Saba’ adalah sebuah kerajaan di abad klasik yang berdiri sejak 1300 SM,
terletak di wilayah Yaman saat ini. Kemasyhuran negeri Saba’
benar-benar sesuatu yang fenomenal dan menakjubkan bagi siapa saja yang
mengetahui kisahnya.
Siapakah Saba’ Itu?
Dalam hadis Farwah bin Musaik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah ditanya oleh seorang laki-laki, “Ya Rasulullah, kabarkanlah
kepadaku tentang Saba’? Apakah Saba’ itu? Apakah ia adalah nama sebuah
tempat ataukah nama dari seorang wanita?” Beliau pun menjawab,
لَيْسَ بِأَرْضٍ وَلَا امْرَأَةٍ وَلَكِنَّهُ رَجُلٌ وَلَدَ عَشْرَةً مِنَ العَرَبِ، فَتَيَامَنَ سِتَّةٌ وَتَشَاءَمَ أَرْبَعَةٌ
“Dia bukanlah nama suatu tempat dan bukan pula nama wanita, tetapi ia
adalah seorang laki-laki yang memiliki sepeluh orang anak dari bangsa
Arab. Enam orang dari anak-anaknya menempati wilayah Yaman dan empat
orang menempati wilayah Syam.” (HR. Abu Dawud, no. 3988 dan Tirmidzi,
no. 3222).
Dalam riwayat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu ada tambahan nama-nama dari
anak Saba, “Adapun yang menempati wilayah Yaman, mereka adalah: Madzhij,
Kindah, al-Azd, al-Asy’ariyun, Anmar, dan Himyar. Dan yang menempati
wilayah Syam adalah Lakhm, Judzam, Amilah, dan Ghassan (HR. Ahmad, no.
2898).
Para sejarawan juga mencatat bahwa nama asli dari Saba’ adalah Abdu
asy-Syams. Dan sebagaimana kita ketahui, nama-nama kabilah Arab terambil
dari nama anak-anak Saba’.
Kerajaan Saba’
Awalnya kerajaan Saba’ dikenal dengan dengan Dinasti Mu’iinah sedangkan
raja-raja mereka dijuluki sebagai Mukrib Saba’. Ibu kotanya Sharwah,
yang puing-puingnya terletak 50 km ke arah barat laut dari kota Ma’rib.
Pada periode inilah bendungan Ma’rib mulai dibangun. Periode ini antara
tahun 1300 SM hingga 620 SM. Pada periode berikutnya, antara tahun 620
SM – 115 SM, barulah mereka dikenal dengan nama Saba’. Mereka menjadikan
Ma’rib sebagai ibu kotanya.
Letak Geografi
Dahulu, secara garis besar wilayah Jazirah Arab dibagi menjadi dua
bagian, bagian Utara dan bagian Selatan. Arab bagian Selatan lebih maju
dibandingkan Arab bagian Utara. Masyarakat Arab bagian Selatan adalah
masyarakat yang dinamis dan memiliki peradaban, mereka telah mengenal
kontak dengan dunia internasional karena pelabuhan mereka terbuka bagi
pedagang-pedagang asing yang hendak berniaga ke sana. Sementara
orang-orang Arab Utara adalah mereka yang terbiasa dengan kerasnya
kehidupan padang pasir, mereka kaku dan lugu karena kurangnya kontak
dengan dunia luar. Tentu saja geografi kerajaan Saba’ sangat
mempengaruhi bagi kemajuan peradaban mereka.
Kemakmuran Kaum Saba’ dan Peristiwa Banjir 'Arim
Kerajaan Saba’ terkenal dengan hasil alamnya yang melimpah, orang-orang
pun banyak berhijrah dan bermitra dengan mereka. Perekonomian mereka
begitu menggeliat hidup dan sangat dinamis. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfiman mengabarkan tentang kemakmuran kaum Saba’.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ
وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ
طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15) فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ
سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ
أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ (16) ذَلِكَ
جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلا الْكَفُورَ (17)
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah
kiri. (kepada mereka dikatakan),"Makanlah olehmu dari rezeki
yang(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.
Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang
besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi
(pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon asl, dan sedikit dari pohon
sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran
mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan
hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. (QS Saba Ayat 15-17)
Saba adalah nama raja-raja negeri Yaman dan juga nama penduduknya, dan
Tababi'ah (jamak Tubba' nama julukan Raja Yaman) berasal dari keturunan
mereka. Balqis (teman wanita Nabi Sulaiman a.s.) termasuk salah seorang
dari raja-raja negeri Yaman. Dahulu kala mereka hidup berlimpah dengan
kenikmatan dan kesenangan di negeri mereka; kehidupan mereka sangat
menyenangkan, dan rezeki mereka berlimpah, begitu pula tanam-tanaman dan
buah-buahannya.
Kemudian Allah Swt. mengutus kepada mereka rasul-rasul yang
memerintahkan kepada mereka agar memakan rezeki Allah dan bersyukur
kepada-Nya dengan cara mengesakan dan menyembah-Nya; mereka tetap diseru
oleh para rasul selama masa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Tetapi
mereka berpaling dari apa yang diperintahkan oleh para rasul kepada
mereka. Akhirnya mereka diazab dengan didatangkan kepada mereka banjir
besar yangmemporak-porandakan seluruh negeri, sebagaimana yang akan
diceritakan kisahnya secara rinci dalam pembahasan berikut ini, insya
Allah.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ
الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
هُبَيْرة، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ وَعْلة قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ
عَبَّاسٍ يَقُولُ: أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ سَبَأٍ: مَا هُوَ؟ رَجُلٌ أَمِ امْرَأَةٌ أَمْ
أَرْضٌ؟ قَالَ: "بَلْ هُوَ رَجُلٌ، وَلَدَ عَشَرة ، فَسَكَنَ الْيَمَنَ
مِنْهُمْ سِتَّةٌ، وَبِالشَّامِ مِنْهُمْ أَرْبَعَةٌ، فَأَمَّا
الْيَمَانِيُّونَ: فَمَذْحِجُ، وكِنْدَةُ، وَالْأَزْدُ،
وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَأَنْمَارٌ، وَحِمْيَرُ. وَأَمَّا الشَّامِيَّةُ
فَلَخْمُ، وَجُذَامُ، وَعَامِلَةُ، وَغَسَّانُ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abdullah ibnu
Hubairah, dari Abdur Rahman ibnu Wa'lah yang menceritakan bahwa ia
pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan, pernah ada seorang lelaki
bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang Saba, apakah itu nama seorang
laki-laki ataukah seorang perempuan ataukah nama negeri. Maka Rasulullah
Saw. menjawab: Tidak demikian, dia adalah seorang lelaki yang mempunyai
sepuluh orang anak; enam di antara mereka tinggal di negeri Yaman,
sedangkan empat orang dari mereka tinggal di negeri Syam. Ada pun yang
tinggal di Yaman adalah kabilah Mulhaj, kabilah Kindah, kabilah Azd,
orang-orang Asy'ari, Anmar, dan Himyar. Adapun yang tinggal di negeri
Syam adalah Lakham, Juzam, 'Amilah, dan Gassan.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Abdu, dari Al-Hasan ibnu
Musa, dari Ibnu Lahi'ah dengan sanad yang sama; sanad riwayat ini hasan,
tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul Barr telah meriwayatkannya di dalam
kitabnya yang berjudul Al-Qasdu wal Umam Bima 'rifati Usul Ansabil 'Arab
wal 'Ajam, melalui hadis Ibnu Lahi'ah, dari Alqamah ibnu Wa'lah, dari
Ibnu Abbas, lalu disebutkan hal semisal. Ia pun telah meriwayatkannya
melalui jalur lain dengan lafaz yang semisal.
قَالَ [الْإِمَامُ] أَحْمَدُ أَيْضًا وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ: حَدَّثَنَا
يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، حَدَّثَنَا أَبُو جَنَاب يَحْيَى بْنُ أَبِي حيَّة
الْكَلْبِيُّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ هَانِئِ بْنِ عُرْوَة، عَنْ فَرْوَةَ بْنِ
مُسيَك قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَلَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أُقَاتِلُ بِمُقْبِلِ قَوْمِي
مُدْبِرَهُمْ؟ قَالَ: "نَعَمْ، فَقَاتِلْ بِمُقْبِلِ قَوْمِكَ
مُدْبِرَهُمْ". فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي فَقَالَ: "لَا تُقَاتِلْهُمْ
حَتَّى تَدْعُوَهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ". فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أَرَأَيْتَ سَبَأً؛ أَوَادٍ هُوَ، أَوْ رَجُلٌ ، أَوْ مَا هُوَ؟ قَالَ: "
[لَا] ، بَلْ رَجُلٌ مِنَ الْعَرَبِ، وُلِدَ لَهُ عَشْرَةٌ فَتَيَامَنَ
سِتَّةٌ وَتَشَاءَمَ أَرْبَعَةٌ، تَيَامَنَ الْأَزْدُ،
وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَحِمْيَرُ، وَكِنْدَةُ، وَمَذْحِجُ، وَأَنْمَارُ
الَّذِينَ يُقَالُ لَهُمْ: بَجِيلَةُ وَخَثْعَمُ. وَتَشَاءَمَ لَخْمٌ،
وَجُذَامٌ، وَعَامِلَةُ، وغسَّان".
Imam Ahmad mengatakan pula, juga Abd ibnu Humaid dan Yazid ibnu Harun,
telah menceritakan kepada kami Abu Janab alias Yahya ibnu Abu Hayyah
Al-Kalabi, dari Ibnu Harun, dari Urwah, dari Farwah ibnu Masik r.a. yang
menceritakan bahwa ia pernah datang kepada Rasulullah Saw., lalu
bertanya, "Wahai Rasulullah, saya akanberperang di depan kaum saya dan
di belakang mereka." Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, berperanglah di
depan kaummu dan di belakang mereka". Setelah aku berpaling, beliau
memanggilku, lalu bersabda: Janganlah kamu perangi mereka sebelum kamu
seru mereka masuk Islam. Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah
pendapatmu tentang Saba, apakah nama sebuah lembah ataukah sebuah gunung
ataukah nama apa?" Rasulullah Saw. menjawab:Tidak, bahkan Saba adalah
dari keturunan bangsa Arab, dia mempunyai sepuluh orang anak; enam orang
di antaranya tinggal di negeri Yaman, sedangkan yang empat orang
lainnya tinggal di negeri Syam. Yang tinggal di negeri Yaman adalah
Al-Azd, Asy'ariyyun, Himyar, Kindah, Muzhaj, dan Anmar yang dikenal
dengan sebutan Bajilah dan Khas'am. Sedangkan yang tinggal di negeri
Syam adalah Lakham, Juzam, 'Amilah, dan Gassan.
Sanad hadis ini pun hasan, sekalipun di dalamnya terdapat Abu Janab Al-Kalbi yang dinilai daif oleh ulama hadis.
Tetapi Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Abu Kuraib, dari Al-Anqari,
dari Asbat ibnu Nasr, dari Yahya ibnu Hani' Al-Muradi, dari pamannya
atau dari ayahnya —Asbat ragu— yang telah mengatakan bahwa Farwah ibnu
Masik r.a. datang menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu disebutkan
hadis yang semisal.
Jalur lain dari hadis ini.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عبد الأعلى، حدثنا ابن
وَهْبٍ، حَدَّثَنِي ابْنُ لَهِيعَةَ، عَنْ تَوْبَةَ بْنِ نَمر، عَنْ
عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ يَحْيَى أَنَّهُ أخبره قال: كنا عند عبيدة بْنِ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بِأَفْرِيقِيَّةَ فَقَالَ يَوْمًا: مَا أَظُنُّ قَوْمًا
بِأَرْضٍ إِلَّا وَهُمْ مِنْ أَهْلِهَا. فَقَالَ عَلِيُّ بْنُ رَبَاحٍ:
كَلَّا قَدْ حَدَّثَنِي فُلَانٌ أَنَّ فَرْوَةَ بْنَ مُسَيك الغُطَيفي
قَدِمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فَقَالَ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ سَبَأً قَوْمٌ كَانَ لَهُمْ عِزٌّ فِي
الْجَاهِلِيَّةِ، وَإِنِّي أَخْشَى أَنْ يَرْتَدُّوا عَنِ الْإِسْلَامِ،
أَفَأُقَاتِلُهُمْ؟ فَقَالَ: "مَا أُمِرْتُ فِيهِمْ بِشَيْءٍ بَعْدُ".
فَأُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ
آيَةٌ} الْآيَاتِ، فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا سَبَأٌ؟
فَذَكَرَ مِثْلَ هَذَا الْحَدِيثِ الَّذِي قَبْلَهُ: أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم سُئل عَنْ سَبَأٍ: مَا هُوَ؟ أَبْلَدٌ، أَمْ رَجُلٌ، أَمِ
امْرَأَةٌ؟ قَالَ: "بَلْ رَجُلٌ، وَلَد لَهُ عَشَرَة فَسَكَنَ الْيَمَنَ
مِنْهُمْ سِتَّةٌ، وَالشَّامَ أَرْبَعَةٌ، أَمَّا الْيَمَانِيُّونَ:
فَمُذْحِجُ، وَكِنْدَةُ، وَالْأَزْدُ، وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَأَنْمَارُ،
وَحِمْيَرُ غَيْرُ مَا حَلَّهَا. وَأَمَّا الشَّامُ: فَلَخْمُ، وَجُذَامُ،
وَغَسَّانُ، وَعَامِلَةُ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu
Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan
kepadaku Ibnu Lahi'ah, dari Taubah ibnu Namir, dari Abdul Aziz ibnu
Yahya yang menceritakan kepadanya bahwa ketika ia berada di tempat
Ubaidah ibnu Abdur Rahman di Afrika, maka pada suatu hari Ubaidah
mengatakan, "Saya merasa yakin bahwa tiada suatu kaum pun yang tinggal
di bumi ini melainkan berasal dari Saba." Maka Ali ibnu Abu Rabah
membantahnya, bahwa tidaklah demikian karena si Fulan pernah bercerita
kepadanya bahwa Farwah ibnu Masih Al-Gutaifi r.a pernah datang menghadap
kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya
Saba adalah suatu kaum yang pernah mencapai puncak kejayaannya di masa
Jahiliah, dan sesungguhnya saya merasa khawatir bila mereka murtad dari
Islam, bolehkan saya memerangi mereka?" Maka Rasulullah Saw. menjawab,
"Aku belum diperintahkan untuk melakukan suatu tindakan apa pun terhadap
mereka." Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya:Sesungguhnya bagi
kaum Saba ada tanda(kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka.(Saba:
15), hingga beberapa ayat berikutnya. Lalu seorang lelaki bertanya,
"Apakah Saba itu, ya Rasulullah?" -Kemudian disebutkan hal yang semisal
dengan hadis yang sebelumnya yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw.
pernah ditanya tentang Saba, apakah Saba itu nama negeri atau nama
lelaki ataukah nama perempuan. - Maka beliau Saw. menjawab: Tidak,
bahkan ia adalah nama seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang putra;
enam orang di antaranya menetap di negeri Yaman, dan empat orang di
antaranya tinggal di negeri Syam. Mereka yang tinggal di negeri Yaman
adalah Muzhaj, Kindah, Al-Azd, Asy'ariyyin, Anmar, dan Himyar yang tidak
menetap padanya. Adapun mereka yang tinggal di negeri Syam ialah
Lakham, Juzam, Gassan dan Amilah.
Di dalam hadis ini terdapat keanehan karena disebutkan turunnya ayat
tersebut di Madinah, padahal surat ini adalah Makkiyyah seluruhnya,
hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Jalur lain,
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا أَبُو
أُسَامَةَ، حَدَّثَنِي الْحَسَنُ بْنُ الْحَكَمِ، حَدَّثَنَا أَبُو سَبْرَة
النَّخَعِي، عَنْ فَرْوَة بْنِ مُسَيْك الغُطَيْفي قَالَ: قَالَ رَجُلٌ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ سَبَأٍ: مَا هُوَ؟ أَرْضٌ، أَمِ
امْرَأَةٌ؟ قَالَ: "لَيْسَ بِأَرْضٍ وَلَا امْرَأَةٍ، وَلَكِنَّهُ رَجُلٌ
وُلِدَ لَهُ عَشَرَةٌ مِنَ الْوَلَدِ، فَتَيَامَنَ سِتَّةٌ وَتَشَاءَمَ
أَرْبَعَةٌ، فَأَمَّا الَّذِينَ تَشَاءَمُوا: فَلَخْمٌ وَجُذَامٌ
وَعَامِلَةُ وَغَسَّانُ، وَأَمَّا الَّذِينَ تَيَامَنُوا: فَكِنْدَةُ،
وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَالْأَزْدُ، وَمُذْحِجُ، وَحِمْيَرُ، وَأَنْمَارُ".
فَقَالَ رَجُلٌ: مَا أَنْمَارُ؟ قَالَ: "الَّذِينَ مِنْهُمْ خَثْعَمُ
وَبَجِيلَةُ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Abu Umamah, telah menceritakan kepada kami
Al-Hasan ibnul Hakam, telah menceritakan kepada kami Abu Sabrah
An-Nakha'i alias Farwah ibnu Masik Al-Gutaifi r.a. yang menceritakan
bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah,
ceritakanlah kepadaku tentang Saba, apakah ia nama negeri ataukah nama
wanita?" Rasulullah Saw. menjawab: Bukan nama negeri, bukan pula nama
wanita, melainkan nama seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang anak:
maka enam orang di antaranya tinggal di negeri Yaman, dan empat orang
lamya tinggal di negeri Syam. Mereka yang tinggal di negeri Syam adalah
Lakham, Juzam, Amilah, dan Gassan. Dan mereka yang tinggal di negeri
Yaman ialah Kindah, Asy 'ariyyin, Al-Azd, Muzhaj, Himyar, dan Anmar.
Lelaki itu bertanya lagi, "Siapa sajakah yang termasuk Anmar itu?"
Rasulullah Saw. menjawab: Khas'am dan Bajilah berasal dari mereka.
Imam Turmuzi telah meriwayatkannya di dalam kitab Jami '-nya melalui Abu
Kuraib dan Abdu ibnu Humaid. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abu Usamah, lalu disebutkan hadis yang lebih singkat daripada hadis
di atas, lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Abu Umar ibnu Abdul Barr mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Abdul Waris ibnu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Qasim ibnu
Asbag, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair, telah
menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Najdah Al-Huti, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Kasir alias Usman ibnu Kasir, dari Al-Lais ibnu Sa'd,
dari Musa ibnu Ali, dari Yazid ibnu Husain, dari Tamim Ad-Dari r.a. yang
menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah
Saw., lalu menanyakan kepadanya tentang Saba. Kemudian disebutkan hal
yang semisal dengan hadis yang di atas, riwayat ini membuat hadis ini
menjadi kuat dan hasan.
Ulama ahli nasab —antara lain Muhammad ibnu Ishaq— telah mengatakan
bahwa nama asli Saba ialah Abdu Syams ibnu Yasyjub ibnu Ya'rib ibnu
Qahtan. Ia diberi julukan Saba karena dialah orang yang mula-mula
ber-saba di kalangan orang-orang Arab. Ia dikenal pula dengan julukan
Ar-Ra-isykarena dialah orang yang mula-mula mengambil harta jarahan
perang seusai peperangan, lalu ia bagi-bagikan kepada kaumnya.
Orang-orang Arab menamakan harta dengan istilah risyan atau riyasy.
Mereka menyebutkan bahwa Abdu Syams ibnu Yasyjub di masa silam telah
memberitakan kabar gembira akan kedatangan Rasulullah Saw., lalu ia
mengukirnya ke dalam bait-bait syairnya yang abadi, yaitu:
سَيَمْلِكُ بَعْدَنَا مُلْكًا عَظيمًا ... نَبيّ لَا يُرَخِّصُ في الحَرَام ...
وَيَملك بَعْدَه منْهُم مُلُوك ...يدينوه العبادَ بغَير ذَامٍ ...
ويَملك بَعدهم مِنَّا مُلُوك ... يَصير المُلك فينَا باقْتسَام ...
وَيَمْلك بَعْد قَحْطَان نَبي ... تَقي خَبْتَة خُيْرُ الْأَنَامِ ...
وسُميَ أحْمَدًا يَا لَيْتَ أَنِّي ... أُعَمَّرُ بَعْد مَبْعَثه بِعَامٍ ...
فأعضُده وأَحْبوه بنَصْري ... بكُل مُدَجّج وبكُل رَامٍ ...
مَتَى يَظْهَرْ فَكُونُوا نَاصريه ... وَمَنْ يَلْقَاهُ يُبْلغه سَلامي ...
Kelak akan berkuasa sesudah kami seorang raja yang besar, yaitu seorang
nabi, yang tidak mau kompromi dengan perkara yang haram. Dan sesudahnya
akan berkuasa raja-raja dari kalangan mereka yang menegakkan hukuman had
(mati) bagi setiap pembunuh. Sesudah mereka akan muncul raja-raja dari
kalangan kami, sehingga kerajaan mencapai keemasannya. Dan sesudahnya
Qahtan akan dikuasai oleh seorang nabi yang bertakwa lagi ahli ibadah,
sebaik-baik makhluk, bernama Ahmad. Aduhai, seandainya aku diberi usia
panjang setahun saja sesudah dia diangkat menjadi rasul. Maka aku akan
mendukungnya dan kucurahkan segenap kekuatanku untuk menolongnya, dengan
semua senjata dan semua anak panah. Manakala dia muncul, maka jadilah
kalian sebagai para penolongnya; dan barang siapa yang bersua dengannya
(dari kalian),sampaikanlah salamku kepadanya.
Hal ini disebutkan oleh Al-Hamzani di dalam kitab Al-Iklil. Mereka
berselisih pendapat tentang Qahtan; ada tiga pendapat di kalangan mereka
mengenainya.
Pertama, menyebutkan bahwa Qahtan adalah keturunan dari Iram ibnu Sam
ibnu Nuh. Dan mereka berselisih pendapat tentang kaitan nasabnya dengan
Iram, ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Kedua, menyebutkan bahwa Qahtan berasal dari keturunan Abir, yakni Nabi
Hud a.s. Dan mereka berselisih pendapat pula tentang silsilah nasabnya
sampai pada Hud a.s. Ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Ketiga, menyebutkan bahwa Qahtan adalah keturunan dari Ismail ibnu
Ibrahim Al-Khalil a.s. Dan mereka berselisih pendapat pula tentang
silsilahnya sampai kepada Ismail a.s. ada tiga pendapat di kalangan
mereka mengenainya.
Hal ini disebutkan dengan rinci oleh Imam Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul
Bar An-Namiri di dalam kitabnya yang berjudul Al-Anbah 'Ala Zikri Usulil
Qabdilir Ruwwah.
==========================-====---==========
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"كَانَ رَجُلًا مِنَ الْعَرَبِ"
Dia adalah seorang lelaki keturunan Arab.
Yang dimaksud dengan 'Arabul 'Aribah yang telah ada sebelum masa Nabi
ibrahim a.s. keturunan dari Sam ibnu Nuh. Berdasarkan pendapat yang
ketiga yang mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari Nabi Ibrahim
a.s., pendapat ini tidak terkenal di kalangan mereka, hanya Allahlah
Yang Maha Mengetahui.
Tetapi di dalam kitab Sahih Imam Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah
Saw. bersua dengan sekelompok orang-orang Aslam yang sedang berlomba
memanah, lalu beliau Saw. bersabda kepada mereka:
"ارْمُوا بَنِي إِسْمَاعِيلَ، فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا"
Berpanahanlah, hai anak-anak Ismail, karena sesungguhnya kakek moyang kalian adalah seorang pemanah.
Aslam adalah suatu kabilah dari kalangan Ansar, dan semua orang Ansar
—baik Khazrajnya maupun Ausnya— berasal dari Gassan keturunan Arab
negeri Yaman dari Saba. Mereka tinggal di Yasrib setelah Saba runtuh
akibat banjir besar yang menimpa negerinya, sedangkan segolongan dari
mereka tinggal di negeri Syam. Sesungguhnya mereka dinamakan Gassan
karena mereka sewaktu di Yaman tinggal di dekat sebuah mata air yang
dinamai Gassan. Menurut suatu riwayat, mata air Gassan ini berada di
dekat Al-Musyallal. Hasan ibnu Sabit r.a. mengatakan dalam salah satu
bait syairnya:
إمَّا سَألت فَإنَّا مَعْشَرٌ نُجُبٌ ... الأزْدُ نِسْبَتُنَا، وَالْمَاءُ غَسَّانُ
Jika engkau bertanya (tentang kami), maka kami adalah golongan keturunan
kabilah Azd, yang kakek moyang kami bertempat di dekat mata air Gassan
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"وُلِدَ لَهُ عَشَرَةٌ مِنَ الْعَرَبِ"
Dia melahirkan sepuluh orang anak dari kalangan Arab.
Yakni di antara keturunannya adalah mereka yang sepuluh orang itu, yang
menjadi kakek moyang kabilah-kabilah Arab negeri Yaman, bukan berarti
bahwa dia melahirkan sepuluh orang anak dari sulbinya, melainkan ada
yang antara mereka dan dia dua atau tiga tingkatan nasab, ada yang
kurang dari itu, dan ada yang lebih banyak, seperti yang telah
dijelaskan di kitab-kitab nasab yang membahasnya.
=================----------------------===========
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"فَتَيَامَنَ مِنْهُمْ سِتَّةٌ، وَتَشَاءَمَ مِنْهُمْ أَرْبَعَةٌ"
Maka enam orang di antara mereka tinggal di negeri Yaman, dan empat orang lainnya tinggal di negeri Syam.
Hal ini terjadi setelah Allah mengirimkan banjir besar kepada mereka. Di
antara mereka ada yang tetap menetap di negeri asalnya, dan ada yang
hijrah ke negeri lain.
Negeri Saba subur berkat adanya bendungan yang dinamakan Saddi Ma'rib,
yang pada mulanya air datang kepada mereka dari celah-celah yang ada di
antara kedua bukit, lalu berkumpul di lembah dan bercampur dengan air
hujan yang turun kepada mereka dari bukit-bukit yang ada di sekitarnya.
Lalu raja-raja mereka dahulu membuat rencana untuk memanfaatkan air
tersebut, maka mereka membangun sebuah dam yang besar lagi kokoh guna
membendung air tersebut. Akhirnya permukaan air naik dan memenuhi lembah
yang ada di antara kedua bukit tersebut. Kemudian mereka menanam
pohon-pohon dan bercocok tanam, serta menghasilkan buah-buahan yang
sangat banyak dan bermutu baik. Sebagaimana yang telah diceritakan oleh
bukan seorang dari kalangan ulama Salaf, antara lain Qatadah.
Disebutkan bahwa seorang wanita dari kalangan mereka berjalan di bawah
pepohonan dengan membawa keranjang atau wadah buah-buahan di atas
kepalanya. Maka buah-buahan berjatuhan memenuhi keranjangnya tanpa
susah payah harus memetiknya karena buahnya rimbun dan masak-masak.
Bendungan tersebut terletak di Ma'rib, nama sebuah tempat yang jauhnya
tiga marhalah dari kota San'a, sehingga dikenal dengan nama Saddi Ma
'rib (bendungan Ma'rib). Ulama lainnya menceritakan bahwa di negeri
mereka tidak terdapat seekor lalat atau nyamuk pun, juga tidak terdapat
serangga lainnya yang mengganggu. Demikian itu karena iklim negeri itu
sedang dan berkat pertolongan dari Allah Swt. agar mereka mengesakan dan
menyembah-Nya, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.:
{لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ}
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda(kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka.(Saba: 15)
Kemudian dijelaskan oleh firman selanjutnya yang menyebutkan:
{جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ}
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Saba: 15)
Yakni terdapat di kedua sisi bukit tersebut, sedangkan negeri tempat tinggal mereka di tengah-tengahnya.
{كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ}
(kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu)adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha
Pengampun.” (Saba: 15)
Yaitu Maha Pengampun kepada kalian jika kalian tetap mengesakan-Nya.
Firman Allah Swt.:
{فَأَعْرَضُوا}
Tetapi mereka berpaling. (Saba: 16)
Yakni dari mengesakan Allah, dari menyembah-Nya, serta dari bersyukur
kepada-Nya atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka.
Sebaliknya mereka menyembah matahari, bukannya menyembah Allah.
Sebagaimana yang dilaporkan burung Hud-hud kepada Nabi Sulaiman a.s. Hal
ini menceritakan oleh firman-Nya:
{وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ. إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً
تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ.
وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ
وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ
فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ}
dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan
dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan
setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan
mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan(Allah), sehingga mereka tidak
dapat petunjuk (An-Naml: 22-24)
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Munabbih bahwa
Allah Swt. telah mengirimkan kepada mereka tiga belas orang nabi sebagai
utusan-utusan Allah.
As-Saddi mengatakan Allah Swt. Telah mengutus kepada mereka dua belas ribu orang nabi; hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ}
maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar (Saba: 16)
Yang dimaksud dengan al-arim ialah air, menurut pendapat lain adalah
lembah. Menurut pendapat yang lainnya hama tikus, dan menurut pendapat
yang lainnya lagi adalah air bah. Dengan demikian, berarti penamaan
Sailul 'Arim ini termasuk ke dalam Bab "Idafatul Ismi Ila
Sifatihi"(Menyandarkan Nama Kepada Sifatnya), seperti Masjid Jami' dan
Sa'id Kurz. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh
As-Suhaili.
Ibnu Abbas, Wahb ibnu Munabbih, dan Qatadah serta lain-lainnya yang
bukan hanya seorang telah menyebutkan bahwa ketika Allah Swt. hendak
menghukum mereka dengan mengirimkan banjir besar kepada mereka, maka
terlebih dahulu Allah mengirimkan sejumlah besar tikus-tikus ke
bendungan mereka, lalu tikus-tikus itu menggerogotinya.
Wahb ibnu Munabbih menceritakan bahwa mereka menjumpai dalam kitab-kitab
mereka (Ahli Kitab), bahwa penyebab hancurnya bendungan tersebut adalah
karena ulah tikus. Dalam suatu periode mereka (orang-orang Saba)
menjaga bendungannya dengan kucing-kucing liar, tetapi setelah takdir
tiba tikus-tikus itu dapat mengalahkan kucing-kucing penjaga bendungan
tersebut. Akhirnya tikus-tikus itu masuk ke daerah bendungan dan
melubanginya sehingga bendungan mereka ambruk dan banjir menimpa mereka.
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa tikus-tikus itu melubangi
fondasi bendungan tersebut hingga bendungan itu tidak mempunyai akar
fondasi lagi dan labil. Ketika tiba musim penghujan, datanglah banjir
kiriman, lalu menghantam bendungan itu hingga roboh. Akhirnya air bah
melanda bagian yang terendah dari lembah dan memporak-porandakan semua
bangunan, merusak semua pohon yang ada di hadapannya, serta
menghancurkan semua yang dilandanya. Akhirnya air surut dan tidak lagi
menyuplai perairan pepohonan yang ada di kedua sisi bukit tersebut,
hingga semua pepohonan kering dan mati. Kemudian pepohonan yang berbuah
lagi indah dan hijau itu sesudah banjir tidak ada lagi dan berubah,
sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ}
dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit. (Saba: 16)
Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, Al-Hasan,
Qatadah, dan As-Saddi, yang dimaksud adalah pohon arok dan rerumputan
yang berduri.
Firman Allah Swt., " أَثْل", menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas disebutkan
pohon tarfa, sedangkan yang lain menyebutnya pohon yang serupa dengan
pohon tarfa, dan menurut pendapat yang lainnya menyebutkan pohon samur,
hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ}
dan sedikit dari pohon sidr. (Saba: 16)
Pohon pengganti yang terbaik dari pepohonan tersebut adalah pohon sidr,
sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas. Demikian nasib kedua
kebun yang indah itu, sebelumnya buah-buahannya sangat subur, indah
dipandang mata, rimbun, dan airnya mengalir; kemudian diganti dengan
pohon arok, tarfa, dan sidr yang semuanya berduri dan sedikit buahnya.
Demikian itu karena ulah mereka yang kafir, mempersekutukan Allah serta
mendustakan perkara yang hak, lalu memilih jalan yang batil. Karena
itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلا الْكَفُورَ}
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka.
Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya
kepada orang-orang yang sangat kafir.(Saba: 17)
Yakni Kami hukum mereka disebabkan kekafiran mereka. Mujahid mengatakan
bahwa tidaklah disiksa melainkan hanya orang-orang yang sangat ingkar.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Mahabenar Allah Yang Mahabesar,
tidaklah Dia menghukum dengan hukuman yang setimpal kecuali hanyalah
orang-orang yang sangat kafir. Tawus mengatakan, tidaklah diberi
pelajaran kecuali hanya orang-orang yang sangat kafir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Abu Umar ibnun Nahas Ar-Ramli,
telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Muhammad, telah menceritakan
kepada kami Abul Baida, dari Hisyam ibnu Saleh At-Taglabi, dari Ibnu
Khairah (salah seorang pengikut sahabat Ali r.a.) yang mengatakan bahwa
balasan bagi pendurhaka ialah lemah dalam beribadah, sempit dalam
kehidupan, dan sulit mendapat kesenangan. Ketika ditanyakan kepadanya
tentang makna yang dimaksud 'sulit mendapat kesenangan', Ibnu Khairah
menjawab, "Tidaklah ia menjumpai kesenangan yang halal melainkan datang
orang lain yang merebutnya dari tangannya."
Firman-Nya
وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى
ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ
وَأَيَّامًا آمِنِينَ (18) فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا
وَظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ
كُلَّ مُمَزَّقٍ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (19)
Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami
limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami
tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak)perjalanan. Berjalanlah
kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman. Maka mereka
berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami.” dan mereka
menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka buah mulut dan
Kami hancurkan mereka sehancur hancurnya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
setiap orang yang sabar lagi bersyukur. (QS Saba Ayat 18-19)
Allah Swt. menceritakan apa yang diperoleh mereka berupa kenikmatan,
kemewahan hidup, kesenangan, negeri yang makmur, tempat-tempat yang
aman, dan kota-kota yang saling berdekatan satu sama lainnya yang
dipenuhi oleh pepohonan, tanam-tanaman, dan hasil buah-buahan yang
melimpah ruah. Sehingga orang yang mengadakan perjalanan di antara
mereka tidak perlu membawa bekal makanan dan air minum, bahkan di mana
pun ia turun istirahat pasti ia menjumpai air dan buah-buahan. Ia dapat
pula beristirahat siang hari di suatu kota, lalu menginap di kota
lainnya menurut kondisi dan keadaan yang diperlukan dalam perjalanan.
Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:
{وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا}
Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya. (Saba: 18)
Wahb ibnu Munabbih mengatakan, yang dimaksud adalah kampung-kampung yang
ada di San'a; hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Malik. Mujahid,
Al-Hasan, Sa'id ibnu Jubair, Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu
Aslam, dari Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Ibnu Zaid serta
lain-lainnya, bahwa yang dimaksud adalah kota-kota yang ada di negeri
Syam. Dengan kata lain, mereka berjalan dari Yaman menuju ke negeri Syam
melalui banyak kota yang satu sama lainnya berdekatan.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa negeri-negeri yang
Kami berkati adalah Baitul Maqdis. Al-Aufi mengatakan pula bahwa makna
yang dimaksud adalah kota-kota Arab yang ada di antara Madinah dan
negeri Syam.
{قُرًى ظَاهِرَةً}
beberapa negeri yang berdekatan (Saba: 18)
Yakni jelas dan gamblang dikenal oleh semua musafir; mereka dapat
beristirahat siang di suatu kota, lalu menginap di kota lainnya. Karena
itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ}
dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. (Saba: 18)
Artinya, Kami menjadikan letak kota-kota tersebut sesuai dengan jarak
tempuh yang diperlukan oleh orang-orang musafir, antara yang satu dengan
yang lainnya.
{سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِينَ}
Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman. (Saba: 18)
Yakni dalam waktu kapan pun, baik siang maupun malam, perjalanan mereka akan aman.
{فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ}
Maka mereka berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami.” dan mereka menganiaya diri mereka sendiri. (Saba: 19)
Sedangkan ulama lain membaca ayat ini dengan bacaan baid baina asfarina;
demikian itu karena mereka menjadi congkak karena nikmat tersebut.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan
lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa justru mereka lebih
menyukai menempuh jalan padang sahara dan daerah-daerah yang tidak
berpenghuni, yang untuk menempuhnya diperlukan membawa bekal dan unta
kendaraan, serta berjalan di terik matahari dan tempat-tempat yang
menakutkan. Perihal mereka sama dengan apa yang diminta oleh kaum Bani
Israil dari Musa a.s., yaitu hendaknya Musa memohon kepada Allah agar
menumbuhkan tumbuhan bumi buat mereka yang hasilnya berupa
sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang
merahnya. Padahal mereka saat itu berada dalam kehidupan yang makmur
berkat Manna dan Salwa yang diturunkan buat mereka. Kehidupan mereka
juga mewah, baik makanan, minuman, maupun pakaiannya. Karena itulah maka
Musa berkata kepada mereka, yang disitir oleh firman-Nya:
{أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا
مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ
وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ}
Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih
baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu
minta.” Lalu ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka
mendapat kemurkaan dari Allah. (Al-Baqarah: 61)
Juga semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui Firman-Nya:
{وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا}
Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang
sudah bersenang-senang dalam kehidupannya. (Al-Qasas: 58)
{وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً
يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ
اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا
يَصْنَعُونَ}
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang
dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah
dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat
Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan
ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (An-Nahl: 112).
Dan firman Allah Swt. menceritakan tentang mereka, yang kisahnya
disebutkan dalam surat ini, yaitu: Maka mereka berkata, "Ya Tuhan kami,
jauhkanlah jarak perjalanan kami, " dan mereka menganiaya diri mereka
sendiri. (Saba: 19) dikarenakan kekafiran mereka.
{فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ}
maka Kami jadikan mereka buah tutur dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. (Saba: 19)
Artinya, Kami jadikan mereka sebagai buah tutur manusia yang
menceritakan kisah-kisah mereka, bagaimana Allah menimpakan azabNya
kepada mereka dan mencerai-beraikan persatuan mereka sesudah bersatu
dalam naungan kehidupan yang makmur; mereka menyebar kemana-mana, tidak
lagi tinggal di negerinya. Karena itulah ada pepatah Arab yang berbunyi,
"Bercerai-berai seperti tercerai-berainya kaum Saba, dan hancur
berantakan seperti hancurnya hasil karya kaum Saba, dan menyebar
sebagaimana menyebarnya kaum Saba."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id ibnu
Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu
Habib ibnusy Syahid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ikrimah menceritakan suatu kisah
tentang penduduk Saba dengan mengutip firman-Nya: Sesungguhnya bagi kaum
Saba ada tanda (kekuasaaan Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua
buah kebun di sebelah kanan dan sebelah kiri. (Saba: 15) sampai dengan
firman-Nya: maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar. (Saba:
16). Tersebutlah bahwa di kalangan mereka terdapat banyak tukang tenung,
dan setan-setan mencuri-curi dengar dari berita di langit, lalu
tukang-tukang tenung itu menceritakan sebagian dari berita langit (yang
mereka terima dari setan-setan pencuri berita itu). Dan tersebutlah
bahwa di kalangan mereka terdapat seorang lelaki tukang tenung yang
terpandang lagi banyak harta, Ia memberitakan bahwa runtuhnya masa
kejayaan mereka sudah dekat, dan azab akan menimpa mereka, sedangkan ia
tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya karena dia adalah seorang
yang banyak memiliki harta dari tanah-tanah yang dimilikinya. Lalu ia
berkata kepada salah seorang anak lelakinya yang mempunyai paman-paman
yang terhormat dari pihak ibunya, "Hai anakku, apabila besok hari tiba
dan aku perintahkan kepadamu untuk melakukan sesuatu, maka janganlah
kamu lakukan. Dan apabila aku menghardikmu, maka balas hardiklah diriku.
Dan apabila aku menempelengmu, maka balas tempelenglah aku." Anak itu
berkata; "Ayah, jangan engkau lakukan hal itu. Sesungguhnya perbuatan
itu dosa besar dan berat dilakukan". Lelaki itu berkata, "Hai anakku,
telah terjadi suatu perkara yang tidak dapat dielakkan lagi," dan lelaki
itu terus-menerus mendesaknya. Akhirnya si anak terpaksa menyetujuinya.
Pada pagi harinya ketika orang-orang telah berkumpul, lelaki itu
berkata, "Hai anakku, lakukanlah anu dan anu," maka si anak tidak
menurut, lalu si ayah menghardiknya dan si anak itu balas menghardiknya.
Keduanya terus-menerus bersengketa hingga pada akhirnya si ayah
menempeleng anaknya, maka si anak balas menempeleng ayahnya. Lalu si
ayah berkata, "Anakku berani menempelengku, kemarikanlah pisauku."
Mereka bertanya, "Untuk apa kamu meminta pisau?" Ia menjawab, "Aku akan
menyembelihnya". Mereka bertanya, "Apakah kamu akan menyembelih anakmu
sendiri?" Tempelenglah lagi dia atau lakukanlah hal lainnya yang kamu
ingini terhadapnya." Si ayah menolak dan bersikeras akan menyembelih
anak lelakinya itu. Maka mereka mengirimkan utusan untuk memanggil
paman-paman anak itu dan menyampaikan kepada mereka berita tersebut.
Akhirnya mereka datang dan mengatakan kepada ayah si anak, "Ambillah
dari kami apa yang kamu sukai," tetapi si lelaki itu menolak dan
bersikeras untuk menyembelih anaknya. Mereka berkata, "Sebelum kamu
menyebelihnya, maka kamu dahulu yang akan mati." Lelaki itu berkata,
"Kalau memang demikian, maka sesungguhnya aku tidak ingin lagi tinggal
di negeri yang penduduknya menghalang-halangi antara aku dan anakku.
Sekarang belilah oleh kalian semua rumahku dan semua tanahku." Lelaki
itu kemudian menjual rumah, lahan dan tanahnya. Setelah semua uang hasil
penjualan berada di tangannya, ia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya
azab akan menimpa kalian dan kejayaan kalian akan sirna, hal ini sudah
dekat. Maka barang siapa di antara kalian yang menginginkan rumah baru,
tempat perlindungan yang kuat, serta perjalanan yang jauh, hendaklah
pergi ke kota Amman. Dan barang siapa di antara kalian yang menginginkan
khamr, ragi, dan perasan buah, dan lain-lainnya —Ibrahim perawi lupa—
hendaklah pergi ke negeri Basra. Dan barang siapa yang menginginkan
berlepotan dengan lumpur, mendapat makanan di negeri sendiri, dan sibuk
dengan pertanian, hendaklah ia pergi ke kota Yasrib yang banyak pohon
kurmanya. Maka kaumnya menaati ucapannya itu, lalu orang-orang yang
ingin tinggal di Amman pergi ke Amman, dan orang-orang Gassan pergi ke
Basra, sedangkan Aus dan Khazraj serta Bani Usman pergi ke negeri Yasrib
yang banyak pohon kurmanya. Disebutkan bahwa dalam perjalanannya mereka
sampai di Lembah Mur, lalu Bani Usman berkata, "Inilah tempat yang kami
dambakan dan kami tidak mau menggantinya dengan tempat yang lain." Lalu
mereka tinggal di Lembah Mur itu. Maka tempat itu dinamakan Khuza'ah
karena mereka memisahkan diri dari teman-temannya. Kabilah Aus dan
Khazraj meneruskan perjalanannya sampai tiba di Madinah, lalu tinggal di
Madinah. Sedangkan orang-orang yang ingin tinggal di Amman (Yordan)
meneruskan perjalanannya sampai di Amman, dan orang-orang Gassan pergi
menuju ke Basrah. Asar ini garib lagi aneh. Nama tukang tenung tersebut
adalah Amr ibnu Amir, salah seorang pemimpin negeri Yaman dan pembesar
Saba serta ahli tenung mereka.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah mengatakan di permulaan kitab
Sirah-nya kisah tentang Amr ibnu Amir ini, bahwa dialah orang yang
mula-mula keluar dari negeri Yaman karena ia mendapat berita yang
mengatakan bahwa banjir besar akan menimpa mereka. Muhammad ibnu Ishaq
ibnu Yasar melanjutkan, bahwa penyebab yang mendorong Amr ibnu Amir
keluar dari negeri Yaman menurut kisah yang dikemukakan oleh Abu Zaid
Al-Ansari kepadanya, Amr ibnu Amir bermimpi melihat tempat yang dipakai
untuk menampung air di bendungan Ma'rib digali (yakni tanggulnya), lalu
airnya dialirkan oleh para penggalinya keluar dari bendungan menurut apa
yang mereka sukai. Maka Amr ibnu Amir mengerti bahwa bendungan Ma'rib
tidak akan lama lagi usianya, lalu ia bertekad untuk pindah dari negeri
Yaman. Untuk melaksanakan niatnya ini terlebih dahulu ia membuat tipu
muslihat terhadap kaumnya. Kemudian ia memerintahkan kepada anaknya yang
paling muda, bahwa apabila ia ditempeleng dan dikerasi olehnya,
hendaklah ia membalasnya. Lalu si anak melakukan apa yang diperintahkan
oleh ayahya; ketika ayahnya memaki-maki dia dan menempelengnya, maka ia
membalasnya. Akhirnya Amr ibnu Amir berkata, "Aku tidak akan tinggal
lagi di negeri yang menjadi peneyebab anakku yang termuda berani
menempeleng wajahku." Lalu ia menawarkan hartanya (untuk dijual). Maka
orang-orang yang terpandang dari penduduk Yaman mengatakan, "Ambillah
kesempatan yang baik ini untuk membeli harta Amr," lalu mereka
membelinya. Amr menjual semua harta miliknya, kemudian dia dan semua
anak cucunya pindah meninggalkan negeri Yaman. Kabilah Asad
berkata,"Kami tidak akan membiarkan Amr pergi sendirian," lalu mereka
pun menjual semua hartanya dan ikut keluar bersama-sama rombongan Amr.
Mereka melakukan perjalanan yang cukup jauh. Akhirnya mereka turun
beristirahat di negeri Ak, lalu berkeliling di sekitar negeri Ak. Tetapi
orang-orang Ak memeranginya, maka terjadilah pertempuran di antara
mereka. Adakalanya Amr menang, dan adakalanya orang-orang Ak beroleh
kemenangan. Sehubungan dengan peristiwa ini Abbas ibnu Muradis As-Sulami
r.a. telah mengatakan dalam bait syairnya mengenang peristiwa tersebut:
Ak ibnu Adnan yang menyalakan api peperangan di Gassan sehingga mereka terusir sejauh-jauhnya
Bait syair ini merupakan petikan dari kasidahnya. Kemudian Amr ibnu Amir
dan kawan-kawannya pergi meninggalkan tanah orang-orang Ak dan menyebar
ke seluruh negeri. Keluarga Jafnah ibnu Amr ibnu Amir tinggal di negeri
Syam. Aus dan khazraj tinggal di Yasrib; Khuza'ah tinggal di Mur; Azdus
Surah tinggal di As-Surah, dan Azd Amman tinggal di Amman. Kemudian
Allah Swt. mengirimkan banjir besar yang melanda bendungan Ma'rib hingga
bobol dan hancur. Peristiwa inilah yang disebutkan oleh Allah Swt.
melalui ayat-ayatnya di atas.
As-Saddi telah menyebutkan kisah Amr ibnu Amir dengan kisah yang semisal
dengan apa yang telah disebutkan oleh Muhammad ibnu Ishaq. Hanya dalam
riwayat As-Saddi disebutkan bahwa lalu Amr ibnu Amir memerintahkan
kepada keponakannya, bukan anaknya. Akhirnya ia menjual seluruh
hartanya, lalu pergi bersama keluarganya meninggalkan Saba, dan
selanjutnya mereka bercerai-berai. Demikianlah menurut apa yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Salamah, dari Ibnu Ishaq yang menceritakan
bahwa mereka mengira Amr ibnu Amir adalah paman dari kaumnya; dia adalah
seorang tukang ramal, lalu dalam peramalannya ia melihat bahwa kaumnya
kelak akan dicerai-beraikan dan perjalanan mereka akan dijauhkan. Lalu
ia berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya aku telah diberi tahu bahwa
kelak kalian akan dicerai-beraikan. Maka barang siapa di antara kalian
yang mampu melakukan perjalanan jauh, penuh dengan penderitaan yang
keras dan kesabaran yang tinggi, hendaklah ia pergi ke Ka's atau Kurud."
Maka yang melakukannya adalah Wada'ah ibnu Amr. Kemudian Amr ibnu Amir
berkata, "Dan barang siapa di antara kalian yang menyukai daerah
perkotaan dan urusan yang mudah, hendaklah ia pergi ke Syam." Yang
melakukannya adalah Auf ibnu Amr, dan merekalah yang dikenal dengan nama
Bariq. Amr ibnu Amir berkata lagi, "Dan barang siapa di antara kalian
yang menginginkan penghidupan yang tenang dan tanah haram yang aman,
hendaklah ia pergi ke Arzin." dan yang melakukannya adalah Khuza'ah. Amr
ibnu Amir berkata, "Dan barang siapa di antara kalian yang menginginkan
hidup berlepotan dengan lumpur dan pertanian, hendaklah ia pergi ke
Yasrib yang banyak pohon kurmanya," maka yang melakukannya adalah Aus
dan Khazraj; kedua kabilah inilah yang akan menjadi orang-orang Ansar.
Amr ibnu Amir berkata, "Dan barang siapa di antara kalian yang
menginginkan khamr, ragi, emas, kain sutra serta kerajaan dan kekuasaan,
hendaklah ia pergi ke Kausa dan Basra." Maka yang melakukannya adalah
Gassan alias Bani Jafnah yang kelak menjadi raja-raja di negeri Syam dan
sebagian dari kalangan mereka yang tinggal di Irak.
Ibnu Ishaq mengatakan, ia pernah mendengar salah seorang ahlul 'ilmi
mengatakan bahwa sesungguhnya yang mengucapkan kata-kata tersebut adalah
Tarifah istri Amr ibnu Amir, dia adalah seorang tukang ramal perempuan.
Dalam peramalannya ia melihat hal tersebut; maka hanya Allah-lah Yang
Maha Mengetahui yang benar di antara kedua pendapat itu.
Sa'id telah meriwayatkan dari Qatadah, dari Asy-Sya'bi, bahwa Gassan
pergi ke negeri Amman, lalu Allah mencerai-beraikan mereka dengan
separah-parahnya di negeri Syam. Dan orang-orang Ansar pergi ke negeri
Yasrib, Khuza'ah pergi ke Tihamah, dan Azd pergi ke negeri Amman, lalu
Allah mencerai-beraikan mereka dengan sebenar-benarnya. Demikianlah
menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.
Selanjutnya Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku
Abu Ubaidah, bahwa Al-Asya alias A'syanya Bani Qais ibnu Sa'labah yang
nama aslinya Maimun ibnu Qais telah mengatakan:
Dalam hal tersebut terdapat suri teladan bagi orang yang merenungkannya,
yaitu Ma-rib setelah terlanda oleh banjir besar. Ma-rib adalah
bendungan yang dibangunkan bagi mereka oleh Himyar, untuk menampung air
yang datang kepada mereka, sehingga mereka dapat mengairi lahan-lahan
dan kebun anggur mereka dengan suburnya. Kemudian mereka menjadi
bercerai-berai, tidak mampu lagi untuk memberi minum anak kecil yang
baru disapih.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur. (Saba: 19)
Yakni sesungguhnya pada peristiwa yang telah menimpa mereka —berupa
pembalasan Allah dan azab-Nya, diubah-Nya nikmat, dan dilenyapkanNya
kemakmuran sebagai siksaan akibat kekufuran dan dosa-dosa yang dilakukan
mereka— benar-benar terdapat pelajaran dan petunjuk bagi setiap orang
yang bersabar dalam menghadapi musibah, lagi bersyukur atas
nikmat-nikmat yang diperolehnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ وَعَبْدُ
الرَّزَّاقِ الْمَعْنِيُّ، قَالَا أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي
إِسْحَاقَ، عَنِ العَيْزَار بْنِ حُرَيث عَنْ عُمَرَ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ
أَبِيهِ -هُوَ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ-قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَجِبْتُ مِنْ
قَضَاءِ اللَّهِ تَعَالَى لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ حَمدَ
رَبَّه وَشَكَرَ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ حَمِد رَبَّهُ وصَبَر،
يُؤْجَرُ الْمُؤْمِنُ فِي كُلِّ شَيْءٍ، حَتَّى فِي اللُّقْمَةِ
يَرْفَعُهَا إِلَى فِي امْرَأَتِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman dan
Abdur Razzaq. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Al-Aizar ibnu Hurayyis, dari Umar ibnu
Sa'd, dari ayahnya (yaitu Sa'd ibnu Abu Waqqas r.a.) yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Saya kagum dengan orang mukmin
dalam menghadapi takdir Allah Swt. Jika Allah memberikan kebaikan
kepadanya, maka ia memuji Tuhannya dan bersyukur. Dan jika ia tertimpa
musibah, ia tetap memuji Tuhannya dan bersabar. Orang mukmin diberi
pahala dalam segala sesuatu, sehingga suapan yang ia masukkan ke dalam
mulut istrinya.
Imam Nasai telah meriwayatkan di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah melalui
hadis Abu Ishaq As-Subai'i dengan sanad yang sama. Hadis ini merupakan
hadis yang sanadnya jarang ada karena melalui riwayat Umar ibnu Sa'd
dari ayahnya. Akan tetapi, hadis ini mempunyai saksi yang menguatkannya
di dalam kitab Sahihain melalui hadis Abu Hurairah r.a. yang telah
menyebutkan:
"عَجَبًا لِلْمُؤْمِنِ لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ قَضَاءً إِلَّا كَانَ
خَيْرًا، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. وَلَيْسَ ذَلِكَ
لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ".
Sungguh menakjubkan perihal orang mukmin itu, tidak sekali-kali Allah
menetapkan suatu takdir baginya melainkan hal itu baik baginya. Jika ia
mendapat kesenangan, maka ia bersyukur, dan bersyukur itu baik baginya.
Dan jika tertimpa musibah, maka ia bersabar, dan bersabar itu baik
baginya. Sikap seperti ini tidak terdapat pada seorang pun kecuali pada
diri orang mukmin.
Abdu mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Sufyan, dari
Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya:Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
setiap orang yang sabar lagi bersyukur. (Saba: 19) Mutarrif mengatakan
bahwa sebaik-baik hamba adalah orang yang banyak bersabar dan banyak
bersyukur, yaitu apabila diberi bersyukur dan apabila diuji bersabar.
Kalau kita renungkan kisah kaum Saba’ dengan perenungan yang mendalam,
tentu saja kita menemukan suatu kengerian, bagaimana sebuah negeri yang
teramat sangat subur, lalu menjadi negeri yang kering dan tandus. Allah
mengabadikan kisah kaum Saba’ ini di dalam Alquran dan memberi nama
surat yang memuat kisah mereka dengan surat Saba’. Hal ini tentu saja
dimaksudkan agar manusia senantiasa mengingat-ingat apa yang terjadi
kepada kaum ini. Demikian pula negeri kita, Indonesia, yang disebut
sebagai jamrud katulistiwa, tongkat yang dibuang ke tanah akan menjadi
pohon, sebagai gambaran kesuburannya, hendaknya kita merenungi apa yang
terjadi pada kaum Saba’ agar kita tidak mengulang kisah perjalan mereka.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar