Yunus (Arab:يونس atau يونان Yunaan, Inggris: Jonah, Ibrani:Yonah, Latin:
Ionas) (sekitar 820-750 SM) adalah salah seorang nabi dalam agama
Samawi (Islam, Yahudi, Kristen) yang disebutkan dalam Al-Qur’an dalam
Surah Yunus dan dalam Alkitab dalam Kitab Yunus. Ia ditugaskan berdakwah
kepada orang Assyiria di Ninawa-Iraq. Namanya disebutkan sebanyak 6
kali di dalam Al-Quran dan wafat diNinawa-Iraq.Yunus bin Matta dari
keturunan Benyamin bin Ya’qub.
Berdakwah di Ninawa
Yunus bin Mata diutus oleh Allah untuk menghadapi penduduk Ninawa, suatu
kaum yang keras kepala, penyembah berhala, dan suka melakukan
kejahatan. Secara berulang kali Yunus memperingatkan mereka, tetapi
mereka tidak mau berubah, apalagi karena Yunus bukan dari kaum mereka.
Hanya ada 2 orang yang bersedia menjadi pengikutnya, yaitu Rubil dan
Tanuh. Rubil adalah seorang yang alim bijaksana, sedang Tanuh adalah
seorang yang tenang dan sederhana.
Penolakan penduduk Ninawa
Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal
yang baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Karenanya mereka
tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang
telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat
kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah
seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi Yunus: “Apakah kata-kata yang engkau ucapkan
itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama
barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan
disembahkan oleh nenek moyang kami sejak dahulu. Alasan apakah yang
membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek
moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah orang
asing yang datang pada kami agar kami merubah keyakinan kami. Apakah
kelebihanmu sehingga mengajari dan menggurui kami. Hentikan perbuatan
sia-siamu itu. Penduduk Ninawa tidak akan mengikutimu karena kami teguh
dengan ajaran moyang kami”. Nabi Yunus berkata: ” Aku hanya mengajakmu
beriman dan bertauhid sesuai dengan amanah Allah yang wajib kusampaikan
padamu. Aku hanyalah pesuruh Allah yang ditugaskan mengeluarkanmu dari
kesesatan dan menuntunmu di jalan yang lurus. Aku sekali-kali tidak
mengharapkan upah atas apa yang kukerjakan ini. Aku tidak bisa memaksamu
mengikutiku. Namun jika kamu tetap bertahan pada aqidah moyangmu itu,
maka Allah akan menunjukkan tanda-tanda kebenaran akan risalahku dengan
menurunkan adzab yang pedih padamu, seperti yang terjadi pada kaum-kaum
sebelum kamu, yaitu kaum Nuh, Aad, dan Tsamud. Mereka menjawab dengan
menantang: “Kami tetap tidak akan mengikuti kemauanmu dan tidak takut
ancamanmu. Tunjukkan ancamanmu jika kamu termasuk orang yang benar!”
Nabi Yunus tidak tahan lagi dengan kaum Ninawa yang keras kepala. Ia
pergi dengan marah dan jengkel sambil meminta Allah menghukum mereka.
Penduduk Ninawa bertobat
Sepeninggal Nabi Yunus, kaum Ninawa gelisah, karena mendung gelap,
binatang peliharaan mereka gelisah, wajah mereka pucat pasi, dan angin
bertiup kencang yang membawa suara bergemuruh. Mereka takut ancaman
Yunus benar-benar terjadi atas mereka. Akhirnya mereka sadar bahwa Yunus
adalah orang yang benar, dan ajarannya berasal Dari Allah. Mereka
kemudian beriman dan menyesali perbuatan mereka terhadap Yunus. Mereka
lari tunggang langgang dari kota mencari Yunus sambil berteriak meminta
pengampunan Allah atas dosa mereka. Allah Yang Maha Pemaaf-pun
mengampuni mereka, dan segera seluruh keadaan pulih seperti sedia kala.
Penduduk Ninawa kemudian tetap berusaha mencari Yunus agar ia bisa
mengajari agama dan menuntun mereka di jalan yang benar.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ
عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ
سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ
وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88)
Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan
marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap. Bahwa
tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah
termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya
dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan
orang-orang yang beriman. (QS Al-Anbiya' Ayat 87-88)
Kisah mengenai Nabi Yunus ini disebutkan di dalam surat ini, juga di
dalam surat Ash-Shaffat dan surat Nun. Yunus ibnu Mata a.s. diutus oleh
Allah kepada penduduk kota Nainawi, yaitu suatu kota besar yang
terletak di negeri Mausul. Yunus menyeru mereka untuk menyembah Allah
Swt., tetapi mereka menolak dan tetap tenggelam di dalam kekafirannya.
Maka Yunus pergi meninggalkan mereka dalam keadaan marah seraya
mengancam mereka bahwa dalam waktu tiga hari lagi akan datang azab dari
Allah.
Setelah mereka melihat tanda-tanda datangnya azab itu dan mereka
mengetahui bahwa nabi mereka tidak dusta dalam ancamannya, maka mereka
keluar menuju ke padang sahara bersama anak-anak mereka dengan membawa
ternak unta dan ternak lainnya milik mereka yang mereka pisahkan antara
induk dan anaknya.
Kemudian mereka memohon kepada Allah dengan merendahkan diri, dan
menyeru-Nya untuk meminta pertolongan, semua ternak unta dan
anak-anaknya mengeluarkan suara lenguhan, begitu pula sapi dan
anak-anaknya, dan juga kambing dan anak-anaknya. Akhirnya Allah tidak
jadi menurunkan azab kepada mereka. Kisah ini disebutkan oleh Allah Swt.
melalui firman-Nya:
{فَلَوْلا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ
يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}
Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya
itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka(kaum Yunus
itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam
kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada
waktu yang tertentu. (Yunus: 98)
Sesudah itu Yunus a.s. pergi meninggalkan kaumnya dan menaiki perahu
bersama suatu kaum. Di tengah laut, perahu oleng; mereka merasa takut
akan tenggelam (karena keberatan penumpang). Maka mereka mengadakan
undian di antara mereka untuk menentukan siapa yang bakal dilemparkan ke
dalam laut untuk meringankan beban muatan perahu. Akhirnya undian jatuh
ke tangan Yunus, tetapi mereka menolak, tidak mau melemparkannya. Lalu
dilakukan undian lagi, ternyata kali itu undian jatuh ke tangan Yunus
lagi. Mereka menolak, lalu mengadakan undian lagi. Ternyata undian jatuh
ke tangan Yunus juga. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. melalui
firman-Nya:
{فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ}
kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. (Ash-Shaffat: 141)
Yakni undian jatuh ke tangannya. Maka Yunus a.s. melucuti pakaiannya dan
menceburkan diri ke dalam laut. Saat itu Allah telah memerintahkan
kepada ikan paus dari laut hijau —menurut apa yang diceritakan oleh Ibnu
Mas'ud— membelah lautan dan sampai di tempat Yunus, lalu menelannya
saat Yunus menceburkan diri ke laut. Allah telah memerintahkan kepada
ikan paus itu, "Janganlah kamu memakan secuil pun dari dagingnya, jangan
pula mematahkan tulangnya, karena sesungguhnya Yunus itu bukanlah
rezeki makananmu, melainkan perutmu Aku jadikan sebagai penjara
buatnya."
Zun Nun adalah nama ikan paus itu menurut riwayat yang sahih, lalu
dikaitkan dengan nama Nabi Yunus karena ia ditelan olehnya. Makna
harfiyahnya ialah orang yang mempunyai ikan besar.
Firman Allah Swt.:
{إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا}
ketika ia pergi dalam keadaan marah. (Al-Anbiya: 87)
Menurut Ad-Dahhak, Yunus marah terhadap kaumnya.
{فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ}
lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya). (Al-Anbiya: 87)
Maksudnya, tidak akan mempersempitnya dengan dimasukkan ke dalam perut
ikan besar. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas,
Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu
Jarir, dan ia menentukan pilihannya ini berdasarkan dalil firman Allah
Swt. yang mengatakan:
{وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ لَا
يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ
عُسْرٍ يُسْرًا}
Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta
yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada
seseorang, melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah
kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Ath-Thalaq: 7)
Atiyyah Al-Aufi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya). (Al-Anbiya: 87) Yaitu memutuskan ketetapan takdir
baginya. Seakan-akan Atiyyah menganggap lafaz naqdira ini bermakna
takdir. Karena sesungguhnya orang-orang Arab mengatakan qadara dan
qaddaradengan makna yang sama. Salah seorang penyair mereka mengatakan:
فَلا عَائد ذَاكَ الزّمَانُ الَّذِي مَضَى... تَبَارَكْتَ مَا تَقْدرْ يَكُنْ، فَلَكَ الأمْرُ ...
Tidak akan terulang zaman yang telah berlalu itu. Mahasuci Engkau, segala sesuatu yang Engkau takdirkan pasti akan terjadi.
Termasuk ke dalam pengertian takdir ini, firman Allah Swt.:
{فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ}
maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditakdirkan. (Al-Qamar: 12)
Adapun firman Allah Swt.:
{فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ}
maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, "Bahwa tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku
adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-Anbiya: 87)
Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa zulumat bentuk jamak, maksudnya
gelapnya perut ikan paus, gelapnya lautan, dan gelapnya malam hari. Hal
yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Amr ibnu Maimun, Sa'id
ibnu Jubair, Muhammad ibnu Ka'b, Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan Qatadah. Salim
ibnu Abul Ja'd mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah gelapnya
keadaan di dalam perut ikan besar dan gelapnya laut.
Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas serta lain-lainnya mengatakan ikan paus itu
membawa Yunus menyelam hingga sampai di dasar laut, lalu Yunus mendengar
suara tasbih batu-batu kerikil di dasar laut. Maka pada saat itu juga
Yunus mengucapkan:
{لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ}
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-Anbiya:
87)
Auf Al-A'rabi mengatakan bahwa ketika Yunus telah berada di dalam perut
ikan besar, ia menduga dirinya telah mati. Kemudian ia menggerakkan
kedua kakinya, ternyata bergerak, lalu ia bersujud di tempatnya, dan
menyeru Tuhannya, "Wahai Tuhanku, saya jadikan di tempat yang tidak
dapat dijangkau oleh manusia ini tempat bersujud kepada Engkau."
Sa'id ibnu Abul Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Yunus tinggal di dalam
perut ikan besar selama empat puluh hari. Kedua riwayat di atas
dikemukakan oleh Ibnu Jubair.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah menceritakan kisah berikut yang ia
terima dari orang yang menceritakan kisah ini kepadanya dari Abdullah
ibnu Rafi' maula Ummu Salamah yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
" لَمَّا أَرَادَ اللَّهُ حَبْسَ يُونُسَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ، أَوْحَى
اللَّهُ إِلَى الْحُوتِ أَنْ خُذْهُ، وَلَا تَخْدِشْ لَحْمًا وَلَا
تَكْسِرْ عَظْمًا، فَلَمَّا انْتَهَى بِهِ إِلَى أَسْفَلِ الْبَحْرِ،
سَمِعَ يُونُسُ حِسًّا، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ: مَا هَذَا؟ فَأَوْحَى
اللَّهُ إِلَيْهِ، وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ: إِنَّ هَذَا تَسْبِيحُ
دَوَابِّ الْبَحْرِ. قَالَ: فَسَبَّح وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ، فَسَمِعَ
الْمَلَائِكَةُ تَسْبِيحَهُ فَقَالُوا: يَا رَبَّنَا، إِنَّا نَسْمَعُ
صَوْتًا ضَعِيفًا [بِأَرْضٍ غَرِيبَةٍ] قَالَ: ذَلِكَ عَبْدِي يُونُسُ،
عَصَانِي فَحَبَسْتُهُ فِي بَطْنِ الْحُوتِ فِي الْبَحْرِ. قَالُوا:
الْعَبْدُ الصَّالِحُ الَّذِي كَانَ يَصْعَدُ إِلَيْكَ مِنْهُ فِي كُلِّ
يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ عملٌ صَالِحٌ؟. قَالَ: نَعَمْ". قَالَ: "فَشَفَعُوا لَهُ
عِنْدَ ذَلِكَ، فَأَمَرَ الْحُوتَ فَقَذَفَهُ فِي السَّاحِلِ، كَمَا قَالَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَهُوَ سَقِيمٌ}
Ketika Allah hendak menyekap Yunus di dalam perut ikan besar, Allah
memerintahkan kepada ikan besar untuk menelannya, tetapi tidak boleh
melukai dagingnya dan tidak boleh pula meremukkan tulangnya. Setelah
ikan besar sampai di dasar laut, sedangkan di perutnya terdapat Yunus,
Yunus mendengar suara, maka Yunus berkala dalam hatinya, "Suara apakah
ini?” Lalu Allah menurunkan wahyu kepadanya, sedangkan ia berada di
dalam perut ikan, bahwa suara itu adalah suara tasbih hewan-hewan laut.
Maka Yunus pun bertasbih pula dalam perut ikan besar itu; suara
tasbihnya terdengar oleh para malaikat. Maka mereka bertanya, "Wahai
Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar suara(tasbih) yang lemah di
kedalaman yang jauh sekali lagi terpencil.” Allah berfirman, "Itu adalah
suara hamba-Ku, Yunus. Dia durhaka kepada-Ku, maka Aku sekap dia di
dalam perut ikan di laut.” Para malaikat bertanya, "Dia adalah seorang
hamba yang saleh, setiap malam dan siang hari dilaporkan ke hadapanMu
amal saleh darinya.” Allah berfirman, "Ya, benar.” Maka pada saat itu
para malaikat memohon syafaat buat Yunus, akhirnya Allah memerintahkan
kepada ikan besar itu untuk mengeluarkan Yunus, lalu ikan besar
melemparkannya ke tepi pantai, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya,
"Sedangkan ia dalam keadaan sakit." (Ash-Shaffat: 145)
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, juga oleh Al-Bazzar di dalam
kitab Musnadnya melalui jalur Muhammad ibnu Ishaq, dari Abdullah ibnu
Rafi', dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hal yang semisal, kemudian ia
menyebutkan bahwa kami tidak mengetahui hadis ini bersumber dari Nabi
Saw. kecuali melalui jalur sanad ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah
Ahmad ibnu Abdur Rahman (anak saudara lelaki Ibnu Wahb), telah
menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr,
bahwa Yazid Ar-Raqqasyi pernah mengatakan, bahwa ia pernah mendengar
Anas ibnu Malik —yang menurut keyakinanku Anas tiada lain menerimanya
dari Rasulullah Saw.—menceritakan kisah berikut, "Bahwa Yunus a.s.
ketika mulai memanjatkan doa berikut di dalam perut ikan, yaitu, "Ya
Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang aniaya.'" Maka doanya itu naik sampai di bawah
'Arasy, maka para malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, ada suara lemah
yang telah dikenal bersumber dari negeri yang terasing." Allah
berfirman, "Tidakkah kalian ketahui suara itu?" Mereka bertanya, "Tidak,
wahai Tuhanku, siapakah dia?" Allah berfirman, "Dia adalah hamba-Ku
Yunus." Mereka berkata, "Hamba-Mu Yunus yang sampai sekarang masih tetap
dilaporkan ke hadapan-Mu amalnya yang diterima dan doanya
diperkenankan." Mereka berkata pula, "Wahai Tuhan kami, tidakkah Engkau
merahmatinya berkat amal yang dikerjakannya di saat dia senang,
karenanya Engkau selamatkan dia di saat mendapat cobaan?" Allah
berfirman, "Baiklah," maka Allah memerintahkan kepada ikan besar itu
agar memuntahkannya ke daerah yang tandus.
