Salah satu kisah yang dapat dijadikan pelajaran bagi umat masa kini
adalah kisah Ashabul Qaryah, yaitu sebuah negeri yang kebanyakan
penduduknya melanggar aturan Allah serta mendustakan utusan Allah.
Peta Ashabul Qaryah
Ashabul Qaryah adalah penduduk Anthakiyah (Antioch, Antakia). Mereka
tinggal di sekitar Laut Tengah, tepatnya di sungai Al-Ashi yang tidak
jauh dari Suwaidiyah. Menurut Syauqi Abu Khalil dalam buku Atlas
Al-Qur’an, Anthkia dibangun oleh Selauqus I tahun 307 Sebelum Masehi
(SM). Selauqus I menjadikan Anthakiyah sebagai ibukota kerajaannya
setelah Iskandar Al-Maqduni (Alexander Mecodonia). Pada masa Abbasiyah,
Anthakiyah merupakan pusat kota yang provinsi Al-Awashim. Kota ini
dinilai sebagai ibukota yang indah, memesona, berudara segar, berair
tawar, dan penuh dengan kebaikan. Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan,
katanya negeri itu bernama Antaki (Antioch, kota kuno di syiria,
sekarang bernama Anthakiyah dan termasuk wilayah Turki). Di negeri ini
terdapat seorang raja yang menyembah berhala, namanya Antoiqus. Menurut
Al-Qurtubi, penduduk suatu negeri (Ashabul Qaryah) yang disebutkan dalam
surah Yasin tersebut adalah Antaki, kepada mereka pernah mengirimkan
tiga orang utusan, yakni Shadiq, Mashduq, Syam’un.
Anthakiyah terletak di sungai ‘Asi yang hulunya di Lebanon Syiria dan
berakhir di Turki. Antakia juga berdampingan dengan pantai Lautan
Mediterranean yang kini kawasan tersebut dikenali dengan nama Samandaq
atau nama lamanya Suwaidiyyah.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا
الْمُرْسَلُونَ (13) إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ
فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ
مُرْسَلُونَ (14) قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنزلَ
الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلا تَكْذِبُونَ (15) قَالُوا
رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ (16) وَمَا عَلَيْنَا
إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ (17)
Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri
ketika utusan-utusan datang kepada mereka; (yaitu) ketika Kami mengutus
kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya;
kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan
itu berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus
kepadamu.” Mereka menjawab, "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti
kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu
tidak lain hanyalah pendusta belaka.” Mereka berkata, "Tuhan kami
mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu.
Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan(perintah Allah)
dengan jelas.” (QS Yasin Ayat 13-17)
Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Nabi-Nya agar membuat suatu perumpaman terhadap kaumnya yang telah mendustakannya.
{مَثَلا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ}
suatu perumpamaan yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka.(Yasin: 13)
Ibnu Ishaq telah mengatakan berdasarkan berita yang sampai kepadanya
dari Ibnu Abbas r.a., Ka'bul Ahbar, dan Wahb ibnu Munabbih, bahwa negeri
yang dimaksud adalah Intakiyah, yang diperintah oleh seorang raja yang
bernama Antikhas. Ia adalah seorang penyembah berhala, maka Allah
mengutus kepadanya tiga orang rasul. Ketiga orang rasul itu bernama
Sadiq, Saduq, dan Syalum; tetapi raja itu mendustakan mereka.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Buraidah ibnul Khasib, Ikrimah,
Qatadah, dan Az-Zuhri, bahwa negeri tersebut adalah Intakiyah. Akan
tetapi, ada sebagian para imam yang merasa ragu bahwa negeri tersebut
adalah Intakiyah karena alasan yang akan kami sebutkan kemudian sesudah
kisah ini selesai, insya Allah.
Firman Allah Swt.:
{إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا{
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakannya.(Yasin: 14)
Maksudnya, dengan spontan mereka mendustakan kedua rasul itu.
{فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ}
kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga. (Yasin: 14)
Yakni Kami perkuat keduanya dengan rasul yang ketiga.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Sulaiman, dari Syu'aib
Al-Jiba'i yang mengatakan bahwa nama kedua rasul yang pertama itu adalah
Syam'un dan Yuhana, sedangkan nama rasul yang ketiga ialah Baulus, dan
nama negerinya adalah Intakiyah.
{فَقَالُوا}
maka ketiga utusan itu berkata. (Yasin: 14)
Yaitu kepada penduduk negeri tersebut.
{إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ}
Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu (Yasin: 14)
Yakni dari Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian. Dia memerintahkan
kepada kalian agar menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Demikianlah menurut Abul Aliyah. Tetapi Qatadah ibnu Di'amah menduga
bahwa ketiganya adalah utusan-utusan Al-Masih a.s. kepada penduduk
negeri Intakiyah.
{قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا}
Mereka menjawab, "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami. (Yasin: 15)
Maksudnya, mana mungkin kalian diberi wahyu, sedangkan kalian adalah
manusia seperti kami juga, dan kami tidak mendapat wahyu seperti kalian.
Seandainya kalian benar-benar utusan, tentulah kalian adalah jenis
malaikat. Dan memang inilah keraguan yang berada di benak kebanyakan
umat yang mendustakan para rasul, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah
Swt. dalam firman-Nya yang menceritakan ucapan mereka:
{ذَلِكَ بِأَنَّهُ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالُوا أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا}
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka
rasul-rasul mereka(membawa) keterangan-keterangan lalu mereka berkata,
"Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?” (At-Tagabun: 6)
Yakni mereka merasa heran dan tidak percaya bila rasul berasal dari jenis manusia. Disebutkan pula oleh firman-Nya:
{قَالُوا إِنْ أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا تُرِيدُونَ أَنْ تَصُدُّونَا
عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ}
Mereka berkata, "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga.
Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa
yang selalu disembah nenek moyang kami, Karena itu, datangkanlah kepada
kami bukti yang nyata.” (Ibrahim: 10)
Dan firman Allah Swt. lainnya yang menceritakan perkataan mereka:
{وَلَئِنْ أَطَعْتُمْ بَشَرًا مِثْلَكُمْ إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ}
Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu,
niscaya bila demikian kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang
merugi. (Al-Mu-minun: 34)
{وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَى إِلا أَنْ قَالُوا أَبَعَثَ اللَّهُ بَشَرًا رَسُولا}
Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala
datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka, "Adakah Allah
mengutus seorang manusia menjadi rasul?" (Al-Isra: 94)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{مَا أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنزلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ
إِنْ أَنْتُمْ إِلا تَكْذِبُونَ * قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا
إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ}
"Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha
Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta
belaka.” Mereka berkata, "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami
adalah orang yang diutus kepada kamu." (Yasin: 15-16)
Yakni ketiga orang rasul mereka menjawab, "Namun Allah mengetahui bahwa
kami adalah rasuI-rasul-Nya yang diutus kepada kalian. Dan seandainya
kami dusta terhadap-Nya, tentulah Dia akan menghukum kami dengan siksaan
yang keras. Akan tetapi, Dia pasti akan memenangkan kami dan menolong
kami dalam menghadapi kalian, dan kalian akan mengetahui bagi siapakah
kesudahan yang baik itu." Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan
oleh firman-Nya:
{قُلْ كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا يَعْلَمُ مَا فِي
السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا
بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}
Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia
mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya
kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang
yang merugi.”(Al-'Ankabut: 52)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا عَلَيْنَا إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ}
Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.(Yasin: 17)
Mereka (para utusan itu) mengatakan, "Sesungguhnya tugas kami hanyalah
menyampaikan risalah yang diamanatkan kepada kami untuk kalian. Apabila
kalian menaatinya, maka bagi kalian kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dan jika kalian tidak memperkenankannya, maka kelak kalian akan
mengetahui akibat dari penolakan kalian itu; hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui."
Firman-Nya
قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا
لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ (18) قَالُوا
طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ
مُسْرِفُونَ (19)
Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu,
sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan
merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.”
Utusan-utasan itu berkata, "Kemalangan kamu itu adalah karena ulah kamu
sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan(kamu bernasib malang)?
Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”
Maka pada saat itu juga penduduk negeri itu berkata kepada para utusan tersebut, yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ}
Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. (Yasin: 18)
Maksudnya, kami tidak melihat pada roman muka kalian adanya kebaikan
bagi kehidupan kami, yakni kalian adalah pembawa kesialan bagi kami.
Qatadah mengatakan bahwa mereka berkata, "Jika kami tertimpa keburukan, maka sesungguhnya hal itu karena adanya kalian."
Mujahid mengatakan bahwa mereka mengatakan, "Tidak ada seorang pun yang
semisal kalian masuk ke sebuah negeri, melainkan penduduk negeri itu
mendapat hukuman."
{لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ}
sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu. (Yasin: 18)
Qatadah mengatakan bahwa rajam ialah melempari si terhukum dengan batu,
sedangkan menurut Mujahid makna yang dimaksud ialah merajam melalui
kata-kata, yakni caci maki.
{وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ}
dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami. (Yasin: 18)
Yaitu hukuman yang keras. Maka para utusan mereka berkata kepada mereka, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ}
Kemalangan kamu itu adalah karena ulah kamu sendiri. (Yasin: 19)
Yakni kesialan itu karena tingkah laku kalian sendiri. Ayat ini semakna
dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya yang menceritakan perihal
kaum Fir'aun:
{فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ
سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ
عِنْدَ اللَّهِ}
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata, "Ini
adalah karena(usaha) kami.” Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka
lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang
besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah
ketetapan dari Allah. (Al-A'raf: 131)
Dan kaum Nabi Saleh berkata:
{اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ}
Mereka menjawab, "Kami mendapat nasib yang malang disebabkan kamu dan
orang-orang yang besertamu.” Saleh berkata, "Nasibmu ada pada sisi Allah
(bukan kami yang menjadi sebab).” (An-Naml: 47)
Qatadah dan Wahb ibnu Munabbih mengatakan, yang dimaksud dengan ta'ir di
sini adalah amal perbuatan, yakni amal perbuatan kalian. Disebutkan
pula di dalam firman-Nya hal yang semisal, yaitu:
{وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَإِنْ
تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِكَ قُلْ كُلٌّ مِنْ
عِنْدِ اللَّهِ فَمَالِ هَؤُلاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ
حَدِيثًا}
Dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini adalah dari
sisi Allah.” Dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana, mereka
mengatakan, "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).” Katakanlah,
"Semuanya (datang)dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu(orang
munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun. (An-Nisa:
78)
Adapun firman Allah Swt.:
{أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ}
Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas. (Yasin: 19)
Yakni karena kami memberikan peringatan kepada kalian dan memerintahkan
kepada kalian agar mengesakan Allah dan memurnikan penyembahan hanya
kepada-Nya, lalu kalian membalas kami dengan ucapan seperti itu, dan
kalian mengancam dan menindas kami karenanya. Sebenarnya kamu adalah
kaum yang melampaui batas. (Yasin: 19)
Qatadah mengatakan bahwa sesungguhnya kami peringatkan kalian tentang
azab Allah, lalu kalian menimpakan kesialan kalian kepada kami,
sebenarnya kalian ini adalah kaum yang melampaui batas."
Firman-Nya
وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ
اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ (20) اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا
وَهُمْ مُهْتَدُونَ (21)
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas
ia berkata, "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu, ikutilah orang yang
tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
Ibnu Ishaq dalam riwayatnya yang bersumber dari Ibnu Abbas, Ka'bul
Ahbar, dan Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan bahwa sesungguhnya
penduduk negeri tersebut hampir saja membunuh utusan-utuan mereka,
tetapi telanjur datang seorang laki-laki dari pinggiran kota yang datang
berlari dengan cepat untuk menolong rasul-rasul itu dari ancaman
kaumnya.
Menurut mereka bertiga, lelaki tersebut bernama Habib, seorang tukang
tenun dan sakit-sakitan. Sakit yang dideritanya adalah lepra. Dia
seorang yang banyak bersedekah, separo dari hasil kerjanya selalu ia
sedekahkan, dan dia adalah seorang yang berpikiran lurus.
Ibnu Ishaq telah mengatakan dari seorang lelaki yang senama dengannya,
dari Al-Hakam, dari Miqsam atau dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a. yang
mengatakan bahwa nama lelaki yang disebutkan di dalam surat Yasin adalah
Habib, dia menderita penyakit lepra yang cukup parah.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Asim Al-Ahwal,dari Abu Mujlaz, bahwa nama lelaki itu adalah Habib ibnu Murri.
Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a.
yang mengatakan bahwa nama lelaki yang disebutkan di dalam surat Yasin
adalah Habibun Najjar, lalu lelaki itu dibunuh oleh kaumnya. As-Saddi
mengatakan, lelaki itu adalah seorang tukang celup kain.
Umar ibnul Hakam mengatakan bahwa Habib adalah seorang uskup. Qatadah
mengatakan, ia seorang ahli ibadah, yang menghabiskan usianya untuk
beribadah di salah satu gua yang ada di pinggiran negeri tersebut.
{قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ}
Ia berkata, "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu". (Yasin: 20)
Dia menganjurkan kepada kaumnya agar mengikuti para rasul tersebut yang datang kepada mereka memberi peringatan.
{اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا}
ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu.(Yasin: 21)
Yakni upah sebagai imbalan dari penyampaian risalahnya kepada mereka.
{وَهُمْ مُهْتَدُونَ}
dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Yasin: 21)
Mereka mendapat petunjuk dari Allah Swt., karenanya mereka menyeru kalian untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Firman-Nya
وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (22)
أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا
تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلا يُنْقِذُونِ (23) إِنِّي إِذًا
لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (24) إِنِّي آمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ (25)
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakan diriku dan
yang hanya kepada-Nya kamu (semua) akan dikembalikan? Mengapa aku akan
menyembah tuhan-tuhan selainnya jika(Allah) Yang Maha Pemurah
menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi
manfaat sedikit pun bagiku dan mereka tidak (pula) dapat
menyelamatkanku? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam
kesesalan yang nyata. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu;
maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي}
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakan diriku. (Yasin: 22)
Maksudnya, apakah yang menghalangi diriku untuk tidak mengikhlaskan
penyembahan hanya kepada Tuhan yang telah menciptakan diriku semata,
tiada sekutu bagi-Nya.
{وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}
dan yang hanya kepada-Nya kamu (semua) akan dikembalikan? (Yasin: 22)
Yakni kelak di hari kemudian, maka Dia akan membalas semua amal
perbuatan kalian. Jika baik, maka balasannya baik; dan jika buruk,
balasannya buruk pula.
{أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آلِهَةً}
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya. (Yasin: 23)
Istifham atau kata tanya dalam ayat ini adalah istifham ingkari yang mengandung makna celaan atau kecaman.
{إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلا يُنْقِذُونِ}
jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku,
niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagiku dan
mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?(Yasin: 23)
Yaitu tuhan-tuhan yang kalian sembah selain Allah itu tidak memiliki
sesuatu apa pun dalam urusan ini. Karena sesungguhnya seandainya Allah
menghendaki keburukan terhadap diriku,
{فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ}
maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. (Al-An'am: 17 dan Yunus: 107)
Dan berhala-berhala ini tidak mempunyai daya upaya apa pun untuk menolak
dan menangkal hal tersebut, tidak dapat pula menyelamatkan diriku dari
penderitaanku ini.
{إِنِّي إِذًا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesalan yang nyata. (Yasin: 24)
Maksudnya, jika aku menjadikan berhala-berhala itu sebagai sesembahanku
selain dari Allah, berarti aku benar-benar berada dalam kesesatan yang
nyata.
Firman Allah Swt:
{إِنِّي آمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ}
Sesungguhnya aku telah beriman kepadaa Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. (Yasin: 25)
Ibnu Ishaq mengatakan -menurut berita yang sampai kepadanya dari Ibnu
Abbas r.a. Ka'b, serta Wahb- bahwa lelaki itu berkata kepada
kaumnya:Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu. (Yasin: 25) Yang
kalian ingkari itu. maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. (Yasin:
25) Yakni dengarkanlah oleh kalian pengakuan keimananku ini.
Dapat pula ditakwilkan bahwa perkataan ini ditujukan kepada para utusan
tersebut darinya (si lelaki itu), yakni firman-Nya: Sesungguhnya aku
telah beriman kepada Tuhanmu. (Yasin: 25) Yang telah mengutus kalian.
maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. (Yasin: 25) Yakni saksikanlah
oleh kalian keimananku ini nanti di hadapan Allah Swt. Demikianlah
menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ulama lainnya mengatakan, bahkan khitab ini
dikatakan oleh para rasul, lalu lelaki itu berkata kepada para'rasul,
"Dengarkanlah pengakuanku ini, agar kelak kalian menjadi saksi bagiku di
hadapan Tuhanku, bahwa sesungguhnya aku beriman kepada Tuhanmu dan aku
mengikuti ajaran kalian." Pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir dari
mereka lebih jelas maknanya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Ishaq menurut apa yang ia terima dari Ibnu Abbas r.a., Ka'bul
Ahbar, dan Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa tatkala lelaki itu
mengucapkan pengakuannya , maka kaumnya menyerangnya beramai-ramai, lalu
membunuhnya, dan tidak ada seorang pun yang dapat membela lelaki itu
dari serangan mereka.
Qatadah mengatakan bahwa kaum lelaki itu merajam lelaki itu dengan batu,
sedangkan lelaki itu tiada hentinya mengucapkan doa berikut: "Ya Allah,
berilah kaumku petunjuk, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui, "
hingga akhirnya lelaki itu terjatuh dan meninggal dunia. Semoga Allah
melimpahkan rahmat-Nya kepadanya.
Firman-Nya
قِيلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ (26) بِمَا
غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ (27) وَمَا أَنزلْنَا
عَلَى قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنَّا
مُنزلِينَ (28) إِنْ كَانَتْ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ
خَامِدُونَ (29)
Dikatakan (kepadanya), "Masuklah ke surga.” Ia berkata, "Alangkah
baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi
ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang
dimuliakan.” Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah
dia(meninggal) suatu pasukan pun dari langit dan tidak layak Kami
menurunkannya. Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan
saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari salah seorang temannya, dari
Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa kaum lelaki itu
menginjak-injaknya dengan kaki mereka hingga isi perutnya keluar dari
liang anusnya. Lalu Allah Swt. berfirman kepada laki-laki itu: Masuklah
ke surga.(Yasin: 26) Maka laki-laki itu masuk ke dalam surga dan diberi
rezeki di dalamnya, dan Allah telah melenyapkan darinya penderitaan
dunia, kesedihan, dan kelelahannya.
Mujahid mengatakan bahwa dikatakan kepada Habib (laki-laki itu),
"Masuklah ke surga." Dikatakan demikian karena dia gugur dalam membela
agama Allah, maka sudah merupakan keharusan baginya masuk surga. Setelah
ia melihat pahala yang diterimanya, Ia berkata, "Alangkah baiknya
sekiranya kaumku mengetahui.(Yasin: 26)
Qatadah mengatakan bahwa tidaklah engkau menjumpai orang yang
benar-benar mukmin, melainkan dia adalah seorang yang mengharapkan
kebaikan bagimu, dan tidaklah engkau jumpai dia sebagai seorang penipu.
Setelah lelaki itu menyaksikan penghormatan yang diberikan oleh Allah
kepadanya, maka berkatalah ia, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ}
"Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan
Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang
yang dimuliakan.” (Yasin: 26-27)
Demi Allah, dia mengharapkan andai kata saja kaumnya mengetahui
kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepadanya dan akibat terpuji yang
diperolehnya.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa Habib menasihati kaumnya saat ia masih
hidup: Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu. (Yasin: 20) Juga sesudah
matinya, seperti yang diceritakan oleh firman-Nya:Alangkah baiknya
sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun
kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.
(Yasin- 2627)
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Asim Al-Ahwal, dari Abu Mujlaz
sehubungan dengan makna firman-Nya: apa yang menyebabkan Tuhanku memberi
ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan
(Yasin: 27) Yakni berkat keimananku kepada Tuhanku dan kepercayaanku
kepada para utusan.
Maksudnya, seandainya kaumnya dapat menyaksikan pahala dan balasan serta
kenikmatan abadi yang diterimanya, tentulah hal tersebut akan mendorong
mereka untuk mengikuti para rasul. Semoga Allah Swt. melimpahkan
rahmat-Nya kepadanya; dia sangat menginginkan agar kaumnya mendapat
hidayah.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ
عُبَيْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا ابْنُ جَابِرٍ -وَهُوَ مُحَمَّدٌ-عَنْ عَبْدِ
الْمَلِكِ -يَعْنِي: ابْنَ عُمَيْرٍ-قَالَ: قَالَ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ
الثَّقَفِيُّ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ابْعَثْنِي
إِلَى قومي أدعوهم إِلَى الْإِسْلَامِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَقْتُلُوكَ". فَقَالَ:
لَوْ وَجَدُونِي نَائِمًا مَا أَيْقَظُونِي. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "انطلق". فَانْطَلَقَ فَمَرَّ عَلَى
اللَّاتِ وَالْعُزَّى، فَقَالَ: لأصبحَنَّك غَدًا بِمَا يَسُوءُكِ.
فَغَضِبَتْ ثَقِيفٌ، فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ ثَقِيفٍ، إِنَّ اللَّاتَ لَا
لَاتَ، وَإِنَّ العُزى لَا عُزى، أَسْلِمُوا تَسْلَمُوا. يَا مَعْشَرَ
الْأَحْلَافِ، إِنَّ الْعُزَّى لَا عُزَّى، وَإِنَّ اللَّاتَ لَا لَاتَ،
أَسْلِمُوا تَسْلَمُوا. قَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، فَرَمَاهُ رَجُلٌ
فَأَصَابَ أكْحَله فَقَتَلَهُ، فَبَلَغَ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم
فقال: "هَذَا مَثَلُهُ كَمَثَلِ صَاحِبِ يس، {قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي
يَعْلَمُونَ * بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ubaidillah, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Jabir alias Muhammad, dari Abdul Malik ibnu Umair yang
mengatakan bahwa Urwah ibnu Mas'ud As-Saqafi r.a. pernah berkata kepada
Nabi Saw., "Utuslah aku kepada kaumku, aku akan menyeru mereka untuk
memeluk Islam." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku merasa
khawatir bila mereka nanti akan membunuhmu." Urwah berkata, "Seandainya
mereka menjumpaiku sedang tidur, mereka tidak berani membangunkanku."
Akhirnya Rasulullah Saw. bersabda, "Pergilah kamu." Maka Urwah berangkat
menuju tempat berhala Lata dan 'Uzza, lalu ia berkata, "Sungguh aku
benar-benar akan melakukan suatu hal yang akan membuatmu celaka besok
pagi." Maka orang-orang Saqif marah, dan Urwah berkata, "Hai orang-orang
Saqif, sesungguhnya tiada ketinggian lagi bagi Lata dan tiada kejayaan
lagi bagi 'Uzza. Maka masuk Islamlah kalian, niscaya kalian selamat. Hai
orang-orang yang tergabung di dalam persekutuan, sesungguhnya tiada
kejayaan lagi bagi 'Uzza dan tiada ketinggian lagi bagi Lata. Masuk
Islamlah kalian, niscaya kalian selamat." Urwah mengucapkan kalimat
tersebut sebanyak tiga kali dengan suara yang lantang, lalu ada seorang
lelaki dari kaum yang membidikkan anak panahnya ke arah dia dan mengenai
anggota tubuh yang mematikan. Akhirnya Urwah gugur. Ketika peristiwa
tersebut sampai beritanya kepada Rasulullah Saw., maka beliau bersabda:
Orang ini senasib dengan apa yang dialami oleh lelaki yang disebutkan di
dalam surat Yasin. Ia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya kaumku
mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan
menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.” (Yasin: 26-27)
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Abdur Rahman
ibnu Ma'mar ibnu Hazm. Ia pernah menceritakan dari Ka'bul Ahbar yang
telah menceritakan kepadanya tentang kisah Habib ibnu Zaid ibnu Asim
saudara lelaki Bani Mazin ibnun Najjar yang dipotong-potong tubuhnya
oleh Musailamah Al-Kazzab di Yamamah, ketika Musailamah menanyakan
kepadanya tentang Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Musailamah bertanya
kepadanya, "Apakah engkau membenarkan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah?" Habib menjawab, "Ya." Kemudian Musailamah berkata, "Apakah kamu
percaya bahwa aku adalah utusan Allah?" Habib menjawab, "Saya tidak
dapat mendengar suaramu." Musailamah laknatullah berkata, "Apakah kamu
mendengar dia, sedangkan kamu tidak mendengarku?" Habib menjawab, "Ya."
Maka Musailamah menyiksanya dengan memotong tubuhnya satu demi satu.
Setiap kali Musailamah menanyainya, jawabannya sama dengan yang pertama,
hingga akhirnya si Habib mati di tangannya. Lalu Ka'b berkata saat
ditanya nama lelaki itu, bahwa nama lelaki itu adalah Habib, dan demi
Allah, nama lelaki yang disebutkan di dalam surat Yasin pun adalah
Habib.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا أَنزلْنَا عَلَى قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنَّا مُنزلِينَ}
Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu
pasukan pun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya.(Yasin: 28)
Allah Swt. menceritakan bahwa Dia membalas perbuatan kaum laki-laki itu
—sesudah ia dibunuh mereka— karena murka kepada mereka, sebab mereka
telah mendustakan rasul-rasul-Nya dan membunuh kekasih-Nya. Lalu Allah
Swt. menyebutkan bahwa Dia tidak menurunkan pasukan malaikat apa pun
untuk membinasakan mereka, Dia tidak memerlukannya untuk membinasakan
mereka, bahkan untuk menanganinya amatlah mudah bagi-Nya.
Ibnu Mas'ud r.a. -menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari
sebagian teman-temannya- telah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia
(meninggal) suatu pasukan pun dari langit dan tidak layak Kami
menurunkannya. (Yasin: 28) Artinya Kami tidak perlu menurunkan
balatentara untuk membinasakan mereka karena untuk membinasakan mereka
itu teramat mudah bagi Kami. Tidak ada siksaan atas mereka melainkan
satu teriakan saja; maka dengan serta merta mereka semuanya mati.
(Yasin: 29) Ibnu Mas'ud mengatakan, bahwa maka Allah Swt. membinasakan
rajanya dan membinasakan penduduk Intakiyah. Mereka dimusnahkan dan muka
bumi tanpa ada seorang pun yang selamat.
Menurut pendapat lain, sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: dan
tidak layak Kami menurunkannya. (Yasin: 28) Yakni tidak sekali-kali Kami
menurunkan para malaikat bila Kami hendak membinasakan mereka,
melainkan Kami hanya menimpakan atas mereka suatu azab yang membinasakan
mereka.
Menurut pendapat yang lainnya lagi sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia(meninggal) suatu
pasukan pun dari langit. (Yasin: 28) Yaitu risalah lain kepada mereka,
menurut Mujahid dan Qatadah.
Qatadah mengatakan bahwa demi Allah, Allah tidak menegur kaumnya sesudah
mereka membunuhnya, Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu
teriakan saja; maka dengan serta merta mereka semuanya mati. (Yasin: 29)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa yang paling sahih adalah pendapat yang
pertama, karena risalah (perutusan) tidak dinamakan jundun (pasukan)!
Ulama tafsir mengatakan bahwa Allah Swt. mengirimkan Malaikat Jibril
a.s. kepada mereka. Jibril memegang kedua sisi pintu gerbang negeri
mereka, kemudian ia melakukan suatu teriakan yang mengguntur terhadap
mereka. Maka dengan serta merta mereka semuanya mati, tanpa ada seorang
pun yang selamat saat itu juga tanpa meregang nyawa lagi.
Dalam keterangan yang lalu telah disebutkan dari kebanyakan ulama Salaf
bahwa negeri tersebut adalah Intakiyah, dan ketiga orang itu adalah
orang-orang yang diutus oleh Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s., seperti yang
telah dinaskan oleh Qatadah dan lain-lainnya. Tetapi pendapat Qatadah
ini tidak ada seorang pun dari kalangan ulama tafsir yang mutaakhkhirin
mengemukakannya selain Qatadah sendiri. Mengenai keabsahannya masih
diragukan ditinjau dari berbagai alasan berikut:
Pertama, pengertian lahiriah kisah menunjukkan bahwa mereka bertiga
adalah utusan-utusan Allah Swt., bukan utusan Al-Masih a.s. Seperti yang
dimengerti dari firman-Nya:
{إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا
بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ} إِلَى أَنْ قَالُوا:
{رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ * وَمَا عَلَيْنَا
إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ}
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu
mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan(utusan) yang
ketiga, maka ketiga utusan itu berkata, "Sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang diutus kepadamu.” (Yasin: 14) sampai dengan firman-Nya:
Mereka berkata, "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah
orang yang diutus kepada kamu. Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah
menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.” (Yasin: 16-17)
Sekiranya mereka termasuk kaum Hawari (penolong Isa a.s.), tentulah
mereka mengatakan kalimat yang sesuai dengan kedudukan mereka, bahwa
mereka adalah utusan Isa a.s.; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Kemudian seandainya mereka adalah utusan dari Al-Masih a.s., niscaya
kaum negeri itu tidak mengatakan kepada mereka: Kamu tidak lain hanyalah
manusia seperti kami. (Yasin: 15)
Kedua, bahwa penduduk Intakiyah telah beriman kepada utusan Al-Masih
yang dikirimnya kepada mereka, dan mereka adalah penduduk suatu negeri
yang pertama beriman kepada Al-Masih; karena itulah maka Intakiyah
merupakan salah satu dari keempat kota yang di dalamnya terdapat para
patrik. Yaitu kota Al-Quds yang merupakan negeri Al-Masih sendiri; kota
Intakiyah, karena ia merupakan suatu kota yang pertama penduduknya
beriman kepada Al-Masih seluruhnya. Kemudian kota Iskandaria, karena ia
merupakan suatu kota yang para penduduknya mencetuskan suatu gagasan
untuk mengangkat patrik, matarun, uskup, pendeta, rahib, dan syamamis.
Yang terakhir adalah kota Roma yang merupakan ibu kota kerajaan
Konstantinopel yang rajanya selalu menolong dan membantu agama Al-Masih.
Setelah dia membangun kota Konstantinopel, maka ia memindahkan
kepatrikan dari Roma ke Konstantinopel. Demikianlah menurut apa yang
disebutkan oleh ahli sejarah yang bukan hanya seorang, seperti Sa'id
ibnu Butriq dan lain lainnya dari kalangan Ahli Kitab maupun dari
kalangan kaum muslim. Apabila telah terbukti bahwa Intakiyah adalah kota
yang mula-mula seluruh penduduknya beriman, berarti kota yang
dibinasakan oleh Allah karena penduduknya mendustakan rasul-rasul-Nya
dengan satu teriakan hanya Allah-lah Yang Mengetahuinya.
Ketiga, bahwa kisah penduduk Intakiyah dengan kaum Hawari (penolong Isa
Al-Masih) terjadi sesudah kitab Taurat diturunkan. Abu Sa'id Al-Khudri
r.a. dan ulama Salaf lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa
sesudah Allah menurunkan Kitab Taurat, maka Dia tidak lagi membinasakan
suatu umat pun sampai tertumpas semuanya dengan azab yang Dia timpakan
kepada mereka, melainkan Dia memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman sesudah itu untuk memerangi kaum musyrik. Mereka mengatakan hal
ini dalam kaitan tafsiran mereka terhadap firman-Nya:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى}
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat)
sesudah Kami binasakan generasi-generasi terdahulu. (Al-Qassas: 43)
Berdasarkan keterangan di atas dapat ditentukan bahwa kota yang
disebutkan di dalam surat Yasin bukanlah kota Intakiyah, melainkan kota
lain, sebagaimana yang telah dikatakan oleh bukan hanya seorang dari
kalangan ulama Salaf.
Atau nama kota tersebut memang Intakiyah, tetapi bukan kota Intakiyah
yang terkenal itu, melainkan kota lainnya. Karena sesungguhnya kota
Intakiyah yang terkenal itu belum pernah ada yang mengetahui bahwa ia
pernah dibinasakan, baik di masa agama Nasrani maupun di masa
sebelumnya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani yaitu:
حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْحَاقَ التُّسْتري، حدثنا الْحُسَيْنُ بْنُ
أَبِي السَّرِيِّ الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا حُسَين الْأَشْقَرُ،
حَدَّثَنَا ابْنِ عُيَيْنة، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيح، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "السُّبَّق ثَلَاثَةٌ: فَالسَّابِقُ إِلَى مُوسَى يُوشَعُ بْنُ
نُونٍ، وَالسَّابِقُ إِلَى عِيسَى صَاحِبُ يس، وَالسَّابِقُ إِلَى
مُحَمَّدٍ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ"،
Telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Ishaq At-Tusturi, telah
menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Abus Sirri Al-Asqalani, telah
menceritakan kepada kami Husain Al-Asyqar, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Uyaynah, dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas
r.a.. dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Orang yang paling terdahulu
itu ada tiga orang, orang yang paling terdahulu (beriman) kepada Musa
a.s. adalah Yusya ibnu Nun, dan orang yang paling terdahulu kepada Isa
a.s adalah lelaki yang disebutkan dalam surat Yasin dan orang yang
paling dahulu kepada Muhammad Saw. adalah Ali ibnu Abu Talib r.a.
Maka sesungguhnya hadis ini munkar kecuali melalui jalur Husain
Al-Asyqar, sedangkan dia adala seorang syi'ah yang tak terpakai
hadisnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui tentang kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar