalah ziggurat utama dari bangsa Mesopotamia.

^ Ibrahim Dalam Perjanjian Lama

Perjanjian Lama kemungkinan besar merupakan sumber paling detail dalam hal-hal yang berkenaan dengan Ibrahim, meskipun banyak diantaranya yang mungkin tidak bisa dipercaya. Menurut pembahasan dalam perjanjian lama, Ibrahim lahir sekitar 1900 SM di kota Ur, yang merupakan salah satu kota terpenting saat itu yang berlokasi di Timur Tengah dataran Mesopotamia. Pada saat lahir, Ibrahim tidak (belum) bernama “Ibrahim”, tetapi “Abram”. Namanya kemudian kemudian dirubah oleh Allah (YHWH).

Pada suatu hari, menurut Perjanjian Lama, Tuhan meminta Ibrahim untuk mengadakan perjalanan meninggalkan negeri dan masyarakatnya, menuju ke suatu negeri yang tidak pasti dan memulai sebuah masyarakat baru di sana. Abram pada usia 75 tahun mendengarkan seruan/pangilan itu dan melakukan perjalanan bersama istrinya yang mandul yang bernama Sarai – yang kemudian dikenal dengan nama “Sarah” yang berarti puteri raja – dan anak dari saudaranya yang bernama Lut. Dalam perjalanan menuju ke “Tanah yang Terpilih (Chosen Land)” mereka singgah/tingal di Harran untuk sementara waktu dan kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Ketika mereka sampai di tanah Kanaan yang djanjikan oleh Allah kepada mereka, mereka diberikan wahyu oleh Allah berupa berupa pemberiahuan bahwa tempat tersebut secara khusus dipilihkan oleh Allah buat mereka dan dianugerhkan buat mereka. Ketika Abram mencapai usia 99 tahun, dia membuat perjanjian dengan Allah dan namanya kemudian dirubah menjadi Ibrahim (Abraham). Dia meninggal pada usia 175 tahun dan dikubur di gua Macpelah yang berdekatan dengan kota Hebron (e l-Kalil) di West Bank (tepi barat)yang hari ini wilayah tersebut di bawah penguasan Israel. Tanah tersebut sebenarnya dibeli oleh Ibrahim dengan sejumlah uang dan itu merupakan kekayaannya dan keluarganya yang pertama di Tanah Yang Dijanjikan itu (Promise Land).

^ Tempat Kelahiran Ibrahim Menurut Perjanjian Lama

Dimanakah tempat dilahirkannya Ibrahim, tetaplah merupakan sebuah isu yang diperdebatkan. Orang Kristen dan Yahudi menyatakan bahwa Ibrahim dilahirkan di sebelah Selatan Mesopotamia, pemikiran yang lazim dalam dunia Islam adalah bahwa tempat kelahiran nya adalah di sekitar Urfa-Harran. Beberapa penemuan baru menunjukkan bahwa thesis dari kaum Yahudi dan Kristen tidaklah menyiratkan kebenaran yang seutuhnya.

Orang Yahudi dan Kristen menyandarkan pendapat mereka pada Perjanjian Lama, karena dalam Perjanjian lama tersebut, Ibrahim dikatakan telah dilahirkan di kota Ur sebelah Selatan Mesopotamia setelah Ibrahim lahir dan dibesarkan di kota ini, dia dcieritakan telah menempuh sebuah perjalanan menuju Mesir, dan dalam perjalanan tersebut mereka melewati suatu tempat yang dikenal dengan nama Harran di wiayah Turki.

Meskipun demkian, sebuah manuskrip Perjanjian Lama yang ditemukan baru-baru ini, telah memunculkan keraguan yang serius tentang kesahihan/validitas dari informasi di atas. Dalam manuskrip yang ditulis dalam bahasa Yunani yang dibuat sekitar sekitar abad ketiga SM, dimana manuskrip tersebut diperhitungkan sebagai salinan yang tertua dari Perjanjian Lama, juga nama tempat “Ur” tidak pernah disebutkan. Hari ini banyak peneliti Perjanjian Lama yang menyatakan bahwa kata-kata “Ur” tidak akurat atau bahwa Ibahim tidak dilahirkan di kota Ur dan mungkin juga tidak pernah mengunjungi daerah/wilayah Mesopotamia selama hidupnya.

Disamping itu, nama-nama beberapa lokasi serta daerah yang disebutkan itu, telah berubah karena perkembangan jaman. Pada saat ini dataran Mesopotamia biasanya merujuk kepada tepi sungai sebelah selatan dari daratan Irak, diantara sungai Efrat dan Tigris. Lagipula, dua milinium (2000 tahun) sebelum kita, daerah Mesopotamia digambarkan sebagai sebuah daerah yang letaknya lebih ke Utara, bahkan lebih jauh ke autara sejauh Harran, dan membentang sampai ke daerah yang saat ini merupakan daratan Turki. Karena itulah, bila sekalipun kita menerima pendapat bahwa “Dataran Mesopotamia” yang disebutkan dalam Perjanjian Lama, tetap saja akan terjadi misleading (keliru) untuk berpikir bahwa Mesopotamia dua millennium yang lebih awal dan Mesopotamia hari ini adalah sebuah tempat yang persis sama.

Banhkan seandainya juga ada keraguan serius dan ketidaksepakatan tentang kota Ur sebagai tempat kelahiran Ibrahim, tetapi ada sebuah pandangan umum yang disetujui yaitu tentang fakta bahwa Harran dan daerah yang melingkupinya adalah tempat dimana Nabi Ibrahim hidup. Lebih dari itu, peneliltian singkat yang dilakukan terhadap isi Perjanjian Lama tersebut memunculkan beberapa informasi yang mendukung pandangan bahwa tempat kelahiran Nabi Ibrahim adalah Harran. Sebagai contoh di dalam Perjanjian Lama, daerah Harran ditunjuk sebagai “daerah Artam” (Genesis, 11:31 dan 28:10). Disebutkan bahwa orang yang datrang dari keluarga Ibrahim adalah “anak-anak dari seorang Arami” (Deutoronomi, 26:5). Identifikasi penyebutan Ibrahim dengan sebutan “seorang Arami” menunjukkan bahwa beliau (Ibrahim) melangsungkan kehidupannya di daerah ini.

Dalam berbagai sumber agama Islam, terdapat bukti yang kuat bahwa tempat kelahiran Ibrahim adalah Harran dan Urfa. Di Urfa yang disebut dengan “kota para Nabi” ada banyak cerita dan legenda tentang Ibrahim.

^ Mengapa Perjanjian Lama Dirubah?.

Perjanjian Lama dan Al Qur’an dalam mengungkapkan kisah tentang Ibrahim, tampaknya hampir-hampir menggambarkan dua orang sosok Nabi yang berbeda, yang bernama Abraham dan Ibrahim. Dalam Al Qur’an, Ibrahim diutus sebagai rasul bagi sebuah kaum penyembah berhala. Kaum Ibrahim tersebut menyembah surga-surga, bintang-bintang dan rembulan serta berbagai sembahan lain. Dia berjuang melawan kaumnya dan selalu berusaha untuk mencoba agar mereka meninggalkan kepercayaan-kepercayaan tahayul dan secara tidak terhindarkan, hal; itu juga telah membangkitkan nyala api permusuhan dari seluruh masyarakatnya bahkan termasuk ayahnya sendiri.

Sebenarnya, tidak ada satupun dari hal yang disebutkan diatas diceritakan dalam Perjanjian Lama. Dilemparkannya Ibrahim ke dalam api, bagaimana Ibrahim menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh masyarakatnya, tidaklah disebutkan dalam Perjanjian Lama. Secara umum Ibrahim digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Yahudi dalam Perjanjian Lama. Hal ini menjadi bukti bahwa pandangan di dalam Perjanjian Lama ini dibuat oleh para pemimpin masyarakat Yahudi yang mencoba memberikan pijakan di masa mendatang konsep “ras/suku bangsa”. Bangsa Yahudi percaya bahwamereka adalah kaum yang selalu dipilih oleh Tuhan dan merasa lebih unggul dari yang lainya. Mereka dengan sengaja dan penuh keinginan untuk mengubah kitab Suci mereka dan membuat penambahan-penambahan serta berbagai pengurangan berdasarkan keyakinan seperti di atas. Inilah sebabnya mengapa Ibrahim digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Yahudi belaka dalam Perjanjian Lama.

Penganut Kristen yang percaya terhadap Perjanjian Lama, berpikir bahwa Ibrahim adalah nenek moyang bangsa Yahudi, namun hanya terdapat satu perbedaan; menurut penganut Kristen, Ibrahim bukanlah seorang Yahudi namun ia adalah seorang Kristen. Penganut Kristen yang tidak begitu memperhatikan konsep mengenai ras/suku bangsa sebagaimana dilakukan Yahudi, mengambil pendirian ini dan hal ini menjadi salah satu penyebab perbedaan dan pertentangan diantara kedua agama ini. Allah memberikan keterangan sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur’an sebagai berikut :

Hai ahli kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?. Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah dalam hal yang tidak kamu ketahui; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.

Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik”.

1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   13

Nabi Nuh Menyeru Kaumnya pada Agama Kebenaran
Peringatan Nabi Nuh kepada kaumnya untuk Menghindari Hukuman dari Allah Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (den
Pembangkangan kaum Nabi Nuh
Penghinaan terhadap para pengikut Nabi Nuh
Peringatan Allah agar Nabi Nuh tidak Bersedih
Maka dia mengadu kepada Tuhannya : “bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku). (QS. Al-Qam
Nuh berdoa : “Ya Tuhanku tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku.”(QS. Al-Mukminun: 26)
Penghancuran umat Nabi Nuh dengan cara Ditenggelamkan
Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal.(QS. Asy-Syuara: 120)
Dibinasakannya Putera Nabi Nuh
Diselamatkannya Orang-Orang yang Beriman dari Banjir
Terdamparnya Perahu di Tempat yang Tinggi
I’tibar yang Diambil dari Peristiwa Banjir
Pujian Allah terhadap Nabi Nuh
Apakah Seluruh Binatang ikut Dinaikkan ke atas Perahu?
Berapa Tinggikah Air Banjir Tersebut?
Lokasi Banjir Nuh
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   13