Firman Allah Swt.:
{فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ}
Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. (Al-Anbiya: 88)
Yaitu Kami keluarkan dia dari dalam perut ikan dan dari kegelapannya.
{وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ}
Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 88)
Yakni apabila mereka berada dalam kesengsaraan, lalu berdoa kepada Kami
seraya bertobat, terlebih lagi jika mereka mengucapkan doa yang
disebutkan dalam ayat ini saat mendapat musibah. Di dalam hadis Nabi
Saw. telah disebutkan anjuran untuk* membaca doa ini di saat tertimpa
musibah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Umair,
telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abu Ishaq Al-Hamdani, telah
menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Sa'd, telah
menceritakan kepadaku ayahku, (yaitu Muhammad), dari ayahnya (yaitu Sa'd
ibnu Abu Waqqas r.a.) yang mengatakan, bahwa ia berdua dengan Usman
ibnu Affan di dalam masjid, lalu ia mengucapkan salam kepadanya, tetapi
Usman hanya memelototkan mata ke arahnya tanpa menjawab salamnya. Sa'd
ibnu Abu Waqqas melanjutkan kisahnya, "Lalu saya pergi menghadap kepada
Umar ibnul Khattab dan berkata kepadanya sebanyak dua kali, 'Hai Amirul
Mu’minin, apakah telah terjadi sesuatu dalam Islam?' Umar menjawab,
'Tidak. Lalu mengapa?' Saya berkata, 'Tidak, hanya saya ketika melewati
Usman tadi di masjid, saya mengucapkan salam kepadanya, tetapi ia hanya
memelototi diriku dan tidak menjawab salamku. Maka Khalifah Umar
mengundang sahabat Usman, lalu berkata kepadanya, 'Apakah yang
menyebabkan kamu tidak mau menjawab salam saudaramu?' Usman berkata,
saya tidak merasa.' Sa'd berkata, 'Tidak, kamu benar melakukannya.'
Akhirnya Usman bersumpah dan saya pun bersumpah pula". Sa'd ibnu Abu
Waqqas melanjutkan kisahnya, "Setelah itu Usman teringat akan keadaan
dirinya, lalu ia mengatakan bahwa memang benar, seraya beristigfar
kepada Allah dan bertobat kepada-Nya. Ia mengatakan, 'Memang kamu tadi
lewat di hadapanku, saat itu aku sedang mengingat-ingat suatu kalimat
yang pernah saya dengar dari Rasulullah Saw, tetapi demi Allah, tidak
sekali-kali saya mengingatnya, melainkan mata dan hatiku seakan-akan
tertutup oleh tabir penutup." Sa'd berkata, "Aku akan menceritakan
kepadamu tentang kalimat itu. Sesungguhnya Rasulullah Saw. ketika sedang
menceritakan kepada kami tentang permulaan doa (yang diucapkan oleh
Yunus), tiba-tiba datanglah seorang Badui yang membuatnya sibuk
melayaninya. Setelah itu Rasulullah Saw. bangkit berdiri dan pergi, maka
saya mengikutinya. Ketika saya merasa khawatir beliau Saw. terlebih
dahulu masuk ke dalam rumahnya, maka saya pukulkan kakiku ke tanah.
Rasulullah Saw. menoleh ke arahku dan bertanya, "Siapakah orang ini?
Bukankah kamu Abu Ishaq?' Saya menjawab, 'Benar, wahai Rasulullah.'
Rasululllah Saw. bersabda, 'Ada apa perlumu?' Saya menjawab, 'Tidak demi
Allah, saya hanya mengingatkan, bahwa engkau tadi menceritakan kepada
kami tentang permulaan doa (yang diucapkan oleh Yunus), kemudian
datanglah seorang Badui yang membuat engkau sibuk.' Rasulullah Saw.
menjawab,
"نَعَمْ، دعوةُ ذِي النُّونِ، إِذْ هُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ: {لَا إِلَهَ
إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ} ، فَإِنَّهُ
لَمْ يَدْعُ بِهَا مُسْلِمٌ رَبَّهُ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ
لَهُ".
'Benar, doa itu adalah doa yang diucapkan oleh Zun Nun ketika ia berada
di dalam perut ikan paus, yaitu firman-Nya: 'Tidak ada Tuhan selain
Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim'
(Al-Anbiya: 87) Sesungguhnya tiada seorang muslim pun berdoa kepada
Tuhannya dengan menyebut kalimat ini untuk memohon sesuatu, melainkan
Allah akan memperkenankannya."
Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkan hadis ini di dalam kitab
'Amalul Yaumi walLailah melalui hadis Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Sa'd
dari ayahnya dengan sanad yang sama.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ،
حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، عَنْ كَثِير بْنِ زَيْدٍ، عَنِ
الْمُطَّلِبِ بْنِ حَنْطَبٍ -قَالَ أَبُو خَالِدٍ: أَحْسَبُهُ عَنْ
مُصْعَبٍ، يَعْنِي: ابْنَ سَعْدٍ -عَنْ سَعْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "من دَعَا بِدُعَاءِ يُونُسَ،
استُجِيب لَهُ" قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: يُرِيدُ بِهِ {وَكَذَلِكَ نُنْجِي
الْمُؤْمِنِينَ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id
Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar dari Kasir
ibnu Zaid dari Al-Mutallib ibnu Hantab; menurut Abu Khalid, dia
menerimanya dari Mus'ab ibnu Sa'd, dari Sa'd yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. Pernah bersabda: Barang siapa yang berdoa dengan doanya
Nabi Yunus, pasti diperkenankan baginya. Abu Sa'id mengatakan bahwa
demikianlah yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan demikianlah Kami
selamatkan orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 88)
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي عِمْرَانُ بْنُ بَكَّار الكَلاعي،
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا أَبُو يَحْيَى بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنِي بِشْر بْنُ مَنْصُورٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ،
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ: سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ مَالِكٍ
-وَهُوَ ابْنُ أَبِي وَقَّاصٍ-يَقُولُ: سَمِعْتُ رسولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "اسْمُ اللَّهِ الَّذِي إِذَا دُعي
بِهِ أَجَابَ، وَإِذَا سُئِل بِهِ أَعْطَى، دعوةُ يُونُسَ بْنِ مَتَّى".
قَالَ: قُلْتُ (8) : يَا رَسُولَ اللَّهِ، هِيَ لِيُونُسَ خَاصَّةً أَمْ
لِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِينَ؟ قَالَ: هِيَ لِيُونُسَ بْنِ مَتَّى خَاصَّةً
وَلِلْمُؤْمِنِينَ عَامَّةً، إِذَا دَعَوْا بِهَا، أَلَمْ تَسْمَعْ قَوْلَ
اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: {: فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا
أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَاسْتَجَبْنَا
لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ} .
فَهُوَ شَرْطٌ مِنَ اللَّهِ لِمَنْ دَعَاهُ بِهِ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Imran ibnu Bakkar
Al-Kala'i, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Saleh, telah
menceritakan kepada kami Abu Yahya ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan
kepadaku Bisyr ibnu Mansur, dari Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul
Musayyab yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sa'd ibnu Abu Waqqas
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: "Asma
Allah yang apabila disebutkan dalam doa, pasti Dia memperkenankannya;
dan apabila diminta dengannya, pasti memberi, yaitu doa Yunus ibnu
Mata." Sa'd bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah doa itu khusus bagi
Yunus ataukah bagi seluruh kaum muslim?” Rasulullah Saw. menjawab, "Doa
itu bagi Yunus ibnu Mata secara khusus dan bagi kaum mukmin semuanya
secara umum, jika mereka meyebutkannya di dalam doanya. Bukankah kamu
telah mendengar firman Allah Swt. yang mengatakan, 'Maka ia menyeru
dalam keadaan yang sangat gelap. Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau,
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah
memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan
demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman' (Al-Anbiya:
87-88). Ini merupakan syarat dari Allah bagi orang yang mengucapkannya
di dalam doanya.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abu Syuraih, telah menceritakan
kepada kami Daud ibnul Muhabbar ibnu Muhazzam Al-Maqdisi, dari Kasir
ibnu Ma'bad, bahwa ia pernah bertanya kepada Al-Hasan, "Hai Abu Sa’id,
apakah asma Allah yang paling agung, yang bila disebut di dalam doa, Dia
pasti memperkenankannya; dan bila diminta, pasti memberi?" Al-Hasan
menjawab,"Hai anak saudaraku, bukankah kamu telah membaca firman Allah
Swt.: 'Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus)ketika ia pergi dalam keadaan
marah' (Al-Anbiya: 87) sampai dengan firman-Nya: 'Dan demikianlah Kami
selamatkan orang-orang yang beriman' (Al-Anbiya: 88) Hai anak saudaraku,
itulah asma Allah yang teragung, yang apabila disebutkan di dalam doa
pasti Dia memperkenankannya; dan apabila diminta, pasti memberi."
Firman-Nya
وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (139) إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ
الْمَشْحُونِ (140) فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ (141)
فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ (142) فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ
الْمُسَبِّحِينَ (143) لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
(144) فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ (145) وَأَنْبَتْنَا
عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ (146) وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ
أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ (147) فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ
(148)
Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia
lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi, lalu dia
termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan
besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk
orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal
di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke
daerah yang tandus, sedangkan ia dalam keadaan sakit. Dan Kami
tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia
kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu
Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang
tertentu. (QS As-Shofat Ayat 139-148)
Dan di dalam Kitab Sahihan disebutkan, bahwa Rasulullah Saw. Telah bersabda:
"مَا يَنْبَغِي لِعَبْدٍ أَنْ يَقُولَ: أَنَا خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ متَّى ونَسَبَه إِلَى أُمِّهِ"
Tidaklah layak bagi seseorang bila mengatakan bahwa aku ini lebih baik daripada Yunus ibnu Mata. Nisbatnya itu kepada ibunya
dan menurut pendapat lain dinisbatkan kepada ayahnya.
Firman Allah Swt.:
{إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ}
(ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan. (Ash-Shaffat: 140)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa al-masyhun artinya yang sarat dan penuh dengan muatan.
{فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ}
kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. (Ash-Shaffat: 141)
Yakni terkalahkan dalam undian tersebut. Demikian itu karena perahu yang
ditumpanginya keberatan muatan hingga hampir tenggelam dan ombak laut
masuk ke dalam perahu itu dari semua sisinya. Kemudian mereka mengadakan
undian, dengan ketentuan bahwa barang siapa yang namanya keluar dari
undian tersebut, maka ia harus dilemparkan ke laut agar beban perahu
tidak terlalu berat. Ternyata undian tersebut jatuh kepada Nabi Yunus
a.s. sekalipun diulang tiga kali, karena mereka tidak suka bila beliau
dilemparkan ke laut. Akhirnya Nabi Yunus terpaksa melepaskan bajunya
untuk menceburkan dirinya ke laut. Sekalipun mereka mencegahnya.
Kemudian Allah Swt.memerintahkan kepada ikan besar (ikan paus) dari laut
hijau untuk membelah laut dan pergi ke tempat Nabi Yunus berada, lalu
menelannya, tetapi tidak boleh melukai dagingnya, dan tidak boleh pula
mematahkan tulangnya.
Ikan besar itu telah berada di tempat saat Nabi Yunus menceburkan
dirinya ke laut, lalu ia langsung menelannya dan membawanya pergi
mengelilingi semua laut.
Ketika Nabi Yunus telah berada di dalam perut ikan, ia mengira bahwa
dirinya telah mati. Lalu ia gerakkan kepala dan kedua kakinya serta
semua anggota tubuhnya, ternyata dirinya masih hidup. Kemudian ia
berdiri dan salat di dalam perut ikan; dan di antara doa yang
diucapkannya ialah ''Ya Tuhanku, aku jadikan untuk menyembahmu sebuah
masjid di suatu tempat yang tidak dapat dicapai oleh seorang manusia
pun."
Para ulama berselisih pendapat tentang lamanya masa Nabi Yunus berada di
dalam perut ikan besar itu. Suatu pendapat mengatakan tiga hari, ini
menurut Qatadah. Ada yang menyebutkan tujuh hari, ini menurut Ja'far
As-Sadiq r.a. Dan menurut pendapat lainnya empat puluh hari, ini menurut
Abu Malik.
Mujahid telah meriwayatkan dari Asy-Sya'bi, bahwa Nabi Yunus ditelan
oleh ikan besar di waktu pagi hari, dan dikeluarkan darinya pada petang
hari. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui tentang lamanya dia berada di
dalam perut ikan. Di dalam syair Umayyah ibnu Abus Silt disebutkan:
وَأنْتَ بفَضلٍ منْكَ نَجَّيتَ يُونُسًا ...وَقَدْ بَاتَ فِي أضْعَاف حُوتٍ ليَالِيا
Engkau telah menyelamatkan Yunus berkat karunia dari-Mu, padahal dia
telah tinggal di dalam perut ikan itu setelah beberapa malam.
Firman Allah Swt.:
{فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ}
Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak
mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai
hari berbangkit. (Ash-Shaffat:. 143-144)
Menurut suatu pendapat sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa sekiranya
dia tidak pernah mengerjakan amal saleh di masa sukanya. Demikianlah
menurut takwil yang dikemukakan oleh Ad-Dahhak ibnu Qais Abul Aliyah,
Wahb ibhu Munabbih, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang
dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Dan memang ada hadis yang menerangkan hal
tersebut yang akan kami kemukakan, insya Allah,dapat dijadikan sebagai
dalil jika memang predikatnya sahih. Di dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas disebutkan:
" تَعَرف إِلَى اللَّهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ"
Kenalilah Allah di masa suka. niscaya Dia mengenalmu di masa duka(mu)
Ibnu Abbas r.a., Said ibnu Jubair,Ad-Dahhak, Ata ibnus Sa'ib As-Saddi,
Al-Hasan, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak
mengingat Allah. (Ash-Shaffat: 143) Yakni orang-orang vang salat:
sebagian dari mereka menyebutkan bahwa memang Yunus sebelum itu termasuk
orang yang rajin mengerjakan salat. Dan sebagian lainnya mengatakan
bahwa dia memang termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah sejak
masih berada di dalam perut ibunya.
Pendapat yang lain mengatakan: Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk
orang-orang yang banyak mengingat Allah. (Ash-Shaffat: 143) Bahwa yang
dimaksud adalah apa yang dijelaskan oleh firman-Nya dalam ayat lainnya,
yaitu: maka ia menyeru dalam tempat yang sangat gelap, "Tidak ada Tuhan
selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan
menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan
orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 87-88)
Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan lain-lainnya
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ ابْنِ أَخِي
ابْنِ وَهْبٍ، حَدَّثَنَا عَمِّي حَدَّثَنَا أَبُو صَخْرٍ: أَنَّ يَزِيدَ
الرَّقَاشِيَّ حَدّثه: أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ -وَلَا أَعْلَمُ
إِلَّا أَنَّ أَنْسًا يَرْفَعُ الْحَدِيثُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم-"أَنَّ يُونُسَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حِينَ بَدَا لَهُ أَنْ يَدْعُوَ بِهَذِهِ الْكَلَمَّاتِ، وَهُوَ
فِي بَطْنِ الْحُوتِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
سُبْحَانَكَ، إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَأَقْبَلَتِ الدَّعْوَةُ
تَحُفُّ بِالْعَرْشِ، قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ: يَا رَبِّ، هَذَا صَوْتٌ
ضَعِيفٌ مَعْرُوفٌ مِنْ بِلَادٍ بَعِيدَةٍ غَرِيبَةٍ؟ فَقَالَ: أَمَا
تَعْرِفُونَ ذَلِكَ؟ قَالُوا: يَا رَبِّ، وَمَنْ هُوَ؟ قَالَ: عَبْدِي
يُونُسُ. قَالُوا: عَبْدُكَ يُونُسُ الَّذِي لَمْ يَزَلْ يُرْفَعُ لَهُ
عَمَلٌ مُتَقَبَّلٌ، وَدَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ؟ قَالُوا: يا رب، أو لا
تَرْحَمُ مَا كَانَ يَصْنَعُ فِي الرَّخَاءِ فتنجِّيه فِي الْبَلَاءِ؟
قَالَ: بَلَى. فَأَمَرَ الْحُوتَ فَطَرَحَهُ بالعرَاء".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidillah
(saudara lelaki Ibnu Wahb), telah menceritakan kepada kami pamanku,
telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr, bahwa Yazid Ar-Raqqasyi pernah
menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Anas ibnu Malik r.a.
—yang menurutnya Anas pasti me-rafa '-kan hadis ini sampai kepada
Rasulullah Saw.— menceritakan hadis berikut: Bahwa Nabi Yunus ketika
merasa yakin bahwa dirinya harus mengucapkan doa-doa berikut saat berada
di dalam perut ikan besar, yaitu: "Ya Allah, tidak ada Tuhan melainkan
Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
aniaya.” Maka doanya itu menghadap dan merintih di bawah 'Arasy. Para
malaikat berkata, "Ya Tuhan kami ini adalah suara yang lemah, tetapi
dikenal datang dari tempat yang jauh lagi terasing.” Allah Swt.
berfirman, "Tidakkah kalian mengenalnya?” Para malaikat berkata, "Ya
Tuhan kami, suara siapakah ini?” Allah Swt. berfirman, "Ini suara
hamba-Ku Yunus.” Mereka berkata, "Hamba-Mu Yunus, yang sampai sekarang
masih terus-menerus diangkat baginya amal yang diterima dan doa yang
diperkenankan.” Para malaikat berkata lagi, "Ya Tuhan kami, tidakkah
Engkau mengasihaninya atas apa yang telah dikerjakannya di masa sukanya,
maka Engkau selamatkan dia dari cobaan ini.” Allah berfirman,
"Baiklah.” Lalu Allah memerintahkan kepada ikan besar itu (untuk
mengeluarkannya), maka ikan besar itu mencampakkannya di padang sahara.
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dari Yunus, dari Ibnu Wahb dengan sanad yang sama.
Ibnu Abu Hatim menambahkan bahwa Abu Sakhr alias Humaid ibnu Ziad
mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Qasit, dan aku menceritakan
hadis ini, bahwa ia mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Yunus
dimuntahkan oleh ikan besar itu ke padang sahara. Dan Allah menumbuhkan
buah labu di padang itu. Ketika kami bertanya kepada Abu Hurairah
tentang buah tersebut, maka Abu Hurairah menjawab bahwa yang dimaksud
adalah buah pohon labu.
Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa Allah menyediakan baginya
kambing betina liar yang makan dari serangga tanah, lalu kambing liar
itu memberinya air minum dari air susunya setiap pagi dan petang hingga
Nabi Yunus dapat berdiri dan segar kembali.
Sehubungan dengan kisah ini Umayyah ibnu Abus Silt mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
فَأَنْبَتَ يَقْطينًا عَلَيه برَحْمَةٍ ... مِن اللَّهِ لَولا اللهُ أُلْفِيَ ضَاحيا
Maka tumbuhlah buah labu berkat rahmat Allah untuknya. Kalau sekiranya tidak ada pertolongan Allah, tentulah Yunus mati.
Firman Allah Swt.:
{فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ}
Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus. (Ash-Shaffat: 145)
Ibnu Abbas r.a. dan lain-lainnya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
al'ara ialah tanah tandus yang tidak ada tetumbuhan dan tidak ada pula
bangunannya. Menurut suatu pendapat, tanah tersebut terletak di pinggir
Sungai Tigris. Dan menurut pendapat lain adalah suatu tanah yang
terletak di negeri Yaman; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
{وَهُوَ سَقِيمٌ}
sedangkan ia dalam keadaan sakit. (Ash-Shaffat: 145)
Yaitu lemah sekali tubuhnya. Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa tubuh
Nabi Yunus saat itu tak ubahnya seperti itik yang masih belum tumbuh
bulunya (yaitu baru menetas). As-Saddi mengatakan bahwa keadaan Nabi
Yunus saat itu mirip dengan bayi yang baru lahir. Hal yang sama telah
dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a. dan Ibnu Zaid.
{وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ}
Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. (Ash-Shaffat: 146)
Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Wahb ibnu
Munabbih, Hilal ibnu Yusaf, Abdullah ibnu Tawus, As-Saddi, Qatadah,
Ad-Dahhak, Ata Al-Khurrasani, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang
mengatakan bahwa pohon tersebut adalah pohon labu.
Hasyim telah meriwayatkan dari Al-Qasim ibnu Abu Ayyub, dari Sa'id ibnu
Jubair, bahwa setiap pohon yang tidak memiliki batang dinamakanyaqtin
(labu).
Menurut riwayat lain yang bersumber darinya, setiap pohon yang dikonsumsi dalam sekali tanam dinamakan yaqtin.
Sebagian di antara mereka menyebutkan beberapa keistimewaan dari buah
labu ini antara lain cepat pertumbuhannya, rindang pohonnya, besar, dan
lembut buahnya. Buah labu tidak pernah dihinggapi oleh lalat, buahnya
terasa enak dan dapat dimakan baik dalam keadaan mentah maupun dimasak,
berikut kulitnya. Telah disebutkan pula dalam hadis bahwa Rasulullah
Saw. Menyukai buah labu dan mencari-carinya di pinggir-pinggir piring
(bila sedang makan).
Firman Allah Swt.:
{وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ}
Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. (Ash-Shaffat: 147)
Syahr ibnu Hausyab telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa
sesungguhnya diutusnya Nabi Yunus a.s. itu hanyalah sesudah ia
dimuntahkan oleh ikan besar yang menelannya.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Haris, telah menceritakan
kepada kami Abu Hilal, dari Syahr ibnu Hausyab.
Ibnu AbuNajih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Yunus diutus kepada mereka sebelum ditelan oleh ikan besar.
Menurut hemat kami, tidaklah mustahil bila orang-orang yang dahulu Yunus
a.s. diutus kepada mereka pada mulanya, memerintahkan kepadanya untuk
kembali kepada mereka setelah dikeluarkan oleh ikan besar, lalu mereka
semua membenarkannya dan beriman kepadanya.
Al-Bagawi mengatakan dalam riwayat yang diutarakannya, bahwa Yunus
diutus kepada umat lainnya sesudah dikeluarkan dari perut ikan besar;
jumlah mereka seratus ribu orang atau lebih.
Firman Allah Swt.:
{أَوْ يَزِيدُونَ}
atau lebih. (Ash-Shaffat: 147)
Ibnu Abbas dalam suatu riwayat yang bersumber darinya menyebutkan,
bahkan lebih dari seratus ribu orang, jumlah mereka adalah seratus tiga
puluh ribu orang. Riwayat lain yang bersumber darinya menyebutkan
seratus tiga puluh ribu orang lebih beberapa ribu. Menurut riwayat
lainnya lagi yang bersumberkan darinya adalah seratus empat puluh ribu
lebih beberapa ribu orang; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Sa'id
ibnu Jubair menyebutkan lebih dari tujuh puluh ribu orang, yakni seratus
tujuh puluh ribu orang.
Makhul mengatakan bahwa jumlah mereka seratus sepuluh ribu orang, menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ
البَرْقي، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ: سَمِعْتُ
زُهَيرًا عَمَّنْ سَمِعَ أَبَا الْعَالِيَةِ قَالَ: حَدَّثَنِي أُبَيُّ
بْنُ كَعْبٍ: أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِهِ: {وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ
يَزِيدُونَ} ، قَالَ: "يَزِيدُونَ عِشْرِينَ أَلْفًا"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abdur Rahim Al-Barqi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu
Salamah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Zuhair menceritakan
dari seseorang yang mendengarnya dari Abul Aliyah; ia mengatakan bahwa
telah menceritakan kepadanya Ubay ibnu Ka'b r.a. bahwa ia pernah
bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: Dan Kami utus
dia kepada seratus ribu orang atau lebih. (Ash-Shaffat: 147) Maka beliau
Saw. bersabda, bahwa mereka lebih dari dua puluh ribu(dari seratus ribu
itu).
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Ali ibnu Hujr, dari Al-Walid
ibnu Muslim, dari Zuhair, dari seorang lelaki, dari Abdul Aliyah, dari
Ubay ibnu Ka'b dengan lafaz yang sama. Lalu Imam Turmuzi mengatakan
bahwa hadis ini garib. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hadis ini melalui
hadis Zuhair dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian ahli bahasa Arab dan kalangan
penduduk Basrah mengatakan sehubungan dengan ungkapan ini bahwa yang
dimaksud ialah sampai seratus ribu orang, atau jumlah me'reka lebih dari
itu menurut kalian. Karena itu, Ibnu Jarir menempuh cara yang sama saat
menafsirkan firman-Nya:
{ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً}
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu. bahkan lebih keras lagi. (Al-Baqarah: 74)
{إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً}
tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik)takut kepada manusia
(musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan rasa takutnya lebih
dahsyat dari itu. (An-Nisa:77)
Dan firman Allah Swt.:
{فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى}
maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak)dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (An-Najm: 9)
Makna yang dimaksud ialah tidak kurang dari itu, bahkan lebih.
Firman Allah Swt.:
{فَآمَنُوا}
Lalu mereka beriman. (Ash-Shaffat: 148)
Lalu berimanlah seluruh kaum Nabi Yunus a.s.
{فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}
karena itu, Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. (Ash-Shaffat: 148)
Yakni sampai dengan waktu ajal mereka, seperti pengertian yang terdapat pada ayat lain melalui firman-Nya:
{فَلَوْلا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ
يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}
Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya
bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka(kaum Yunus itu)
beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam
kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada
waktu yang tertentu. (Yunus: 98)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar