Dan sebagaimana pada
hari-hari masa Nuh, dan seharusnya juga juga pada masa seorang anak
laki-laki. Mereka makan, minum, menikahi isteri, mereka saling diberi
dalam perkawinan, hingga datanglah suatu hari ketika Nuh memasuki
perahu, dan banjir datang, dan menghancurkan mereka semua. (Lukas, 17:
26-27).
Di saat mereka itu ingkar (tidak mentaati),
ketika suatu masa Tuhan lama menderita menunggu di masa Nuh, sembari
perahu dipersiapkan, dalam jumlah beberapa, delapan jiwa diselamatkan
oleh air. (Peter pertama, 3:20).
Dikarenakan mereka
mengabaikan, bahwa dengan kata Tuhan surga-surga menjadi tua, dan bumi
mempertahankan air dan berada di dalam air: Di mana bumi kemudian,
diluapi dengan banjir, dibinasakan. (Peter kedua,3:5-6).
^
Dalam Kebudayaan Sumeria
Tuhan/ Dewa yang bernama Enlil berkata kepada suatu kaum bahwa tuhan
yang lain ingin menghancurkan umat manusia, namun ia sendiri berkenan
untuk meyelamatkan mereka. Pahlawan dalam kisah ini adalah Ziusudra,
raja yang taat kepada raja negeri Sippur. Tuhan Enlil menyuruh Ziusudra
apa yang harus dilakukan untuk bisa selamat dari banjir. Naskah yang
berkaitan dengan pembuatan kapal tersebut telah hilang, namun fakta
bahwa bagian ini pernah ada, diungkapkan dalam bagian yang menyebutkan
bagaimana Ziusudra diselamatkan. Berdasarkan versi bangsa Babylonia
tentang banjir, bisa disimpulkan bahwa dalam versi bangsa Sumeria pun,
tentulah terdapat perincian yang lebih luas secara utuh tentang kejadian
tersebut, tentang sebab-sebab terjadinya banjir dan bagaimana perahu
tersebut dibuat.
^
Ut-Napishtim adalah persamaan tokoh bangsa Babilonia terhadap pahlawan
dalam peristiwa banjir dalam kisah bangsa Sumeria yaitu Ziusudra. Tokoh
penting yang lain adalah Gilgamesh. Menurut legenda, Gilgamesh
memutuskan untuk mencari dan menemukan para leluhurnya untuk
mengupayakan rahasia kehidupan yang abadi. Ia melakukan sebuah
perjalanan yang menentang bahaya dan pebuh dengan kesulitan. Ia
diperintahkan supaya melakukan sebuah perjalan dimana ia harus melewati
“Gunung Mashu dan air kematian” dan sebuah perjalanan yang hanya dapat
diselesaikan oleh seorang anak tuhan bernama Shamash. Namun Gilgamesh
tetap dengan gagah berani melawan semua bahaya selama perjalanan dan
akhirnya berhasil mencapai Ut-Napishtim.
Naskah ini
dipotong/selesai pada titik dimana terjadi pertemuan antara Guilgamesh
dan Ut-Napishtim, dan ketika akhirnya menjadi jelas, Ut-Napishtim bekata
kepada Gilgamesh bahwa “para tuhan hanya menyimpan rahsia kematiandan
kehidupam untuk diri mereka sendiri” (yang mereka tidak akan
memberikannya kepada manusia). Atas jawaban ini Gilgamesh bertanya
kepada Ut-Napishtim bagaimana ia dapat memperoleh keabadian; dan
Ut-Napishtim menceritakan kepadanya kisah tentang banjir sebagai jawaban
atas pertanyaannya. Banjir tersebut juga diceritakan dalam kisah
“duabelas meja (twelve tables) “ yang terkenal dalam epik tentang
Gilgamesh.
Ut-Napishtim memulainya dengan mengatakan bahwa
kisah yang akan diceritakan kepada Gilgamesh adalah merupakan“sesuatu
yang rahasia, sebuah rahasia dari tuhan”. Ia berkata bahwa ia dari kora
Shuruppak, kota tertua diantara kota-kota di daratan Akkad. Berdasarkan
ceritanya, tuhan “Ea” telah menyerukan kepaanya melalui tembok gubuknya
dan mengumumkan bahwa tuhan-tuhan telah memutuskan untuk menghancurkan
semua benih kehidupan dengan perantaraan sebuah banjir; namun alasan
tentang keputusan mereka tidaklah diterangkan dalam cerita banjir bangsa
Babylonia sebagaimana telah diterangkan dalam kisah banjir bangsa
Sumeria. Ut-Napishtim berkata bahwa Ea telah menyuruhnya untuk membuat
sebuah perahu dimana ia harus membawa serta dan membwa “benih-benih dari
semua makhluk hidup”. Ea memberitahukan kepadanya tentang ukuran dan
bentuk dari kapal tersebut, berdasarkan hal ini, lebar, panjng dan
ketinggian dari kapal sama satu sama dengan yang lain. Badai besar
menjungkirbalikan semuanya dalam waktu enam hari dan enam malam. Pada
hari yang ke tujuh, badai mulai reda. Ut-Napishtim melihat bahwa diluar
kapal, “telah berubah menjadi Lumpur yang lengket’. Dan sang kapalpun
berhenti di gunung Nisir.
Menurut catatan bangsa Sumeria dan
Babylonia, Xisuthros atau Khasisatra diselamatkan dari banjir oleh
sebuah kapal dengan panjang 925 meter, bersama dengan keluarga dan
teman-temannya dan bersama burung-burung dan berbagai jenis binatang.
Hal ini dikatkan bahwa “air terbentang menuju ke surga, lautan menutupi
pantai dan sungai meluap dari dasar sungai”. Dan kapalpun akhirnya
berhenti di gunung Corydaean.
Menurut cattan bangsa
Babilonia-Syria, Ubar Tutu atau Khasisatra diselamatkan bersama dengan
keluarga dan pembantunya, umatnya dan binatang-binatang dalam sebuah
kapal dengan lebar 600 cubits (ukuran panjang), tinggi dan lebarnya 60
cubit. Banjir tersebut berlangsung selama 6 hari dan 6 malam. Ketika
kapal tersebut menapai gunung Nizar, merpati yang dilepaskan kembali ke
kapal sedangkan burung gagak yang sama-sama dilepaskan tidak kembali.
Berdasarkan beberapa catatan bangsa Sumeria, Asyiria dan Babylonia,
Ut-Napishtim bersama dengan keluarganya selamat dari banjir yang terjadi
selama 6 hari dan 6 malam. Hal ini dikatakan “ Pada hari ke tujuh
Ut-napishtim melihat keluar. Ternyata sangatlah sepi. Orang telah
berubah menjadi Lumpur”. Ketika kapal berhenti di gunung Nizar,
Ut-napishtim menerbangkan seekor burung merpati, seekor ggak dan seekor
buurng pipit. Burung gagak tinggal untuk memakan bangkai, sedangkan dua
burung yang lain tidak kembali.
^
Dalam epic dari India berjudul Shatapata Brahmana dan Mahabharata,
seseorang yang disebut dengan Manu diselamatkan dari banjir bersama
dengan Rishiz. Menurut legenda , seekor ikan yang ditangkap oleh Manu
dan ikan tersebut diselamatkannya, tiba-tiba berubah menjadi besar dan
mengatakan kepadanya untuk membuat sebuah perahu dan mengikatkan ke
tanduknya. Ikan ini dilambangkan sebagai pengejawantahan dari dewa
Wisnu. Ikan tersebut menuntun kapal mengarungi ombak yang besar dan
membawanya ke utara ke gunung Hismavat.
^
Menurut legenda Welsh (dari Wales, dari Celtic di Inggris), dikatakan
bahwa Dwynwen dan Dwfach selamat dari bencana yang besar dengan sebuah
kapal. Ketika banjir yang amat mengerikan yang terjadi dari meluapnya
Llynllion yang disebut dengan Danau Gelombang. Setelah selamat akhirnya
mereka berdua mulai menghuni kembali daratan Inggris.
^
Legenda Nordic Edda melaporkan tentang Bergalmir dan istriya selamat dari banjir dengan sebuah kapal yang besar.
Dalam Kebudayaan Lithuania
Dalam legenda Lithuania, diceritakan bahwa beberapa pasang manusia dan
binatang diselamatkan dengan berlindung di puncak permukaan gunung yang
tinggi. Ketika angin dan banjir yang berlangsung sela dua hari dan dua
belas malam tersebut mulai mencapai ketinggian gunung yang hampir akan
menenggelamkan yang ada diatas puncak gunung tersebut, sang Pencipta
melemparkan sebuah kulit kacang raksasa kepada mereka. Sehingga mereka
yang ada di gunung tersebut diselamatkan dari bencana dengan berlayar
didalam kulit kacang raksasa ini.
^
Sumber di bangsa China menghubungkan cerita ini dengan seseorang yang
dipanngil denangan nama Yao bersama dengan tujuh orang lain atau Fa li
bersama dengan istri dan anak-anaknya, diselamatkan dari bencana banjir
dan gempa bumi dalam sebuah perahu layar. Disini dikatakan “dunia
semuanya berada dalam kehancuran. Air menyembur dan menutupi semua
tempat”. Akhirnya, airpun surut.
^
Dewa Zeus memutuskan untuk menghancurkan orang-orang yang telah menjadi
semakin bertindak sesat setiap saat, dengan sebuah banjir. Hanya
Deucalion dan istrinya Pyrrha yang diselamatkan dari banjir, karena ayah
Deucalion sebelumnya telah menyarankan anaknya untuk membuat sebuah
kapal. Pasangan ini turun ke gunung Parnassis pada hari ke sembilan
setelah turun dari kapal.
Semua legenda ini mengindikasikan
sebuah realitas sejarah yang konkret. Dalam sejarah setiap
masyarakat/kaum menerima pesan dan risalah, setiap insan menerima wahyu
Suci, sehinga banyak kaum yang telah belajar tentang Banjir. Sayangnya,
sebagaimana kaum-kaum yang berpaling dari inti wahyu Suci, peristiwa
banjir besar itupun mengalami banyak perubahan dan menjadi bermacam
legenda dan mitos.
Satu-satunya sumber dimana kita dapat
menemukan kisah sejati tentang Nuh dan kaum yang menolaknya adalah di
dalam Al Qur’an, yang merupakan satu-satunya sumber yang belum (dan
tidak akan) mengalami perubahan sebahai Wahyu suci.
Al Qur’an
menyediakan bagi kita keterangan yang benar tidak hanya tentang banjir
Nuh namun juga tentang kaum dan peristiwa sejarah lainnya, dalam bab-bab
berikut kita akan melihat kembali kisah-kisah sejati ini.
^
Kehidupan Nabi Ibrahim
Ibrahim
bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani akan tetapi
dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan
sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik.
Sesungguhnya
orang yang paling dekat kepaa Ibrahim adalah orang-orang yang
mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) serta orang-orang yan beriman
(kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orangh-orang yang
beriman. (QS Ali Imran 67-68).
Nabi Ibrahim (Abraham)
sering disebutkan di dalam Al Qur’an dan mendapatkan tempat yang
istimewa di sisi Allah sebagai contoh bagi manusia. Dia menyampaikan
kebenaran dari Allah kepada umatnya yang menyembah berhala, dan dia
mengingatkan mereka agar takut kepada Allah. Umat nabi Ibrahim tidak
mematuhi perintah itu, bahkan sebaliknya mereka menentangnya. Ketika
penindasan yang semakin meningkat dari kaumnya, nabi Ibrahim pindah ke
mana saja bersama istrinya, bersama dengan nabi Lut dan mungkin dengan
bebeapa orang lain yang menyertai mereka.
Nabi Ibrahim adalah
keturunan dari nabi Nuh. Al qur’an juga mengemukakan bahwa dia juga
mengikuti jalan hidup (diin) yang diikuti Nabi Nuh.
“Kesejahteraan
dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam”. Sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia
termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Kemudian Kami
tengelamkan orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar
termasuk golongannya (Nuh). (QS Ash- Shafaat: 79-83).
Pada masa Nabi Ibrahim, banyak orang yang menghuni dataran Mesopotamia
dan di bagian Tengah dan Timur dari Anatolia tinggal orang-orang yang
menyembah surga-surga dan bintang-bintang. Tuhan yang mereka anggap
paling penting adalah “Sin” yaitu Dewa Rembulan. Tuhan mereka ini
dipersonifikasikan sebagai seorng manusia yang berjenggot panjang,
memakai pakaian panjang membawa rembulan berbetuk bulan sabit diatasnya.
Lagian, orang –orang tersebut membuat hiasan gambar-gambar timbul dan
pahatan-pahatan (patung) dari tuhan mereka itu dan itulah yang mereka
sembah. Hal ini merupakan system kepercayaan yang tersebar luas ketika
itu, yang mendapatkan tempat persemaiannya di Timur Dekat (Near East),
dimana keberadaannya terpelihara dalam jangka waktu yang lama.
Orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut terus saja menyembah
tuhan-tuhan tersebut hingga sekitar tahun 600 M. Sebagai akibat dari
kepercayaan itu, banyak bangunan yang dikenal dengan nama “ziggurat”
yang dulu dipakai sebagai observatorium (tempat penelitian
bintang-bintang) sekaligus sebagai kuil tempat peribadatan yang dibangun
di daerah yang membentang sejak dri Mesopotamia hingga ke kedalaman
Anatolia, disinilah beberapa tuhan,terutama dewa(i) Rembulan yang
bernama “Sin” disembah oleh orang-orang ini.12
Kepercayaan yang hanya bisa ditemukan dalam penggalian arkeologis yang
dilakuan saat ini, telah disebutkan dalam Al Qur’an. Sebagaimana
disebutkan dalam Al Qur’an, Ibrahim menolak penyembahan tuhan-tuhan
tersebut dan berpegang teguh kepada Allah saja, satu-satunya Tuhan yang
sebenarnya. Dalam Al Qur’an, perjalanan hidup Ibrahim digambarkan
sebagai berikut :
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata
kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala
sebagai tuhan-tuhan?. Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam
kesesatan yang nyata. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim
tanda-tanda keagungan (Kami yang terdpat) di langit dan di bumi, dan
(Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang-orang yang yakin.
Ketika malah telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia
berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetpi tatkala bintang itu tenggelam dia
berkata : “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. Kemudian tatkala dia
melihat bulan terbit dia berkata : “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah
bulan itu terbenam dia berkata : “Sesungguhnya jika Tuhnaku tidak
memberikan petunjuk kepadakum pastilah aku termasuk orang-orang yang
sesat”. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata:
“Inilah tuhanku, ini lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah
terbenam, dia berkata : “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari
apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada
Tuhan yang menciptakan langit dan b umi dengan cenderung kepada agama
yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan.(QS. Al-An’an: 74-79)
Dalam al Qur’an, tempat
kelahiran Ibrahim dan tempat di mana dia tinggal tidak dikemukakan
dengan terperinci. Tetapi diindikasikan bahwa Ibrahim dan Lut tinggal di
tempat yang saling berdekatan satu sama lain dan malaikat yang diutus
kepada umat nabi Lut juga mendatangi Ibrahim dan memberitahukan pada
istrinya suatu berita gembira tentang bayi laki-laki (yang
dikandungnya), sebelum para malaikat itu pergi melanjutkan perjalanan
mereka menuju nabi Lut.
Cerita penting tentang Nabi Ibrahim
dalam al Qur’an yang tidak disebutkan dalam Perjanjian Lama adalah
tentang pembangunan Ka’bah. Dalam Al Qur’an, kita diberitahu bahwa
Ka’bah dibangun oleh Ibrahim dan putranya Ismail. Sekarang ini,
satu-satunya hal yang diketahui oleh ahli sejarah tentang Ka’bah adalah
bahwa Ka’bah merupakan tempat yang suci sejak masa yang sangat tua.
Adapun penempatan berhala-berhala pada Ka’bah selama masa jahiliyah
berlangsung sampai diutusnya Nabi Muhammmad, dan itu merupakan
penyimpangan dan kemunduran atas agama suci Ilahi yang pernah diwahyukan
kepada Nabi Ibrahim.
^ (Atas :
Pada masa Nabi Ibrahim, agama politheisme menyebar ke seluruh wilayah
Mesopotamia. Sang Dewa rembulan “Sin” salah satu berhala yang paling
penting. Orang-orang membuat patung-patung dari tuhan-tuhan mereka dan
menyembahnya. Disebelah tampak patung sin. Simbul bulan sabit dapat
terlihat dengan jelas pada dada patung tersebut).
(Bawah:
Ziggurat yang digunakan baik sebagai kuil dan observatory perbintangan
yang dibangun dengan teknik yang paling maju ada masa itu. Bintang,
rembulan dan matahari menjadi objek utama dari penyembahan dan langi
memiliki hal yang sangat penting. Di sebelah kiri dan bawah adalah
ziggurat utama dari bangsa Mesopotamia.
^
Perjanjian Lama kemungkinan besar merupakan sumber paling detail dalam
hal-hal yang berkenaan dengan Ibrahim, meskipun banyak diantaranya yang
mungkin tidak bisa dipercaya. Menurut pembahasan dalam perjanjian lama,
Ibrahim lahir sekitar 1900 SM di kota Ur, yang merupakan salah satu
kota terpenting saat itu yang berlokasi di Timur Tengah dataran
Mesopotamia. Pada saat lahir, Ibrahim tidak (belum) bernama “Ibrahim”,
tetapi “Abram”. Namanya kemudian kemudian dirubah oleh Allah (YHWH).
Pada suatu hari, menurut Perjanjian Lama, Tuhan meminta Ibrahim untuk
mengadakan perjalanan meninggalkan negeri dan masyarakatnya, menuju ke
suatu negeri yang tidak pasti dan memulai sebuah masyarakat baru di
sana. Abram pada usia 75 tahun mendengarkan seruan/pangilan itu dan
melakukan perjalanan bersama istrinya yang mandul yang bernama Sarai –
yang kemudian dikenal dengan nama “Sarah” yang berarti puteri raja – dan
anak dari saudaranya yang bernama Lut. Dalam perjalanan menuju ke
“Tanah yang Terpilih (Chosen Land)” mereka singgah/tingal di Harran
untuk sementara waktu dan kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Ketika
mereka sampai di tanah Kanaan yang djanjikan oleh Allah kepada mereka,
mereka diberikan wahyu oleh Allah berupa berupa pemberiahuan bahwa
tempat tersebut secara khusus dipilihkan oleh Allah buat mereka dan
dianugerhkan buat mereka. Ketika Abram mencapai usia 99 tahun, dia
membuat perjanjian dengan Allah dan namanya kemudian dirubah menjadi
Ibrahim (Abraham). Dia meninggal pada usia 175 tahun dan dikubur di gua
Macpelah yang berdekatan dengan kota Hebron (e l-Kalil) di West Bank
(tepi barat)yang hari ini wilayah tersebut di bawah penguasan Israel.
Tanah tersebut sebenarnya dibeli oleh Ibrahim dengan sejumlah uang dan
itu merupakan kekayaannya dan keluarganya yang pertama di Tanah Yang
Dijanjikan itu (Promise Land).
^
Dimanakah tempat dilahirkannya Ibrahim, tetaplah merupakan sebuah isu
yang diperdebatkan. Orang Kristen dan Yahudi menyatakan bahwa Ibrahim
dilahirkan di sebelah Selatan Mesopotamia, pemikiran yang lazim dalam
dunia Islam adalah bahwa tempat kelahiran nya adalah di sekitar
Urfa-Harran. Beberapa penemuan baru menunjukkan bahwa thesis dari kaum
Yahudi dan Kristen tidaklah menyiratkan kebenaran yang seutuhnya.
Orang Yahudi dan Kristen menyandarkan pendapat mereka pada Perjanjian
Lama, karena dalam Perjanjian lama tersebut, Ibrahim dikatakan telah
dilahirkan di kota Ur sebelah Selatan Mesopotamia setelah Ibrahim lahir
dan dibesarkan di kota ini, dia dcieritakan telah menempuh sebuah
perjalanan menuju Mesir, dan dalam perjalanan tersebut mereka melewati
suatu tempat yang dikenal dengan nama Harran di wiayah Turki.
Meskipun demkian, sebuah manuskrip Perjanjian Lama yang ditemukan
baru-baru ini, telah memunculkan keraguan yang serius tentang
kesahihan/validitas dari informasi di atas. Dalam manuskrip yang ditulis
dalam bahasa Yunani yang dibuat sekitar sekitar abad ketiga SM, dimana
manuskrip tersebut diperhitungkan sebagai salinan yang tertua dari
Perjanjian Lama, juga nama tempat “Ur” tidak pernah disebutkan. Hari ini
banyak peneliti Perjanjian Lama yang menyatakan bahwa kata-kata “Ur”
tidak akurat atau bahwa Ibahim tidak dilahirkan di kota Ur dan mungkin
juga tidak pernah mengunjungi daerah/wilayah Mesopotamia selama
hidupnya.
Disamping itu, nama-nama beberapa lokasi serta
daerah yang disebutkan itu, telah berubah karena perkembangan jaman.
Pada saat ini dataran Mesopotamia biasanya merujuk kepada tepi sungai
sebelah selatan dari daratan Irak, diantara sungai Efrat dan Tigris.
Lagipula, dua milinium (2000 tahun) sebelum kita, daerah Mesopotamia
digambarkan sebagai sebuah daerah yang letaknya lebih ke Utara, bahkan
lebih jauh ke autara sejauh Harran, dan membentang sampai ke daerah yang
saat ini merupakan daratan Turki. Karena itulah, bila sekalipun kita
menerima pendapat bahwa “Dataran Mesopotamia” yang disebutkan dalam
Perjanjian Lama, tetap saja akan terjadi misleading (keliru)
untuk berpikir bahwa Mesopotamia dua millennium yang lebih awal dan
Mesopotamia hari ini adalah sebuah tempat yang persis sama.
Banhkan seandainya juga ada keraguan serius dan ketidaksepakatan tentang
kota Ur sebagai tempat kelahiran Ibrahim, tetapi ada sebuah pandangan
umum yang disetujui yaitu tentang fakta bahwa Harran dan daerah yang
melingkupinya adalah tempat dimana Nabi Ibrahim hidup. Lebih dari itu,
peneliltian singkat yang dilakukan terhadap isi Perjanjian Lama tersebut
memunculkan beberapa informasi yang mendukung pandangan bahwa tempat
kelahiran Nabi Ibrahim adalah Harran. Sebagai contoh di dalam Perjanjian
Lama, daerah Harran ditunjuk sebagai “daerah Artam” (Genesis, 11:31 dan
28:10). Disebutkan bahwa orang yang datrang dari keluarga Ibrahim
adalah “anak-anak dari seorang Arami” (Deutoronomi, 26:5). Identifikasi
penyebutan Ibrahim dengan sebutan “seorang Arami” menunjukkan bahwa
beliau (Ibrahim) melangsungkan kehidupannya di daerah ini.
Dalam berbagai sumber agama Islam, terdapat bukti yang kuat bahwa tempat
kelahiran Ibrahim adalah Harran dan Urfa. Di Urfa yang disebut dengan
“kota para Nabi” ada banyak cerita dan legenda tentang Ibrahim.
^
Perjanjian Lama dan Al Qur’an dalam mengungkapkan kisah tentang
Ibrahim, tampaknya hampir-hampir menggambarkan dua orang sosok Nabi yang
berbeda, yang bernama Abraham dan Ibrahim. Dalam Al Qur’an, Ibrahim
diutus sebagai rasul bagi sebuah kaum penyembah berhala. Kaum Ibrahim
tersebut menyembah surga-surga, bintang-bintang dan rembulan serta
berbagai sembahan lain. Dia berjuang melawan kaumnya dan selalu berusaha
untuk mencoba agar mereka meninggalkan kepercayaan-kepercayaan tahayul
dan secara tidak terhindarkan, hal; itu juga telah membangkitkan nyala
api permusuhan dari seluruh masyarakatnya bahkan termasuk ayahnya
sendiri.
Sebenarnya, tidak ada satupun dari hal yang
disebutkan diatas diceritakan dalam Perjanjian Lama. Dilemparkannya
Ibrahim ke dalam api, bagaimana Ibrahim menghancurkan berhala-berhala
yang disembah oleh masyarakatnya, tidaklah disebutkan dalam Perjanjian
Lama. Secara umum Ibrahim digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Yahudi
dalam Perjanjian Lama. Hal ini menjadi bukti bahwa pandangan di dalam
Perjanjian Lama ini dibuat oleh para pemimpin masyarakat Yahudi yang
mencoba memberikan pijakan di masa mendatang konsep “ras/suku bangsa”.
Bangsa Yahudi percaya bahwamereka adalah kaum yang selalu dipilih oleh
Tuhan dan merasa lebih unggul dari yang lainya. Mereka dengan sengaja
dan penuh keinginan untuk mengubah kitab Suci mereka dan membuat
penambahan-penambahan serta berbagai pengurangan berdasarkan keyakinan
seperti di atas. Inilah sebabnya mengapa Ibrahim digambarkan sebagai
nenek moyang bangsa Yahudi belaka dalam Perjanjian Lama.
Penganut Kristen yang percaya terhadap Perjanjian Lama, berpikir bahwa
Ibrahim adalah nenek moyang bangsa Yahudi, namun hanya terdapat satu
perbedaan; menurut penganut Kristen, Ibrahim bukanlah seorang Yahudi
namun ia adalah seorang Kristen. Penganut Kristen yang tidak begitu
memperhatikan konsep mengenai ras/suku bangsa sebagaimana dilakukan
Yahudi, mengambil pendirian ini dan hal ini menjadi salah satu penyebab
perbedaan dan pertentangan diantara kedua agama ini. Allah memberikan
keterangan sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur’an sebagai berikut :
Hai
ahli kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal
Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu
tidak berpikir?. Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah-membantah
tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah dalam
hal yang tidak kamu ketahui; Allah mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui.
Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula)
seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi
menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari
golongan orang yang musyrik”.