Mendengar nama kaum Sodom dan Gomorah tentunya akan teringat mengenai
kisah di zaman Nabi Luth mengenai dua kota yang hancur akibat dilaknat
Allah SWT. Kedua kota tersebut hancur karena penduduknya kerap melakukan
hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT seperti mabuk-mabukan, berzina, dan
berjudi.
Dalam bahasa Ibrani, Sodom berarti terbakar sementara Gomorah adalah
terkubur. Memang itu yang terjadi pada kota itu, terbakar dan terkubur.
Nabi Luth adalah anak dari saudara Nabi Ibrahim. Ayah Nabi Luth yang
bernama Haran bin Tarikh adalah saudara kandung Nabi Ibrahim. Nabi Luth
ikut serta bersama Nabi Ibrahim berhijrah ke Mesir. Di sana, Nabi Luth
tinggal bersama Nabi Ibrahim. Mereka mengusahakan ternak dan tanaman.
Hewan ternak telah berkembang biak hingga memenuhi wilayah mereka.
Begitu pun dengan hasil tanaman. Dari tahun ke tahun, panen mereka terus
bertambah. Banyak kekayaan Nabi Ibrahim dan Nabi Luth menyebabkan
penduduk di sekitarnya menjadi iri. Apalagi, mereka mengetahui bahwa
Nabi Ibrahim dan Nabi Luth hanyalah pendatang. Akhirnya, Nabi Ibrahim
dan Nabi Luth memutuskan untuk membagi dua seluruh kekayaan mereka. Nabi
Ibrahim tetap tinggal di Mesir dan Nabi Luth pergi ke Yordania. Nabi
Luth menetap di wilayah Sodom.
Kota Sodom merupakan salah satu kota di Yordania.Penduduk Kota Sodom
memiliki akhlak yang sangat buruk. Mereka suka sekali berbuat
kemaksiatan. Di daerah tu sering terjadi pencurian dan perampasan harta
benda. Orang-orang yang lemah dan tidak berdaya sering menjadi korban
dari orang-orang yang berkuasa. Salah satu yang sangat buruk dari
kebiasaan penduduk Sodom adalah perbuatan homoseksual. Homoseksual
adalah perbuatan menyalurkan nafsu antara laki-laki dan laki-lak atau
antara perempuan dan perempuan. Perbuatan ini tidak pernah dilakukan
oleh kaum sebelum mereka. Perbuatan itu merajalela di Kota Sodom.
Seorang pendatang tidak akan selamat dari gangguan penduduk Sodom.
Apabila pendatang itu adalah seorang perempuan, para wanita akan
mengganggunya. Apabila pendatang itu adalah seorang lelaki tampan, para
lelaki di Kota Sodom akan memperebutkannya. Demikianlah penduduk Kota
Sodom memiliki akhlak yang sangat buruk. Pada masa kini, masyarakat akan
berakhlak buruk jika menjauhi ajaran-ajaran dalam agama.
Nabi Luth Berdakwah Kepada Kaum Sodom
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ
بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ (80) إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ
الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ
مُسْرِفُونَ (81)
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala
dia berkata kepada mereka, "Mengapa kalian mengerjakan perbuatan
fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia
ini) sebelum kalian?" Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk
melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, bahkan
kalian ini adalah kaum yang melampaui batas." (QS Al-A'rof Ayat 80-81)
Firman Allah Swt.:
{وَ لُوطًا}
Dan Lut. (Al-A'raf: 80)
Bentuk lengkapnya ialah: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Lut. Atau dan ingatlah Lut, ketika ia berkata kepada kaumnya.
Lut adalah Ibnu Haran ibnu Azar, yaitu anak saudara lelaki Nabi Ibrahim
Al-Khalil a.s. Dia telah beriman bersama Nabi Ibrahim a.s. dan hijrah ke
tanah Syam bersamanya. Kemudian Allah mengutus Nabi Lut kepada kaum
Sodom dan daerah-daerah sekitarnya untuk menyeru mereka agar menyembah
Allah Swt., memerintahkan mengerjakan kebajikan, dan melarang mereka
melakukan perbuatan mungkar. Saat itu kaum Sodom tenggelam di dalam
perbuatan-perbuatan yang berdosa, hal-hal yang diharamkan, serta
perbuatan fahisyah yang mereka adakan sendiri dan belum pernah dilakukan
oleh seorang pun dari kalangan Bani Adam dan juga oleh lainnya; yaitu
mendatangi jenis laki-laki, bukannya jenis perempuan (homoseks).
Perbuatan ini merupakan suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh Bani
Adam, belum dikenal dan belum pernah terbetik dalam hati mereka untuk
melakukannya selain penduduk Sodom; semoga laknat Allah tetap menimpa
mereka.
Amr ibnu Dinar telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang
belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian?
(Al-A'raf: 80) Amr ibnu Dinar berkata, "Tidak ada seorang lelaki pun
yang menyetubuhi lelaki lain kecuali kaum Nabi Lut yang pertama-tama
melakukannya."
Al-Walid ibnu Abdul Malik —Khalifah Umawiyah, pendiri masjid Dimasyq
(Damaskus)- mengatakan, "Sekiranya Allah Swt. tidak menceritakan kepada
kita mengenai berita kaum Nabi Lut, niscaya saya tidak percaya bahwa ada
lelaki menaiki lelaki lainnya."
Karena itulah maka Nabi Lut mengatakan kepada kaumnya, seperti yang disitir oleh firman Allah Swt.:
{أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ
الْعَالَمِينَ * إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ
النِّسَاءِ}
Mengapa kalian mengerjakan perbuatan Jahisyah ituyang belum pernah
dikerjakan oleh seorang pun(di dunia ini) sebelum kalian? Sesungguhnya
kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka),
bukan kepada wanita. (Al-A'raf: 80-81)
Yakni mengapa kalian enggan terhadap kaum wanita yang telah diciptakan
oleh Allah buat kalian, lalu kalian beralih menyukai laki-laki. Hal ini
merupakan perbuatan kalian yang melampaui batas dan suatu kebodohan
kalian sendiri, karena perbuatan seperti itu berarti menempatkan sesuatu
bukan pada tempatnya. Karena itulah dalam ayat yang lain disebutkan
bahwa Nabi Lut berkata kepada kaumnya:
{ [قَالَ] هَؤُلاءِ بَنَاتِي إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ}
Inilah putri-putriku (kawinilah mereka), jika kalian hendak berbuat (secara halal). (Al-Hijr: 71)
Nabi Lut memberikan petunjuk kepada mereka untuk mengawini
putri-putrinya. Tetapi mereka merasa keberatan dan beralasan tidak
menginginkannya.
{قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ}
Mereka menjawab, "Sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa kami tidak
mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya engkau
tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.”(Hud: 79)
Yaitu sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa kami tidak berselera
terhadap putri-putrimu, tidak pula mempunyai kehendak kepada mereka.
Sesungguhnya engkau pun mengetahui apa yang kami maksudkan terhadap
tamu-tamumu itu.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa kaum lelaki mereka melampiaskan
nafsunya kepada lelaki lain, sebagian dari mereka kepada sebagian yang
lain. Demikian pula kaum wanitanya, sebagian dari mereka merasa puas
dengan sebagian yang lainnya.
Firman-Nya
وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ (82)
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan, "Usirlah mereka (Lut dan
pengikut-pengikutnya)dari kota kalian ini; sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri.”
Mereka tidak menjawab tawaran Nabi Lut, melainkan sebaliknya berniat
mengusir Lut a.s. dan membuangnya bersama-sama para pengikutnya dari
kota mereka. Maka Allah mengeluarkan mereka dalam keadaan selamat dan
membinasakan kaumnya di negerinya sendiri dalam keadaan terhina lagi
tercela.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ}
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri. (Al-A'raf: 82)
Menurut Qatadah, mereka mencela Nabi Lut dan para pengikutnya tanpa
alasan yang dibenarkan. Mujahid mengatakan, sesungguhnya Lut a.s. dan
para pengikutnya adalah orang-orang yang berpura-pura suci dari liang
anus lelaki dan liang anus perempuan. Hal yang sama diriwayatkan dari
Ibnu Abbas.
Firman-Nya
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ
تُبْصِرُونَ (54) أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ
النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ (55) فَمَا كَانَ جَوَابَ
قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ
إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ (56) فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلا
امْرَأَتَهُ قَدَّرْنَاهَا مِنَ الْغَابِرِينَ (57) وَأَمْطَرْنَا
عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ (58)
Dan (ingatlah kisah) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa
kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, sedangkan kalian melihatnya?
Mengapa kalian mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (kalian),
bukan(mendatangi) wanita? Sebenarnya kalian adalah kaum yang tidak
mengetahui (akibat-akibat perbuatan kalian).” Maka tidak lain jawaban
kaumnya melainkan mengatakan, "Usirlah Lut beserta keluarganya dari
negeri kalian; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang
yang(mendakwakan dirinya) bersih.” Maka Kami selamatkan dia beserta
keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menakdirkan dia termasuk
orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan hujan atas
mereka (hujan batu),maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas
orang-orang yang diberi peringatan itu. (QS As-Su'aro' Ayat 54-58)
Allah Swt. menceritakan tentang hamba dan Rasul-Nya, yaitu Lut a.s.;
bahwa dia memberikan peringatan kepada kaumnya akan azab Allah yang akan
menimpa mereka disebabkan mereka mengerjakan perbuatan yang keji.
Perbuatan itu belum pernah dilakukan oleh seorang manusia pun
sebelumnya, yaitu menyetubuhi sesama jenisnya bukan kaum wanita.
Demikian itu merupakan perbuatan keji yang sangat berat; lelaki dengan
lelaki, dan wanita dengan wanita. Untuk itu Lut berkata kepada mereka:
{أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ}
Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, sedangkan kalian melihatnya? (An-Naml: 54)
Yakni sebagian dari kalian menyaksikan sebagian yang lain sedang melakukan perbuatan keji itu di tempat-tempat kalian berkumpul.
{أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ}
Mengapa kalian mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (kalian),
bukan (mendatangi)wanita? Sebenarnya kalian adalah kaum yang tidak
mengetahui. (An-Naml: 55)
Yaitu kalian tidak mengetahui akibat perbuatan kalian itu baik dinilai
oleh tabiat maupun hukum syara', seperti yang dijelaskan oleh ayat lain
melalui firman-Nya:
{أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ * وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ
لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ}
"Mengapa kalian mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kalian
tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhan kalian untuk kalian,
bahkan kalian adalah orang-orang yang melampaui batas "(As-Syu'ara':
165-166)
Adapun firman Allah Swt.:
{فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ}
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, “Usirlah Lut
beserta keluarganya dari negeri kalian; karena sesungguhnya mereka itu
orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih "(An-Naml: 56)
Maksudnya, mereka enggan mengerjakan apa yang biasa kalian kerjakan dan
tidak menyetujui perbuatan kalian ini. Karena itu usirlah Lut dan para
pengikutnya dari negeri kalian; sesungguhnya mereka tidak layak untuk
bertetangga dengan kalian. Mereka bertekad melakukan hal itu, tetapi
Allah keburu membinasakan mereka, juga orang-orang kafir lainnya akan
mendapat azab yang serupa.
Firman Allah Swt.:
{فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ قَدَّرْنَاهَا مِنَ الْغَابِرِينَ}
Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali istrinya. Kami
telah menakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal(dibinasakan).
(An-Naml: 57)
Yakni termasuk orang-orang yang dibinasakan bersama kaumnya, karena
istri Nabi Lut mendukung perbuatan mereka dan menyetujui perbuatan
mereka yang buruk itu. Istri Nabi Lutlah yang memberitahukan kepada
mereka tentang kedatangan tamu-tamu Lut itu dengan tujuan agar mereka
mengerjainya. Makna yang dimaksud bukan berarti bahwa istri Nabi Lut
mengerjakan perbuatan keji itu, sebagai penghormatan terhadap Nabi Lut
a.s., bukan terhadap istrinya.
Firman Allah Swt.:
{وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا}
Dan Kami turunkan hujan atas mereka. (An-Naml: 58)
Yaitu hujan batu dari tanah yang dibakar dengan bertubi-tubi yang diberi
tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang
zalim. Karena itulah maka disebutkan oleh firman selanjutnya:
{فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ}
maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu. (An-Naml: 58)
Yakni orang-orang yang telah ditegakkan hujah terhadap mereka dan telah
sampai kepada mereka peringatan dari Allah, lalu mereka menentang utusan
Allah dan mendustakannya, bahkan bertekad akan mengusirnya dari negeri
mereka.
Firman-Nya dalam Surat Huud
وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا
وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ (77) وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ
إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ قَالَ يَا
قَوْمِ هَؤُلاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلا
تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ (78) قَالُوا
لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ
مَا نُرِيدُ (79)
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Lut,
dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan
dia berkata, "Ini adalah hari yang amat sulit.” Dan datanglah kepadanya
kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan
perbuatan-perbuatan yang keji. Lut berkata, "Hai kaumku, inilah
putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian. Maka bertakwalah kepada
Allah, dan janganlah kalian mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini.
Tidak adakah di antara kalian seorang yang berakal?” Mereka menjawab,
"Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan
terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang
sebenarnya kami kehendaki.”
Allah Swt. menceritakan kisah datangnya utusan-utusan Allah yang terdiri
atas kalangan para malaikat sesudah mereka memberitahu Nabi Ibrahim
bahwa mereka akan membinasakan kaum Lut pada malam itu juga atas
perintah dari Allah Swt.
Mereka berangkat dari rumah Nabi Ibrahim dan datang kepada Nabi Lut a.s.
yang saat itu menurut suatu pendapat sedang berada di suatu tempat
miliknya, sedangkan menurut pendapat lainnya sedang berada di rumahnya.
Mereka datang kepada Lut dalam rupa yang sangat tampan sebagai ujian
dari Allah buat mereka, hanya Allah-lah yang mengetahui hikmah dan
alasan hal tersebut.
Keadaan mereka yang tampan-tampan itu membuat Lut kerepotan dan merasa
sempit dadanya, serta dia merasa khawatir bila dia tidak menerima mereka
sebagai tamu, pasti akan ada seseorang dari kaumnya yang mau menerima
mereka sebagai tamunya, lalu ia akan berbuat buruk terhadap mereka.
{وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ}
dan Lut berkata, "Ini adalah hari yang amat sulit.”(Hud: 77)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan, yang
dimaksud dengan 'asibialah ujian yang sangat berat. Demikian itu karena
Lut mengetahui bahwa dia pasti harus membela mereka dari ulah kaumnya,
dan tentu saja hal itu terasa amat berat baginya.
Qatadah mengatakan bahwa mereka (para malaikat) itu datang kepada Lut
yang saat itu sedang berada di suatu tempat miliknya, lalu mereka
bertamu kepadanya, tetapi Lut merasa malu kepada mereka. Lalu ia
berjalan di hadapan mereka dan berkata kepada mereka di tengah jalan
seperti orang yang berpaling dari mereka agar mereka pergi darinya,
"Demi Allah, hai kalian, aku belum pernah mengetahui di muka bumi ini
suatu penduduk kota yang lebih kotor dan lebih jahat daripada mereka."
Lalu Lut meneruskan jalannya dan kembali mengulangi perkataannya kepada
mereka, hingga ia mengulanginya sebanyak empat kali.
Qatadah mengatakan bahwa mereka (para malaikat) itu diperintahkan agar
jangan membinasakan kaum Lut sebelum dipersaksikan oleh Nabi mereka akan
kejahatan kaumnya.
As-Saddi mengatakan bahwa para malaikat keluar dari rumah Ibrahim menuju
ke kota kaum Lut. Mereka baru sampai di Sungai Sodom pada tengah
harinya, dan mereka bersua dengan putri Nabi Lut yang saat itu sedang
memberi minum ternak gembalaannya. Maka mereka bertanya, "Hai gadis,
apakah ayahmu ada rumah?" Putri Nabi Lut menjawab, "Tetaplah kalian di
tempat, nanti aku akan datang lagi kepada kalian." Putri Nabi Lut
sengaja memisahkan (menjauhkan) mereka dari kaumnya, lalu ia datang
kepada ayahnya dan berkata, "Hai ayah, susullah beberapa pemuda yang ada
di pintu gerbang kota, aku belum pernah melihat wajah kaum yang
setampan mereka, agar mereka tidak diculik oleh kaummu."
Sebelum itu kaum Nabi Lut melarang Nabi Lut menerima lelaki sebagai
tamunya, tetapi akhirnya Lut berkata, "Biarlah, aku akan tetap menerima
mereka sebagai tamuku." Lut datang menemui mereka dan tidak memberi tahu
seorang pun tentang kedatangan mereka kecuali hanya keluarganya.
Tetapi istri Nabi Lut keluar dan memberitahukan kepada kaumnya akan
kedatangan para tamu itu. Maka mereka bergegas datang menuju rumah Nabi
Lut.
Firman Allah Swt.:
{يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ}
dengan bergegas-gegas kepadanya. (Hud: 78)
Artinya, mereka datang dengan berlari-lari kecil karena gembira mendengar berita tersebut.
Firman Allah Swt.:
{وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ}
Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. (Hud: 78)
Yakni hal tersebut telah menjadi tradisi dan kebiasaan mereka, sehingga pada akhirnya mereka diazab dalam keadaan seperti itu.
Firman Allah Swt.:
{قَالَ يَا قَوْمِ هَؤُلاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ}
Lut berkata, "Hai kaumku, inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian.' (Hud: 78)
Nabi Lut memberikan petunjuk mereka kepada kaum wanitanya, karena
sesungguhnya kedudukan seorang nabi kepada umatnya sama dengan orang tua
kepada anaknya. Nabi Lut memberikan petunjuk mereka kepada hal yang
lebih bermanfaat bagi mereka dalam kehidupan di dunia dan akhirat,
seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ
لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ}
Mengapa kalian mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kalian
tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhan kalian untuk kalian,
bahkan kalian adalah orang-orang yang melampaui batas.(Asy-Syu'ara:
165-166)
{قَالُوا أَوَلَمْ نَنْهَكَ عَنِ الْعَالَمِينَ}
Mereka berkata, "Dan bukankah kami telah melarang kalian dari (melindungi) manusia?” (Al-Hijr: 70)
Dengan kata lain, kaum Lut berkata kepada Lut, "Bukankah kami telah melarangmu menerima laki-laki sebagai tamumu?"
{قَالَ هَؤُلاءِ بَنَاتِي إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ. لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ}
Lut berkata, "Inilah putri-putriku (kawinlah dengan mereka) jika kalian
hendak berbuat (secara yang halal)." (Allah berfirman), "Demi
umurmu(Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam
kemabukan (kesesatan)." (Al-Hijr: 71-72)
Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{هَؤُلاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ}
Inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian.(Hud: 78)
Mujahid mengatakan bahwa mereka bukan putri-putrinya, melainkan kaum
wanita dari kalangan umatnya, karena sesungguhnya setiap nabi adalah
bapak umatnya. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Qatadah dan
lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa Lut menganjurkan mereka agar mengawini kaum
wanitanya bukan sebagai tawaran secara sifah (yakni untuk berbuat zina
dengan mereka).
Said ibnu Jubair mengatakan, yang dimaksud dengan anak-anak perempuan
dalam ayat ini ialah kaum wanita dari kalangan umatnya, dan Nabi Lut
selaku nabi mereka adalah sebagai ayahnya. Dalam suatu qiraat disebutkan
dengan bacaan berikut mengenai firman-Nya:
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ )وَهُوَ أَبٌ لَهُمْ
Nabi haruslah lebih diutamakan oleh orang-orang mukmin daripada diri
mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka, (sedangkan
Nabi sendiri adalah bapak mereka). (Al-Ahzab: 6)
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, Qatadah, As-Saddi, Muhammad ibnu Ishaq, dan lain-lainnya.
Firman Allah Swt.:
{فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلا تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي}
maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kalian mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. (Hud: 78)
Maksudnya, terimalah apa yang aku perintahkan kepada kalian, yaitu hanya mengawini kaum wanita saja.
{أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ}
Tidak adakah di antara kalian seorang yang berakal? (Hud: 78)
Yakni seorang lelaki yang baik, yang mau menerima apa yang aku perintahkan dan meninggalkan apa yang aku larang.
{قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ}
Mereka menjawab, "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu.” (Hud: 79)
Artinya, sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa kami tidak mempunyai selera dan keinginan terhadap kaum wanita kami.
{وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ}
dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki. (Hud: 79)
Dengan kata lain, kami tidak mempunyai keinginan kecuali terhadap kaum
lelaki, dan kamu mengetahui hal tersebut, maka tiada gunanya engkau
mengulangi ucapan itu kepada kami.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sesungguhnya
kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki(Hud: 79)
Sesungguhnya yang kami kehendaki hanyalah kaum laki-laki (bukan wanita).
Firman-Nya
قَالَ لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً أَوْ آوِي إِلَى رُكْنٍ شَدِيدٍ (80)
قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ فَأَسْرِ
بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلا
امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ
الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ (81) }
Lut berkata, "Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolak kalian)
atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku
lakukan)." Para utusan (malaikat) berkata, "Hai Lut, sesungguhnya kami
adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat
mengganggu kamu. Sebab itu, pergilah dengan membawa keluarga dan
pengikut-pengikut kamu di akhir malam, dan janganlah ada seorang pun di
antara kamu yang tertinggal kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan
ditimpa azab yang menimpa mereka, karena sesungguhnya saat jatuhnya azab
kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”
Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Nabi Lut a.s., bahwa
sesungguhnya Lut mengancam mereka melalui ucapannya yang disitir oleh
firman Allah Swt.:
لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً
Seandainya aku mempunyai kekuatan untuk menolak kalian. (Hud: 80), hingga akhir ayat.
Yakni niscaya aku akan menghajar kalian dan melakukan berbagai macam
upaya untuk mencegah kalian dengan diriku sendiri dan keluargaku.
Karena itulah di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan melalui jalur
Muhammad ibnu Amr ibnu Alqamah, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah
disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَى لُوطٍ، لَقَدْ كَانَ يَأْوِي إِلَى رُكْنٍ شَدِيدٍ
-يَعْنِي: اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ -فَمَا بَعَثَ اللَّهُ بَعْدَهُ مِنْ
نَبِيٍّ إِلَّا فِي ثَرْوَةٍ مِنْ قَوْمِهِ"
Rahmat Allah terlimpahkan kepada Lut, sesungguhnya dia telah berlindung
di bawah naungan pilar yang kuat, yakni Allah Swt. Maka tidak
sekali-kali Allah mengutus seorang nabi sesudahnya, melainkan berasal
dari kalangan terhormat kaumnya.
Maka pada saat itu juga para malaikat utusan Allah menceritakan kepada
Lut tentang hakikat jati diri mereka, bahwa mereka adalah utusan Allah
yang ditujukan kepadanya dan mereka tidak akan mempunyai kekuatan untuk
menimpakan mudarat kepadanya.
{قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ}
Para utusan (malaikat) berkata, "Hai Lut, sesungguhnya kami adalah
utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu
kamu.” (Hud: 81)
Para malaikat itu pun memerintahkan Lut agar pergi meninggalkan kota itu
bersama keluarganya di akhir malam, dan hendaknya Lut berjalan di
belakang keluarganya, yakni menggiring mereka.
{وَلا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ}
dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang menoleh ke belakang. (Hud: 81)
Yakni apabila kamu mendengar suara azab yang menimpa kaummu, janganlah
kamu terkejut dan takut dengan suara yang menggetarkan itu; tetapi
tetaplah berjalan terus, jangan hiraukan mereka.
{إِلا امْرَأَتَكَ}
kecuali istrimu. (Hud: 81)
Kebanyakan ulama tafsir menilai istisna ini dari kalimat yang musbat,
yakni kalimat yang dikecualikannya adalah kalimat positif, yaitu
firman-Nya:
{فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ}
Sebab itu pergilah dengan membawa keluargamu.(Hud: 81)
Dengan kata lain, pergilah dengan membawa keluargamu dan
pengikut-pengikutmu kecuali istrimu. Hal yang sama disebutkan menurut
qiraat Ibnu Mas'ud. Mereka me-nasab-kan lafaz imra-ah.karena —menurut
mereka— istisna dari kalimat yang musbat itu hukumnya wajib
di-nasab-kan.
Ulama qiraat lainnya dan ulama nahwu mengatakan bahwa istisna ini berasal dari firman-Nya:
{وَلا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلا امْرَأَتَكَ}
dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang menoleh kecuali istrimu. (Hud: 81)
Karena itulah mereka memperbolehkan bacaanrafa dan nasab. Mereka
menyebutkan pula bahwa istri Nabi Lut berangkat bersama rombongan Nabi
Lut. Tetapi ketika mendengar suara gemuruh, istri Nabi Lut menoleh ke
belakang. Maka ia menjerit seraya berkata, "Aduhai kaumku!" Lalu
datanglah sebuah batu besar dari langit menimpanya, sehingga matilah ia.
Kemudian para utusan itu mempercepat kebinasaan kaumnya, sebagai berita
gembira untuknya, karena ia berkata kepada mereka, "Binasakanlah mereka
saat sekarang juga." Maka mereka (para utusan) itu berkata, seperti yang
disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ}
karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat? (Hud: 81)
Saat itu juga kaum Lut berdiri di depan pintu rumahnya, menunggu. Mereka
datang ke rumah Nabi Lut dengan bergegas-gegas dari semua penjuru,
sedangkan Nabi Lut berdiri di depan pintu, menolak mereka dan melarang
serta mengusir mereka agar tidak melakukan kebiasaannya terhadap
tamu-tamunya itu. Tetapi sebaliknya kaum Lut tidak mau menerima
perlakuan itu, bahkan mereka mengancam dan menekannya. Maka pada saat
itu . Jibril keluar menghadapi mereka dan memukul wajah mereka dengan
sayapnya, sehingga wajah mereka penuh dengan debu, lalu mereka pergi
tanpa mengetahui jalan yang ditempuhnya. Hal ini diterangkan oleh Allah
Swt. melalui firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
وَلَقَدْ رَاوَدُوهُ عَنْ ضَيْفِهِ فَطَمَسْنَا أَعْيُنَهُمْ فَذُوقُوا عَذَابِي وَنُذُرِ
Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya(agar menyerahkan) tamunya
(kepada mereka),lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku
dan ancaman-ancaman-Ku. (Al-Qamar: 37)
Ma'mar telah meriwayatkan dari Qatadah, dari Huzaifah ibnul Yaman yang
mengatakan bahwa Ibrahim a.s. sering datang kepada kaum Lut dan
mengatakan kepada mereka, "Allah telah melarang kalian melakukan
perbuatan yang menyebabkan kalian akan tertimpa siksa dan azab-Nya."
Tetapi mereka tidak menaatinya. Ketika ketetapan Allah telah tiba, maka
para malaikat datang kepada Nabi Lut yang saat itu sedang bekerja di
lahan miliknya, lalu Lut mengundang mereka untuk bertamu kepadanya. Maka
mereka menjawab, "Kami akan menjadi tamu-tamumu malam ini." Allah telah
memerintahkan kepada Malaikat Jibril, bahwa janganlah ia mengazab
mereka sebelum Lut mempersaksikan mereka sebanyak empat kali persaksian.
Ketika Lut berangkat bersama mereka ke rumahnya untuk menerima mereka
sebagai tamunya, maka Lut menceritakan kejahatan yang dilakukan oleh
kaumnya. Lut berjalan sesaat dengan mereka, lalu ia menoleh kepada
mereka dan berkata, "Tidakkah kalian mengetahui apa yang dilakukan oleh
penduduk kota ini? Aku belum pernah mengetahui di muka bumi ini manusia
yang lebih jahat daripada mereka. Ke manakah aku akan membawa kalian
pergi? Kepada kaumku? Mereka adalah sejahat-jahatnya makhluk Allah."
Jibril menoleh kepada malaikat lainnya seraya berkata, "Catatlah oleh
kalian, ini adalah persaksian pertama. Kemudian Nabi Lut berjalan sesaat
lagi bersama mereka; dan ketika sampai ditengah kota, Nabi Lut merasa
khawatir akan keselamatan mereka dan merasa malu kepada mereka. Lalu ia
berkata, "Tidakkah kalian ketahui apa yang biasa dilakukan oleh penduduk
kota ini? Aku belum pernah mengetahui ada manusia yang lebih jahat
daripada mereka di muka bumi ini. Sesungguhnya kaumku adalah manusia
yang paling jahat." Jibril menoleh kepada malaikat lainnya dan berkata,
"Catatlah oleh kalian kedua persaksian ini." Ketika Lut sampai di depan
pintu rumahnya, ia menangis karena malu kepada mereka dan sekaligus
merasa khawatir akan keselamatan mereka. Lalu ia berkata, "Sesungguhnya
kaumku adalah makhluk yang paling jahat. Tidakkah kalian tahu apa yang
biasa dilakukan oleh penduduk kota ini. Aku belum pernah mengetahui
suatu penduduk kota pun di muka bumi ini yang lebih jahat daripada
mereka." Maka Jibril berkata, "Catatlah oleh kalian ketiga persaksian
ini, kini azab pasti diturunkan." Setelah mereka masuk ke dalam rumah,
ternyata istri Nabi Lut yang sudah berusia lanjut lagi berhati buruk itu
pergi dan naik ke atas rumah, ia mengibarkan pakaiannya sebagai isyarat
yang ditujukan kepada kaumnya. Maka orang-orang fasik berlomba-lomba
datang dengan cepat menuju ke arahnya, lalu bertanya, "Apakah yang telah
terjadi denganmu?" Istri Lut berkata, "Lut telah menerima suatu kaum
sebagai tamunya, aku belum pernah melihat wajah yang setampan mereka dan
belum pernah mencium bau yang sewangi bau mereka." Maka mereka
bersegera menuju pintu rumah Nabi Lut, lalu Nabi Lut menutup pintu
rumahnya dan menahan mereka dari dalam, sedangkan mereka mendorong pintu
dari luar. Dalam keadaan demikian Nabi Lut mengingatkan mereka kepada
Allah seraya berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Inilah
putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian. (Hud: 78) Maka Malaikat
Jibril bangkit dan menyumbat pintu itu, lalu ia meminta izin kepada
Tuhannya untuk menyiksa mereka, maka Allah mengizinkannya. Lalu Jibril
bangkit dan berubah ujud seperti aslinya di langit, kemudian membeberkan
kedua sayapnya. Jibril mempunyai dua buah sayap, dan pada sayapnya
terdapat kain selendang yang terbuat dari mutiara yang dianyam. Malaikat
Jibril mempunyai gigi seri yang berkilauan, keningnya lebar lagi
bercahaya sedangkan (rambut) kepalanya ikal bergelombang berwarna
mutiara yang sangat putih seperti salju, dan kedua kakinya berwarna
kehijau-hijauan. Lalu ia berkata, "Hai Lut, sesungguhnya kami adalah
utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu
kamu.” (Hud: 81) Pergilah kamu, hai Lut, menjauhlah dari pintu itu dan
biarkanlah aku menghadapi mereka. Maka Lut menjauh dari pintu, lalu
Malaikat Jibril keluar menghadapi mereka dan merentangkan sayapnya; ia
pukul wajah mereka dengan sayapnya dengan pukulan yang membuat mata
mereka tidak dapat melihat, sehingga mereka menjadi buta, tidak dapat
melihat jalan. Kemudian Lut diperintahkan untuk pergi bersama
keluarganya pada malam itu juga: Sebab itu, pergilah dengan membawa
keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam. (Hud: 81)
Telah diriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b, Qatadah, dan As-Saddi hal yang semisal dengan keterangan di atas.
Firman-Nya
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا
عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ (82) مُسَوَّمَةً عِنْدَ
رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ (83) }
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang di
atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari
tanah-tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh
Tuhanmu, dan negeri itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.
Firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا}
Maka tatkala datang azab Kami. (Hud: 82)
Hal itu terjadi di saat matahari terbit.
{جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا}
Kami jadikan negeri kaum Lut yang bagian atasnya ke bawah (Kami balikkan). (Hud: 82)
Yang dimaksud adalah kota Sodom, sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
فَغَشَّاهَا مَا غَشَّى
lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. (An-Najm: 54)
Artinya, Kami hujani kota itu dengan batu dari tanah liat. Lafaz sijjil
menurut bahasa Persia berarti 'batu dari tanah liat', menurut Ibnu Abbas
dan lain-lainnya. Menurut sebagian ulama adalah dari batu dan tanah
liat. Di dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:
{حِجَارَةً مِنْ طِينٍ}
batu-batu dari tanah yang (keras). (Adz-Dzariyat: 33)
Yakni yang telah mengeras jadi batu sehingga kuat. Sebagian ulama
mengatakan tanah liat yang dibakar. Imam Bukhari mengatakan bahwa
sijjilartinya yang kuat lagi besar. Sijjil dan sijjinmempunyai makna
yang sama. Tamim ibnu Muqbil mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
وَرَجْلَةٍ يَضْربُون البَيْضَ ضَاحِيةٌ ...ضَرْبًا تواصَت بِهِ الْأَبْطَالُ سِجّينا
Dan mereka memukulkan pelana untanya ke pedang yang dibawanya dengan
pukulan yang membuat pedang itu menjadi keras dan kuat serta pantas
dipakai oleh para pendekar.
Firman Allah Swt.:
{مَنْضُودٍ}
dengan bertubi-tubi. (Hud: 82)
Sebagian ulama mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang dibakar
di langit, yakni yang disediakan khusus untuk itu. Ulama lainnya
mengatakan, makna mandud ialah yang diturunkan secara bertubi-tubi
kepada mereka.
Firman Allah Swt.:
{مُسَوَّمَةً}
yang diberi tanda. (Hud: 83)
Maksudnya, pada tiap-tiap batu itu diberi tanda cap nama-nama
pemiliknya. Dengan kata lain, setiap batu tertuliskan nama orang yang
akan ditimpa olehnya.
Qatadah dan Ikrimah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: yang diberi
tanda. (Hud: 83) yang dilumuri dengan cairan racun berwarna merah.
Menurut suatu riwayat, batu-batu itu diturunkan kepada penduduk kota
tersebut, juga kepada penduduk kota itu yang tersebar di berbagai
kampung yang ada di sekitarnya. Ketika salah seorang penduduk kota itu
sedang berbicara dengan orang-orang banyak, tiba-tiba datanglah batu
dari langit menimpanya, maka ia pun roboh dan binasa di hadapan orang
banyak. Batu-batu tersebut mengejar mereka di seluruh negeri, lalu
membinasakannya hingga ke akar-akarnya tanpa ada seorang pun yang
tersisa.
Mujahid mengatakan bahwa Jibril mengambil kaum Lut dari tempat-tempat
penggembalaan ternak dan rumah-rumah mereka, lalu mengangkat mereka
bersama ternak dan harta benda mereka. Jibril mengangkat mereka ke atas
langit, sehingga penduduk langit dapat mendengar lolongan anjing mereka,
kemudian mereka dijungkirkan ke tanah. Jibril mengangkat mereka dengan
sayap kanannya, dan tatkala Jibril menjungkirkannya ke bumi, maka bagian
yang mula-mula terjatuh adalah bagian halaman (pinggiran) kota itu.
Qatadah mengatakan, telah sampai kepada kami bahwa Jibril mengambil
pilar tengah kota tersebut, lalu menerbangkannya ke langit sehingga
penduduk langit dapat mendengar lolongan anjing mereka, setelah itu
Jibril menghancurkan sebagian darinya dengan sebagian yang lain.
Kemudian sisa-sisa penduduk kota itu dikejar dengan batu-batu besar yang
dijatuhkan dari langit.
Diceritakan pula kepada kami bahwa mereka mendiami empat kota, pada
tiap-tiap kota terdapat seratus ribu penduduk. Menurut riwayat lain
adalah tiga kota besar, antara lain kota Sodom.
Qatadah mengatakan, telah sampai suatu riwayat kepada kami bahwa Ibrahim
a.s. menyaksikan penghancuran kota Sodom itu dan ia mengatakan, "Hai
penduduk Sodom, ini adalah hari kehancuran kalian!"
Menurut riwayat yang lain —dari Qatadah dan lain-lainnya—telah sampai
kepada kami suatu kisah yang mengatakan bahwa ketika Jibril a.s. berada
di pagi hari itu, ia membeberkan sayapnya. Maka beterbanganlah
karenanya tanah mereka berikut isinya yang terdiri atas
gedung-gedung-nya, semua hewan ternaknya, batu-batuan, dan pepohonannya.
Lalu Jibril a.s. menggenggamnya dengan sayapnya dan mengepitnya di
dalam sayapnya. Lalu ia terbang ke langit pertama sehingga penduduk
langit mendengar suara manusia dan lolongan anjingnya; jumlah penduduk
kota itu adalah empat juta jiwa. Kemudian Jibril a.s. membalikkannya dan
menjatuhkannya ke tanah dalam keadaan terjungkir, lalu ia
menghancurkan sebagiannya dengan sebagian yang lain. Bagian atas kota
itu dibalikkan ke bawah, lalu diiringi dengan hujan batu dari tanah yang
terbakar.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa kota-kota kaum Lut ada
lima buah, yaitu: Sodom yang merupakan kota terbesar, lalu Sa'bah,
Su'ud, Gomorah, dan Dauha. Jibril mengangkatnya dengan sayapnya dan
membawanya ke langit, sehingga penduduk langit benar-benar dapat
mendengar lolongan anjing serta kokokan ayam mereka, lalu membalikkannya
ke bumi dalam keadaan terjungkir, setelah itu Allah mengiringinya
dengan hujan batu.
Allah Swt. telah berfirman:
{جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ}
Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan),
dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar. (Hud: 82)
Allah membinasakan kota itu, dan semua kota yang ada di sekitarnya dimusnahkan.
As-Saddi mengatakan balivva Malaikat Jibril turun kepada kaum Lut pada
pagi harinya, lalu Jibril mencabut bumi kota itu dari bumi lapis yang
ketujuh. Kemudian ia mengangkatnya ke langit, sehingga penduduk langit
pertama dapat mendengar lolongan anjing dan suara kokok ayam milik
mereka, lalu Jibril membalikkannya dan membinasakan mereka. Yang
demikian itu disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَالْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَى}
dan negeri-negeri kaum Lut yang telah dihancurkan Allah (An- Najm: 53)
Dan siapa di antara mereka yang masih belum mati sesudah negeri mereka
dijatuhkan ke bumi, maka Allah menghujaninya dengan batu-batuan sehingga
matilah ia. Barang siapa di antara mereka melarikan diri ke negeri
lain, maka batu-batuan itu mengejarnya ke tempat ia berada. Tersebutlah
seseorang yang sedang asyik berbicara, maka dengan tiba-tiba batu itu
menimpanya dan membunuhnya. Yang demikian itu disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ}
dan Kami hujani mereka. (Hud: 82)
Yakni di kota-kota itu dengan batu dari tanah yang terbakar. Demikianlah menurut riwayat As-Saddi.
Firman Allah Swt.
{وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ}
dan negeri itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (Hud: 83)
Artinya, azab dan pembalasan Allah itu tidaklah jauh dari orang-orang
yang serupa dengan mereka dalam kezalimannya. Di dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan di dalam kitab-kitab Sunan —dari Ibnu Abbas secara marfu—
disebutkan:
" مَنْ وَجَدْتُمُوهُ يَعَمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ، فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِهِ"
Barang siapa yang kalian jumpai sedang mengerjakan perbuatan kaum Lut, maka bunuhlah pelaku dan orang yang dikerjainya.
Imam Syafi’i —menurut suatu pendapat yang bersumber darinya— dan
sejumlah ulama mengatakan bahwa orang yang melakukan perbuatan kaum Lut
harus dibunuh, baik dia telahmuhsan ataupun belum muhsan, karena
berdasarkan hadis di atas.
Lain halnya dengan Imam Abu Hanifah, ia berpendapat bahwa si pelaku
dijatuhkan dari tempat yang tinggi (dari ketinggian), kemudian diiringi
dengan lemparan batu, seperti yang dilakukan oleh Allah Swt. terhadap
kaum Luth.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar